Halo,
Sudah lama ya saya dan kamu tidak terlibat percakapan. Kita sibuk dengan ketidak sibukan kita masing-masing. Yang berarti, bukan lagi soal siapa mengerjakan hal sebanyak apa, bukan lagi soal siapa memiliki senggang sesedikit apa--sampai-sampai tak mampu membangun percakapan-percakapan remeh. Tapi soal siapa kita ketika tidak terikat apa-apa; soal di urutan ke berapa avatar profilmu berdiam di tumpukan chat ponsel saya, juga sebaliknya.
Berkenalan, melempar sedikit perhatian, menjadi pasangan, memuja keromantisan, bertengkar, memaafkan, bertengkar, memaafkan, bertengkar, sampai kemudian terlalu lelah memaafkan dan minta dimaafkan. Semua fase itu sudah terlewati dengan apik. Sakit-sakitnya sudah lelah meraung-raung. Yang tersisa dari semua perjalanan itu adalah kita selesai menjadi kita; kamu lepas dan bebas; saya, lagi-lagi harus bertarung dengan kehilangan yang buas.
Haha, rasanya lucu ya, betapa setiap terluka dan babak belur, kamu selalu datang seolah minta disembuhkan. Saya yang nyaris tewas tak tertolong, terus-terusan menolongmu. Lagi dan lagi.
Saya seolah jadi penawar yang tak boleh menawar; kalau lukamu juga lukaku, kenapa lukaku tidak bisa lukamu?
Lalu ketika kakimu yang terkilir selesai, luka lututmu mengering, patah jari-jarimu usai, kuyup matamu menjadi teduh, juga ketika tawamu yang hening kembali ramai; kamu pergi lagi. Pamit membelah bumi demi perkara hati yang jatuhnya enggak pernah di sini--di tempat saya berdiri.
Rasanya ngeri dibanting sepi berkali-kali. Dicabik kangen sekaligus kehilangan. Saya ini harus terluka sampai seperti apa biar bisa minta tolong? Biar bisa kamu mengerti bahwa saya juga butuh dirawat setelah mati-matian berusaha jadi obat meski setengah sekarat.
...
Lagunya
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Baru Untuk Kekasih Lama
PoésieTidak ada yang selamat setelah "selamat tinggal." Rank 1 #poems 27/7/2019