Saya berkaki dua. Jemarinya sempurna. Lima di kanan dan lima di kiri. Kokoh dan bisa diajak lari sejauh-jauhnya meski pakai sepatu tiruan belaka. Meski saya pilih diam saja.
Saya bertangan dua. Jemarinya tidak sempurna. Lima di kanan dan lima di kiri. Begitu cacat kalau-kalau tidak menggenggam tangan Dria.
Saya bermata dua. Penglihatannya sempurna. Kelopak kanan dan kiri masih menjaga kekompakkannya--berkedip sama-sama tanpa pernah meninggalkan satu lainnya. Bukan seperti ia.
Saya berhidung satu. Bernapasnya masih sempurna. Tapi mati fungsi kalau Dria tidak ada. Sebab, dia oksigennya.
Saya berkepala satu. Rambutnya ribuan. Rontok banyak, seperti prasangka-prasangka baik di otak.
Saya berhati satu. Cintanya kebanyakan. Tumpah sampai mengotori lajunya jantung.
Perkenalkan, saya adalah kesedihan. Tangisnya sempurna. Seperti hujan di desember yang menanti gantinya kalender.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Baru Untuk Kekasih Lama
PoetryTidak ada yang selamat setelah "selamat tinggal." Rank 1 #poems 27/7/2019