"Sungguh, bagi aku, ini adalah hal yang paling tersulit untuk aku pahami. Apa yang aku rasakan saat ini, adalah hal yang sangat terluka. Sedih, kecewa, marah semuanya terpendam dalam diri. Entah bagaimana aku bisa menyelesaikan semua ini sendirian. "
Note; Febri Nursyifah
•••
"Apa sikap gue terlalu berlebihan sama Anggia sampe-sampe Febri semarah itu sama gue? Gimana jika ucapan Febri tadi benar-benar keputusannya yang bulat? Ah! Bodohnya gue" Angga melamun, kini, dipikirannya hanya nama Febri. Ia takut kalau ucapan Febri itu adalah ucapan yang terakhir buatnya, ia bingung bagaimana cara untuk membujuk Febri.
"Angga!!" Panggil Anggia yang ikut duduk disofa sebelahan dengan Angga. Angga tak menyahut, ia masih melamunkan kata-kata yang dilontarkan Febri tadi.
"Angga" panggil Anggia sekali lagi membuat Angga tersadar dari lamunannya.
"Lo kenapa?""Febri tadi putusin gue" Angga jawab dengan nada lemah.
"Apa semua ini gara-gara gue Ga? Febri cemburu sama gue, pasti dia sakit hati liat lo punya banyak waktu buat gue" Anggia menyalahkan dirinya sendiri.
"Engga Gia! Gue rasa, Febri emang udah bosan sama gue" Angga hampir menangis.
"Lo tenang! Besok kita jumpain Febri. Ngomong masalah ini baik-baik yaa!" Anggia menenangkan Angga.
Angga mengangguk pelan. Pikirannya saat ini sangat kacau, ia benar-benar sangat takut kehilangan Febri.
Angga keluar dari rumah. Mendoangakkan kepalanya keatas menatap langit gelap kelam, cahaya bulan dan bintang mulai meredup, angin mulai berhembus kencang ditambah suasana sangat mencekam. Angga termenung, memikirkan kejadian tadi siang, sungguh, ia tak menyangka jika sampai seperti ini.
Apakah ini pertanda baginya, bahwa cintanya pada Febri akan segera berakhir? Oh! Tidak. Itu tidak mungkin! Angga menggeleng-gelengkan kepalanya, ia berdiri didepan rumah Anggia, menatap lama. Angga tidak mau ini semua terjadi, ia harus menyelesaikannya dengan segera.
•••
"Angga, bangun woi. Udah siang!" Anggia menggoyang-goyangkan tubuh Angga.
Angga menatap Anggia malas. "Mau ngapain sih?."
"Tapi mau nyelesaikan masalah lo sama Febri!" Anggia menjelaskan.
Angga langsung bangkit. "Oiya! Gue lupa" Langsung menuju kamar mandi.
Setelah selesai semuanya, Anggia dan Angga juga sudah rapi, mereka berangkat kerumah Febri.
"Lo yakin, Febri bakal maaffin gue?" Angga tak percaya diri.
"Gue yakin Ga! Gue tau Febri itu juga sayang sama lo, jadi ga mungkin dia ga maafin lo" Anggia menenangkan.
Angga mengangguk.
Angga menyetir mobilnya dengan kecepatan sedang seperti biasanya, tapi, ia tak berkonsentrasi sampai-sampai hendak menabrak ibu-ibu yang sedang berjalan, seketika Angga mengrem mendadak membuat Anggia kaget.
"Angga! Lo ati-ati dong bawa mobilnya, sakit kepala gue" ucap Anggia kesakitan mengelus-ngelus kepalanya.
"Sorry! Gue ga konsen loh." Angga menatap Anggia tidak percaya diri.
"Gue yakin. Lo sama Febri bakal menyatu lagi" Ucap Anggia meyakinkan dan seukir senyumannya.
Angga membalas senyuman Anggia.
Sampai dirumah Febri, Angga tidak berani keluar dari mobil. Anggia yang melihat Angga diam, langsung memanggil.
"Angga, keluar!"
"Oke!!" Angga berjalan kikuk, seperti ketakutan.
"Rileks dong!" Anggia menepuk-nepuk bahu Angga.
"Febri!" Panggil Anggia mengetuk-ngetuk pintu rumah Febri.
"Iyaa, bentarr!" Sahut Febri dari dalam rumah.
"Kalian?" Lirih Febri setelah membukakan pintu.
"Feb, gue mau bicara sama lo" Anggia langsung to the point.
Mata Febri tak henti memandangi Angga yang berada dihadapannya, matanya berair.
"Feb!" Panggil Anggia sekali lagi.
"Eh, i-ya Gia, kenapa?" Jawab Febri kikuk.
"Gue mau ngomong sama lo."
"Ngomong apa?."
"Angga! Angga sayang banget sama lo, dia ga mau kehilangan lo. Lo tau Feb? Semalaman, Angga ga bisa tidur, gelisah mikir kata-kata lo kemarin" Anggia menjelaskan menatap gantian Febri dan Angga.
"Oh! Soal kemarin, itu e-e anu, gue cuma bercanda kok. Mau nguji dia aja, apa bener dia sayang sama gue atau engga" Jawab Febri menatap Angga dalam.
"Jadi lo bercandakan? Ga seriusan?" Angga langsung menyambar.
"Iyaa! Makanya, lo jadi orang itu jangan suka kecewain gue, ngerti!" Febri mulai cerewet.
"Ya maaf, tapi beneran lo ga mutusin gue kan?" Angga menatap Febri penuh harap.
"Hm!"
Angga memeluk Febri dengan erat. "Makasih, lo masih percaya sama gue"
Febri hanya mengangguk.
Anggia tersenyum lega, akhirnya mereka berdua bisa kembali seperti dulu. Anggia teringat tentang kisah cintanya dengan Arsya, begitu banyak cobaan yang harus ia lewati. Sedih pasti, kecewa pasti. Tak terasa air mata Anggia jatuh membasahi pipinya.
Halo readers..
Apa kabar? Baik lah yaa :v
TerimaKasih bagi yang sudah mau mampir dicerita aku. Sumpah, hari ini aku mood banget buat ceritanya. Jadi, buat kalian para readers semoga menikmati kisah ini. :)Please! Kasih aku kesempatan untuk melanjutkan kisah yang penuh haru ini :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendship Journey [Tamat]
Teen Fiction[Revisi] Tidak ada yang spesial. Hanya sekedar cerita absurd kehidupan Anggia, dari keluarga, sahabat, dan asmara. Semoga terhibur ^_^