Penuhkanlah hidup serta tawanya. Jaga ia dari celaka-celaka yang menyamar sebagai jenaka. Demi Tuhan, sayalah manusia yang bakal kenapa-kenapa kalau ia sampai terluka. Demi Tuhan, rasa saya sudah habis warasnya. Sudah tak bisa lagi ditolong oleh siapa-siapa.
Dalam hati saya berucap begitu sambil menunggu pukul 00:00, menyambut hari sakral tepat dua puluh dua tahun lalu ia dihadirkan di bumi--sesuatu yang saya syukuri setengah mati sampai beberapa detik tadi.
Layar ponsel saya menunjuk profil dirinya lengkap dengan tulisan berdering.
Mungkin ia tidur, tunggu saja, batin saya berorasi. Toh menunggu hampir empat tahun lamanya saya sanggup dan tak goyah. Ini cuma perkara menit. Tidak bakal lebih pahit dari apa pun.Panggilan tidak dijawab
Tidurnya pasti sangat nyenyak. Coba saja satu kali lagi. Saya letakkan ponsel itu di sebelah kiri, di kanan ... saya rampungkan sisa pekerjaan saya. Betapa saya berusaha menjadi yang paling awal mengucapkan kalimat istimewa meski masih dalam jam kerja.
Menghubungkan.
Dria sedang berada di panggilan lain.
Hahaha
Saya tertawa. Sampai dua puluh satu tahun saya hidup, baru kali ini saya merasa benar-benar tidak diinginkan. Yang ia tunggu bukan saya. Yang ia harapkan menjadi pertama bukan saya. Saya terluka. Ego saya yang tak seberapa terasa dipukul hebat. Dipaksa tersungkur ke belakang biar tak pernah sejajar dengannya.Saya ketik pesan singkat sebagai pengganti suara. Setelahnya saya lemparkan kasar ponsel itu. Berharap ia remuk melebihi jantung saya. Berharap deras kecewa saya luap ke mana saja.
Malam ini pekerjaan saya rampung. Tapi perasaan saya tidak. Sekali lagi, badai patah hati mengajak saya berduel. Tidak seperti sepanjang tiha tahun lalu, kali ini, saya mau berhenti angkuh. Biar saya menumbangkan diri di tengah kekacauan dada ini. Doa baik saya tetap mengalir, mengiringi setiap napas yang ia eja memasuki paru-parunya;
Selamat bertambah usia. Semoga hidupmu senantiasa bahagia. Di kelilingi hal-hal baik dan istimewa.
Sisa doa saya biar menjadi percakapan intim saya dengan Tuhan. Tugasmu cuma menjadi manusia bahagia, Dria.
Maka, cinta mana lagi yang kamu dustakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Baru Untuk Kekasih Lama
PoetryTidak ada yang selamat setelah "selamat tinggal." Rank 1 #poems 27/7/2019