Pulang

3.5K 198 16
                                    

Saya ingin mengemas barang-barang--baju, sepatu, alat mandi, selimut, serta sayang-sayang. Badan dan perasaan saya sudah merantau terlalu lama. Ia sudah babak belur hidup di kota hatimu. Badannya kurus, hatinya mati dibunuh istilah tulus. Ia tidaklah lebih dari gelandangan yang menadahkan tangan--berharap kamu memberinya makan, sayang, atau seulas senyum biar hidupnya berjalan tenang. Biar tidurnya sanggup nyenyak karena kenyang.

Betapa kotamu, Dria, begitu sesak dan ramai. Isinya manusia-manusia hebat dan besar. Jalan-jalanmu selalu macet dan penuh oleh klakson kendaraan mewah. Saya yang cuma naik sandal jepit buat menggapai jantung kotamu mana pernah bisa. Mana pernah sampai. Mana sanggup kamu melihat keberadaan saya yang tak seberapa.

Saya sudah melewati perjalanan panjang. Dan akan melewatinya terus menerus. Sebab kamu terlalu jauh buat saya tempuh. Sebab kamu adalah perjalanan panjang yang tidak akan pernah selesai. Bahkan peta-peta buatan orang paling pintar sekali pun, tidak pernah bisa menggambarkan tepat tata letakmu.

Selamanya, saya bakal tersesat di sana. Menjadi gelandangan yang lapar dan tangis-tangisan. Betapa miskin uang dan sayang ini bakal menghabisi saya di dalam sana. Dan kamu, bakal terlalu sibuk buat menyadari bahwa ada satu pendudukmu yang gugur mati.

Tapi tidak apa. Sebab demikian, saya bisa pulang.

Saya bisa berpulang.

Buku Baru Untuk Kekasih LamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang