Kalau hidup manusia adalah sebuah buku, maka aku ingin menandai malam itu sebagai paragraf penting yang haram dilupa. Mewarnainya dengan stabilo atau melipat ujung kertasnya biar kau gampang kutemukan.
Di bawah ring basket yang sedikit berkarat, di bawah bulan yang tak mau purnama, dan di sebelah kekasih rahasiaku yang belum kucintai secara penuh, kau berdiri sambil menari. Mengenakan jeans selutut, kaos longgar, serta senyum menawan merek entah. Dan bumi malam itu terasa bergerak meninggalkanku yang betah menonton gerak badanmu. Sampai kau berkata,
"Nama?" Kecuali suaramu dan John Legend yang masih bernyanyi dari dalam music box, segalanya terdengar seperti dengungan lebah, kepakan sayap nyamuk, atau seperti bising gangguan sound system. Iya, mengganggu.
Kau tersenyum.
Senyuman pertama yang membuatku ingin lajang seketika. Senyuman pertama yang membuat jantungku heboh bukan main. Senyuman pertama yang ingin kubudidaya sampai menjadi banyak. Sampai mustahil habis."Dria." Namamu.
Aku bersumpah, dinding-dinding kelas, pohon-pohon di pinggir lapangan, John Legend, serta pak satpam yang sibuk mengepel lantai malam itu, terasa seperti membisikiku bahwa kau bakal jadi milikku. Kau bakal jadi cerita paling panjang di bukuku. Kau, kata pertama di paragraf kelima itu, bakal jadi hal yang paling banyak ku-stabilo kuning. Dan kelak, bakal menjajahku sepenuh kening.
--seharisetelahdihantamvalentinetanpamu
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Baru Untuk Kekasih Lama
PoetryTidak ada yang selamat setelah "selamat tinggal." Rank 1 #poems 27/7/2019