Saya mengemis-ngemis di perjalanan pulang.
Lapar saya marah-marah pada Tuhan. Saya menangis-nangis di perjalanan pulang. Sepi saya meraung-raung pada Tuhan.Saya bilang saya lapar. Ingin makan nasi lauk kasih sayang. Tuhan tidak buka warteg dengan menu pelukanmu, katanya. Sebab bahannya sulit di dapat. Cuma ada satu. Sudah dijual tahun lalu. Laku. Pembelinya ternyata punya nama yang bikin saya iri setengah mati, kekasihmu.
Saya jadi menangis. Kelaparan. Perih dan sesak. Lauk saya sudah dibawa pulang seseorang tahun lalu. Padahal tiap-tiap tahunnya, tiap-tiap hari jam detik saya mengemis-ngemis, saya tanyai Tuhan di etalase mana peluk kamu dibingkai. Biar bisa saya gapai. Biar lapar-lapar saya selesai. Biar memar-memar saya usai.
Tapi Tuhan cuma bilang.
Belum waktunya.
Tahan sebentar lagi.Tapi usia sebentar itu memangnya seberapa lama, Dria?
Mungkin sampai habis usia ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Baru Untuk Kekasih Lama
PoésieTidak ada yang selamat setelah "selamat tinggal." Rank 1 #poems 27/7/2019