Hati itu sama seperti selembar daun Dria. Ada yang kuyup embun kemudian kering. Ada yang lelah berpegangan kemudian jatuh. Ada yang baru tumbuh tapi digugurkan. Ada juga yang seperti aku; bertahan sampai kecoklatan; bertahan sampai terluka seluruh badan.
Tapi bagi sebuah pohon, kujanjikan kamu tidak pernah kehilangan. Kujanjikan aku tetap ada di sana--menjadi bagian hidupmu meski sedikit--lalu membusuk di akar-akarmu yang hangat. Sampai nanti. Sampai daun-daunmu buah-buahmu tumbuh lebat seperti rambut kribo milik bocah desa yang jarang keramas.
Denganku atau tidak, kelak kamu tetap harus meneduhkan. Dengan begitu, seseorang bakal datang; berlindung dari panasnya kehilangan yang bikin kepala serta hati kebakaran. Tidak apa bukan aku. Bagiku cukup. Cukup kamu saja yang menemukan sumbu bahagia dengan doaku sebagai penyulutnya.
Aku tidak terluka karena kamu ibu dari segenap tumpah darah puisiku; yang melahirkan sayang sehiperbola ini; yang melahirkan kangen sebayi aku--yang terus-menerus minta kamu susui; sampai kemudian ia besar; sampai kemudian tangisnya tabah; sampai kemudian hatinya sudah tidak lagi kalap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Baru Untuk Kekasih Lama
PoesíaTidak ada yang selamat setelah "selamat tinggal." Rank 1 #poems 27/7/2019