Prolog

6.8K 355 19
                                    

***

Setiap yang bernafas memiliki jalannya masing-masing. Jalan dengan persimpangan di setiap meternya. Persimpangan berisi pilihan-pilihan. Setelah berlatih dengan pilihan-pilihan remeh seperti menu makan siang, tidur di ruang tengah atau di kamar, pilihan tentang pakaian terbaik hari ini, mereka akan sampai pada jalan bernama mimpi yang punya banyak sekali cabang di ujungnya.

Di persimpangan mimpi itu, setiap jalannya tertutup ilalang tinggi. Tidak akan ada yang tahu, bagiamana jalanan di depan mereka. Sebagian orang akan memilih untuk beristirahat di pondok dekat jalan mimpi itu. Beristirahat sejenak sebelum mulai memilih jalan mereka. Nanti saja, masih ada banyak waktu untuk mimpi, kembali saja dulu... Ke jalan permainan. Mungkin mereka yakin, nanti saat waktunya tiba, ilalang di cabang jalan mimpi akan habis dengan sendirinya. Sehingga mereka bisa memilih nanti, saat semuanya sudah terlihat jelas di depan mata. Tidak apa-apa.

Sebagian orang lainnya, akan memilih salah satu cabang di ujung jalan mimpi itu. Memilih jalan bernama Guru, Astronot, Pilot, Dokter, Jaksa atau Penghibur. Mereka menerobos ilalang yang menutupi jalan mimpi mereka. Mungkin mereka sudah yakin kalau itu memang jalan mereka. Tidak apa-apa.

Tapi kisah ini akan membahas mereka yang memilih menerobos ilalang.

Jalan di balik ilalang itu ternyata membentang panjang, penuh batu, penuh duri, penuh genangan air mata, keringat, darah dan nanah dari orang-orang yang sudah lebih dulu melalui jalan itu.

Tapi tidak apa-apa, genangan air mata, keringat, darah dan nanah adalah bukti kalau jalan itu pernah di lewati sebelumnya, bisa di lewati. Pernah ada orang yang memilih jalan itu dan berhasil melaluinya, tidak apa.

Begitu selesai melewati jalan mengerikan itu, akan ada gerbang dengan papan nama bertuliskan "Debut" di atasnya. Hanya perlu membuka gerbang itu dan jalan mimpi berhasil di lewati. Missions complete.

Mereka pikir.

Pintu gerbangnya berhasil terbuka, namun bukan jalan berbunga yang ada di balik gerbang itu. Memang ada bunga, ada sederet bunga di tepi jalan yang amat indah dan harum. Namun di jalannya... Jauh lebih buruk dari sebelumnya.

Bukan hanya air mata atau keringat. Bukan juga hanya darah atau nanah. Ada daging yang tercabik disana. Ada jantung yang masih berdetak tergeletak begitu saja di atas tanah, potongan tubuh busuk berbelatung, tulang belulang kering kekuningan... Ah... mengerikan, sangat mengerikan.

Tunggu! Tapi ada orang yang berhasil melewati jalanan itu. Pemilik potongan tangan itu, dia pasti sudah berhasil melewati jalan bernama debut itu. Dia pasti sudah berhasil.

Mereka pikir.

Baiklah, ada orang-orang yang sudah berhasil melalui jalan ini. Manusia tidak terbatas. Ini jalanku, aku harus melaluinya.

Pikir mereka.

Dengan semangat sekuat baja, jalan mengerikan yang kedua itu pun di lalui. Namun semakin jauh, jalanan terasa semakin sulit, semakin mengerikan. Sebagian orang berusaha terus maju. Namun sebagian lainnya menoleh, berfikir mereka bisa kembali ke pondok di persimpangan mimpi berilalang. Sayangnya, jalan yang sudah mereka lalui tetap terasa sama mengerikannya dengan jalan yang ada di depan mereka.

Aku sudah sampai sejauh ini, haruskah aku kembali? Jalan kembali tidak lebih baik dibanding jalan di depan.

Berhenti di tengah jalan, menimbang-nimbang untuk kembali atau melanjutkan perjalanan.

Jangan terlalu lama! Atau kau akan perlahan-lahan menghilang.

***

DEBUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang