Dria, waktu saya bilang bahwa saya mencintai kamu sampai-sampai saya tidak bisa jatuh ke manusia lain lagi, saya sedang serius. Sungguh, meski saya mengatakannya dengan cengengesan dan muka mengesalkan, saya amat serius. Sebab hidup ini, bagi saya cuma lelucon belaka. Kecuali kalau soal mencintaimu. Kecuali kalau menyangkut semua senyummu.
Bagi saya, tidak ada hal lain yang lebih sakral dari menyaksikanmu tertawa sambil menatap mata saya lama. Dunia ini kacau tentu saja, tapi terasa tenang asal kamu duduk di samping saya. Kita tidak perlu ngobrol banyak hal, sebab denganmu, diam adalah hal maha asyik yang bikin jantung saya lari-larian begitu berisik. Cuma denganmu duduk menjadi hal paling mendebarkan juga gila. Iya. Saya gila. Sebab semua warasnya sudah habis buat mencintai kamu dan duniamu.
Dan Dria, waktu saya menulis puisi semacam slengekan, sesungguhnya saya sedang kehabisan senyuman. Saya sedang duduk di pojokan kamar; menatap ponsel sambil mengurut hati saya biar jadi penurut. Biar ia melupakanmu dan berjalan melanjutkan hidup. Meski kenyataannya, saya menyerah kepada selembar selimut; saya tumbang di sana--air mata saya habis-habisan menghabisi saya.
Asal kamu tahu Dria, hidup ini mimpi buruk kalau tidak denganmu. Rasanya saya ingin tidur. Enggan bangun. Tidak peduli pagi sudah terbit berapa kali. Tidak peduli sore sudah menghabiskan berapa puisi milik bocah indie. Sakit saya sudah kelelahan. Lelah saya sudah sakit-sakitan. Terkutuklah pakar kesehatan yang tidak mampu menemukan obat buat patah hati. Terkutuklah saya yang tidak mampu menebus kamu buat jadi obatnya.
Sebab, Tuhan ternyata serius soal tidak meresepkan kamu buat saya.
![](https://img.wattpad.com/cover/177021680-288-k745183.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Baru Untuk Kekasih Lama
PoesíaTidak ada yang selamat setelah "selamat tinggal." Rank 1 #poems 27/7/2019