Aku tidak tahu kalau kangen ternyata begitu membabi-buta. Aku tidak tahu kalau tanpamu, waktu bakal terasa maha lama. Seakan satu detik memakan seluruh usia. Seakan satu ingatan memukul mundur semua langkah.
Kali ini biar kukatakan, betapa perpisahan Dria, merupakan nyeri paling hebat yang tak pernah sanggup aku jabat. Betapa cintaku keterlaluan ingin kau diam saja di tempat. Duduk manis di ruang tamuku sambil dihujani sayang yang lebat. Kau tidak boleh ke mana-mana. Egoisku mesti juara dalam perlombaan keras kepala. Sebab jika tidak, aku bakal mati payah dibunuh kehilangan.
Pernah kau bilang;
Jangan lupakan aku
Mengerti kau itu sulit. Lebih sulit dari rumus program bangun jaringan yang seminggu lalu kupelajari dari Pak Wawan--guru jurusanku yang disiplin waktu. Kadang-kadang dia memarahiku karena hobi berbuat gaduh di meja paling ujung. Kadang-kadang dia memarahiku karena kepalaku betah dijatuhkan di atas meja.
Juga kadang-kadang giliran aku yang marah. Bukan karena dia. Tapi karena semuanya terasa salah sejak ditinggal kau. Segala sesuatunya terasa menyakiti rasa-rasaku.
Kau ini sebenarnya apa? Pisau dapur ibu? Gergaji milik bapak? Cangkul petani? Jarum suntik? Atau manusia super yang cuma berjalan tapi mampu membinasakan seluruh pertahanan. Manusia super yang tidak butuh senjata tapi sanggup mencabut nyawaku kapan saja. Meruntuhkan segala hujan dari mataku nyaris tanpa aba-aba.
Tentu saja,
Aku akan mengingatmu terus-menerus
Meski besok,
kau akan jadi manusia
yang paling berusaha melupakanku.Ps: lagunya bagus
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Baru Untuk Kekasih Lama
PoesiaTidak ada yang selamat setelah "selamat tinggal." Rank 1 #poems 27/7/2019