Baik itu tukang parkir di tempat kerjaku, tukang mie ayam yang langganan lewat jalan depan, serta sepasang kekasih yang duduk di sampingku, mereka tidak tahu jawabannya Dria. Sama sepertiku. Setiap kali pertanyaan itu muncul di antara keruwetan hariku yang begitu-begitu saja, rasanya aku ingin menyerah. Membiarkannya tidak terisi apa-apa kecuali sepi. Membiarkannya kosong dan tak tertolong.
Kadang juga, pertanyaan itu ingin kulempar di kolom chatmu yang kosong. Sedikit mengambil keberanian setelah bertahun-tahun cuma sanggup menatap last seen Whatsapp-mu.
Tapi ya, namanya juga pecundang, kalau sedang ada di puncak rindu paling curam, aku cuma bisa kilas balik ke belakang.Membayangkan bau tubuhmu yang tertinggal di kulitku selepas pelukan, rasanya sudah mampu meledakkan sebongkah jantungku yang hampir sekarat.
Rasanya seperti dipaksa jatuh cinta lagi dengan kamu. Kamu. Dan tetap kamu.Kadang-kadang di suatu masa yang entah, dengan perasaan kacau dan mata yang lembab, aku berandai; kalau dulu aku tahu cintaku sama kamu bakal semengerikan ini, aku pasti bakal memilih lari, Dria. Kemana pun. Kemana pun asal bukan kamu yang jadi pulangku. Sebab, bagian paling menyakitkan dari semua ini adalah kamu sudah menjadi pulang milik orang lain.
Tapi kalau aku cinta kamu sampai mati, aku mesti bagaimana? :(
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Baru Untuk Kekasih Lama
PuisiTidak ada yang selamat setelah "selamat tinggal." Rank 1 #poems 27/7/2019