#9 Harming

93 12 0
                                    


Kalau tadi malam adalah malam minggu. Berarti sekarang adalah hari minggu.

Gue ngelirik jam yang sudah menunjukan pukul 06.01.
Ahh, ingin rasanya gue nahan Niko lebih lama lagi disini, tapi sayangnya, Niko mengantuk karena begadang semalaman. Dan baru pulang sesudah adzan subuh tadi.

Awalnya gue maksa dia supaya Shalat subuh disini aja, tapi dia menolak.
Yasudah.

Pagi ini gue membersihkan dapur yang sudah dikotori kucing tadi subuh.

Mungkin gue bukanlah gadis yang pandai memasak, tapi gue itu gadis penyuka kebersihan.













Jam 09.34.
Gue sudah selesai membersihkan rumah.

Guepun memutar musik melalui radio dan kukeraskan volumenya.

It's the love shot... 🎶🎶
Nanana nanana
It's the love shot....

Baru aja setengah jalan itu lagu, tetangga udah muter lagu shalawatan yang sedang tenar itu. 'Deen Assalam' Nisa Sabyan.

Alhasil gue matiin radio gue.
Jangan salah, tetangga yang muter ntuh lagu Nisa Sabyan adalah tetangga gue yang rumahnya disamping kiri. Namanya Arif Lasana. Tapi gue beri julukan Ari Lasso.

Pernah sih, waktu awal masuk Sma, dia gue jomblangin sama Jira.
Soalnya mereka itu cocok banget. Sama-sama tetangga yang nyebelin.

"Ishh, ini tetangga satu gak suka aja
liat gue bahagia dengar suara oppa gue!"gue menggerutu.

Dengan rasa bomat, gue konser sendiri dirumah, dengan remot Tv sebagai mic.


...
06.43
Kelas XI IPS I

"Sumpah, kemarin malam gue mimpi Niko datang kerumah lo sambil gedor-gedor pintu gitu!" Jira Heboh sendiri, "...Anehnya, itu mimpi berasa nyata!"

Gue cuma tersenyum canggung.
Itu bukan mimpi bego!

Gue ngalihin perhatian gue ke arah pintu,

Deg

Gue tiba-tiba bertatapan sama Niko yang baru saja datang.
Gue senyum, tapi Niko berekpresi seolah gak kenal sama gue.
Dia balik lagi ke kulkas! (Sifat dinginnya).

Kok sakit yah? Gue ngebatin, dengan bibir yang masih tersenyum. Senyuman yang seolah untuk semua orang. Padahal itu hanya untuk satu orang. Orang berhati batu.

Dari arah gue duduk sama Jira, gue bisa liat dengan jelas.
Ichal yang lagi godain Uty.

Kasian banget si Uty, dia itu polos lugu atau apa, gue gak tahu. Yang jelas, dia itu selalu jadi sasaran Ichal kalo lagi mau ngejahilin orang.

"Uty, lo tahu gak suka gue ke elo itu ibarat menghitung pasir!"gombal Ical
Uty cuma diam. Dia emang aslinya gak suka banyak bicara.

"Kenapa suka gue ke elo ibarat menghitung pasir?" Ichal tetap ngegombal.

Semua mata tertuju pada Ichal sama Uty. Sepertinya mereka sama seperti gue. Sama-sama tertarik.

"Karena gak bakal ada habisnya!" Ichal langsung ngakak dengan recehannya.

Sedangkan Uty cuma diam, dengan muka yang kelebihan merah. Dia malu, sangat.

"Lo salah!" Tiba-tiba Nafar nyeletuk.

Semua mata kini beralih menatapnya.

"Bukan karena gak ada habisnya, 
Tapi cuma buang-buang waktu!"

Semua mata menatapnya takjub.

Mungkin pikiran sama seperti gue, "Ini beneran Nafar?"

"Ngapain lo capek-capek ngitung pasir, kalo ngitung soal matematika lo gak bisa!"lanjutnya.

"Setuju!" sorak Yuko dan Amad kompak.

"Si bangkai!" Ichal maki.

Kami semua tertawa.

"Lo tulangnya!" Nafar gak mau kalah telak.


Entah apa jadinya tanpa mereka dikelas ini. Mungkin kelas ini akan lebih sepi dari kuburan. Aku lebih suka suasana yang seperti pasar minggu daripada seperti dikuburan.






Pelajaran pertama hari itu adalah Seni Budaya Dan keterampilan. Atau populernya disingkat SBK.

Tapi karena gurunya tak bisa hadir karena suatu alasan jadilah saat ini adalah jam kosong.

Gue dan teman-teman duduk melingkar. Kali ini geng Trio Cans, iku bergabung. Mungkin mereka ingin merasakan hal yang baru.

"Ehh, cowok terganteng dikelas versi kalian siapa?" Ifana membuka pembicaraan.

"Kalo gue sih, Ratno!" Olla nyahut

"Gue juga!"  Jira ngikut

"Gue juga!" Disusul Tifani

"Gue juga" Asil, Sarla, Maysa serempak.
Mereka mah udah kelewat kompak.

"Gue juga!" Rini ikutan

"Gue juga!" Chika gak mau kalah.
Jawaban Chika membuat semua mata menoleh padanya.

"Ya jelaslah, lo bakal milih Ratno soalnya lo kan pacarnya!" Acha main buka kartu.

Chika cuma nyegir..
"Emang lo pilih siapa?" Tanya Chika ke Acha.

"Gue....." Acha keliatan berpikir, padahal udah jelas jawabannya, "pasti Ichal lah!"

Tuhkan.

"Lo juga sama kali!"

"Hhehe" kali ini Acha yang nyengir.


Acha sama Ichal emang udah jadian sejak akhir semester satu kelas dua.
Untunglah, Acha bukan tipe gadis cemburuan. Jadi tak ada seorangpun dari kami  yang ragu untuk bercanda dengan Ichal.

"Kalo lo siapa Aurel?" tanya Ifana ke gue.

"Gue?" gue berpikir sambil melirik kebelakang. Kebangku Niko.
Dia sedang tidur.

"Rezki!" Gue jawab asal.

Padahal, jawaban aslinya, "Niko"

"Gue curiga nih!" Tifani masang wajah curiga ke gue.

"Ehm, mencium bau-bau pasangan baru!" Ifana ikut nyeletuk.

"Syirik aja lo pada"

"Ngobrol-ngobrol gini enaknya sambil makan snack!" Elina mulai mempromosikan dagangannya.

Yang duluan ngambil snack itu Olla.

"Gue yang ini!"katanya

"Ehh, sisain kita donk!masa Better lo ambil semuanya sih" Chika protes.

"Yang duluan yang dapat! Wleek" Olla menjulurkan lidahnya.















Sains OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang