Puisi Ini Mengundurkan Diri

4.2K 223 14
                                    

Dria yang baik, yang kucintai dengan seluruh, yang kukagumi dengan buas; untuk malam ini saja, biarkan aku memukul diriku sendiri. Biar manusia di bumi tahu betapa payah aku kalau soal mengajakmu berdua sampai nanti tua. Cintaku yang sebegitu tinggi ternyata tidak pernah punya nyali selain puisi.

Aku jadi malu dan ingin berkemas saja. Membereskan segala majas yang menempel di jemari serta bibirmu. Membereskan rima paling rapi dari ceruk matamu, juga membenah segala puitis dari wajahmu yang kelewat bagus. Takutnya, kalau kubiarkan mereka di sana, kau akan mabuk kata-kata sampai terbang tak menentu. Sebab sialnya Dria, aku bukan bangsa burung yang punya sayap buat menyusulmu sampai awan biru.

Sesekali dalam kepalaku yang sesak dan ramai, ada satu fantasi paling damai; di mana kita berdua pulang pada rumah yang sama saat sore pukul lima setelah seharian kerja; kita duduk di beranda, meluruskan kaki serta kangen yang kelewat pegal; dengan dua gelas teh panas dan obrolan paling remeh yang kuharap tidak  pernah mampu menjadikan kita sedingin perpisahan; juga menonton serial The Amazing World of Gumball waktu libur melanda.

Kadang cintaku Dria, tidak ingin mengajakmu ke mana-mana. Cukup duduk bersebelahan sambil berbicara kemajuan zaman serta mundurnya kemanusiaan--di mana cinta menjadi hal yang tipis keberadaannya, kecuali kalau punyaku. Tapi sekali lagi, pengecut itu juga adalah diriku sendiri. Yang mati dan babak belur oleh hebatnya perasaan sendiri.

Maka, demi kita yang tak ada bedanya, puisiku pamit undur diri. Biar kata-kata dimakamkan dalam kenang. Kamu jaga diri baik-baik. Sebab aku, sudah tidak mampu jadi yang terbaik.

Buku Baru Untuk Kekasih LamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang