Dria, hidup ini katanya singkat. Tapi, kenapa kalau tidak denganmu terasa maha lama? Seperti ada yang menahan jarum jam buat berputar. Seperti ada yang menahanku buat lama-lama merasa sakit dan kosong. Atau, perihal jatuh cinta memang selalu semenewaskan itu?
Kenapa jatuh cinta malah seperti medan perang--yang kalau tulusmu berlebihan bakal gampang ditumbangkan--dengan kamu yang bersenjata pergi dan lari. Anehnya kamu bakal menang dengan mundur, anehnya aku bakal tewas dan hancur begitu gampang. Masalahnya ada di siapa? Sistem pertahananku yang lemah, atau kamu yang terlalu kuat mengendalikan taklukku?
Dria, setelah tidak denganmu, hidupku terasa tidak benar. Kepalaku penuh oleh kenang-kenang yang memekikkan kening. Telingaku ramai oleh tawa-tawamu yang bersautan dari jauh jantungku; aku baru tahu, bahwa kegiatan mengingat ... ternyata bikin hatiku banjir keringat. Begitu deras dan buas. Begitu nyeri dan ngeri.
Tapi aku sanggup. Buat kamu seorang, aku bakal berdiri tinggi-tinggi meski kakiku mati sendi. Meski badanku sepenuh tangis dan jerit. Meski tanganku semati sayangmu. Meski kepalaku sepecah kita--sebentuk kamu dan seberantakan aku. Buat kamu tak apa, Dria. Asal jaminkan aku bahwa kamu bakal hidup dengan baik. Jaminkan aku bahwa kamu mampu menemukan manusia yang mencintaimu dengan hebat. Jauh lebih hebat dari mampu dan sanggupku.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.