Dan aku mulai berbicara pada bocah-bocah yang libur sekolah; betapa mata pelajaran yang kau pelajari di sekolah, nak, adalah suatu kesia-siaan. Nanti, saat kau seusiaku, kau bakal tahu bahwa hidup ini tidak sebercanda perkara menemukan x dan y. Hidup ini tidak pernah terdengar seperti lelucon anekdot yang guru bahasamu khotbahkan setiap siang. Hidup ini bukan hapal menghapal.
Hidup ini, nak, adalah suatu reflek.Kelak, kau akan menghadapi pilihan ganda yang tak cuma mengacaukan seisi kepala, tapi juga seluruh dada. Kau bakal berada pada ambang gila dan tidak. Memilih membuatmu menjadi kalah. Tidak memilih membuatmu menjadi pecundang. Hidup seperti ingin membuatmu berteriak. Tapi juga seperti memaksamu untuk bisu saja.
Teman sebangkumu tidak pernah ada. Seperti elang jawa dan badak bercula, kelak ia bakal jadi makhluk paling langka. Kau mungkin menemui banyak muka, tapi percaya bahwa mereka selalu bersisa satu dua. Dan ujian kalian tidaklah pernah sama. Sebagai gantinya, kalian akan berencana banyak hal; menangkap ikan lautan, melangitkan layangan, minum kopi dengan sebungkus mie instan, serta berbicara percintaan.
Satu dari kalian akan menangis, satu lainnya akan ditangisi. Satu dari kalian tidak sanggup mengerti, satu lainnya maha butuh dimengerti. Kalian akan bertengkar, mungkin tidak seheboh pertempuran lima hari di Semarang, tapi sudah cukup untuk membuat dadamu gempa. Kau terluka, dan kawanmu tak pernah merasa melukai.
Tiba saat kalian harus menumpuk lembar jawab, selesai tidak selesai, sanggup tidak sanggup, berani tidak berani, hidup akan duduk di bangku gurumu. Memaksamu untuk maju, mengingatkanmu bahwa waktu sudah tandas. Dan kau mungkin akan mulai gemetar. Sebab, ujian hidup yang baru saja kau kerjakan, melenceng jauh dari kisi-kisi.
Di saat seperti ini, kau akan mulai berdoa;
Semoga, aku tak remidi
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Baru Untuk Kekasih Lama
PoetryTidak ada yang selamat setelah "selamat tinggal." Rank 1 #poems 27/7/2019