Ch. 31

3.1K 214 5
                                    

"Fayla.. Cepat kemari" teriakan Moly membuat Fayla berlari kedalam kamar Vani dan Revin. "Ada apa?" tanya Fayla panik. "Lihat hasil karyaku" kata Moly sembari menunjuk Vani yang sudah terbalut gaun yang indah berlengan dan ber-rok panjang warna hitam. Dengan wajah yang dirias simple. "Memang mau ke pemakaman siapa?" tanya Fayla polos. "Siapa yang mau ke pemakaman? Ini untuk pesta pertunangan klan musuhkan. Merekakan biasanya memakai warna gelap" kata Moly. "Bukan berarti pertunangan itu harus warna gelap juga bukan" kata Fayla sembari berjalan kearah lemari pakaian, membuka dan melihat gaun-gaun di dalamnya. "Pakai ini" kata Fayla memperlihatkan gaun warna gading. "Wajahnya sudah cocok. oiya, sekalian rambutnya diikat" kata Fayla sembari berjalan keluar kamar Vani dan Revin. "Kenapa dia tahu banyak soal klan musuh?" tanya Adam yang memang sudah ada dari tadi di sana membantu Revin memilih jas. "Tidak tahu. Kalau begitu gunakan yang warnanya sama" kata Moly sembari melirik Adam.

Sementara itu Fayla sudah sampai di ruang santai. Dia duduk di sofa panjang sembari menonton TV . "Kau tidak membantu Vani ber-rias?" tanya Zyko yang kembali dari dapur sembari duduk di sebelah Fayla. "Aku lebih cocok membantu Revin daripada Vani" kata Fayla. "Hahahaha.. Kau benar" kata Zyko mengejek dan dijawab dengusan sebal oleh Fayla.

"Kenapa kau tidak memberitahu mereka?" kata Zyko sembari melihat Fayla. "Apa kau gila?" tanya Fayla matanya masih fokus pada acara TV. "Mereka pasti mengerti" kata Zyko. "Jika waktunya sudah tepat aku akan memberitahu mereka. Oiya, kau juga pergi ke pesta nanti malam bukan? Tetap awasi mereka berdua" kata Fayla sembari beranjak pergi ke kamar.

Bagaimana dia bisa tahu? -batin Zyko.

"Sudah beres" kata Moly dari kamar Vani. "Bagaimana?" tanya Moly pada Vani. "Keren. Tapi bukannya mereka sudah tahu wajahku. Mana mungkin aku bisa berhasil menyusup" kata Vani. "Oiya ya. Apa Fayla sudah lupa?" tanya Adam. "Jadi bagaimana? Apa kita tetap lanjutkan saja?" tanya Revin. "Lebih baik kalian tanya saja sama si perancang rencana" kata Zyko yang sudah berdiri dengan menggunakan tuxedo warna putih dan membawa topeng berwarna putih juga. "Kau mau kemana?" tanya Revin bingung melihat penampilan Zyko yang rapih. "Tentu aku akan menemani Lilian untuk menghadiri pesta itu" kata Zyko santai. "APA!?" teriak Vani dan Moly bersamaan sedangkan Adam dan Revin hanya membelalakan mata kaget. "Kalau begitu, kenapa bukan kau saja yang menyusup?" tanya Adam. "Aku harus terus bersama Lilian" kata Zyko. "Cih.. Dasar laki-laki breng***" kata Vani marah. "Sudah selesai pertengkarannya?" tanya Fayla yang tiba-tiba datang. "Fayla, dia akan pergi dengan Lilian" kata Moly sembari menunjuk Zyko. "Aku tahu" kata Fayla datar. "Lalu kena-" kata Vani terputus. "Dia tidak punya perasaan apapun padaku. Jadi itu haknya untuk mencintai orang yang ingin dia cintai" kata Fayla masih denagan nada datarnya. "Tapi Fayla, kau itu matenya. Mana mungkin dia ti-" kata Moly terputus. "Aku tidak pantas menjadi matenya. Pakai topeng ini untuk nanti malam. Tetap berhubungan lewat telepati" kata Fayla sembari menaruh 2 topeng berwarna putih gading juga di atas meja rias dan pergi menuju kamarnya. Semua yang ada di ruangan itu hanya membelalakan mata kaget dengan ucapan Fayla. Zyko juga sempat terkejut dengan apa yang tadi terucap oleh bibir kecil Fayla itu. "Kau lihat Zyko, itu bukan Fayla. Sama sekali bukan dia. Kau sudah membuat luka yang sangat parah di dalam hati Fayla" kata Moly lirih. "Kau sebenarnya kenapa Zyko? Kau seperti bukan Zyko yang kami kenal" kata Revin. "Jangan bahas hal ini" kata Zyko sembari pergi menuju taman belakang. "Aku bingung dengan mereka berdua. kadang dekat, kadang seperti musuh" kata Vani. "Oiya, kita sebaiknya pakai lensa ini. Agar mata kita tidak ketahuan warna aslinya" kata Vani sembari memberikan lensa berwarna biru tua pada Revin. "Bagaimana? Cocok tidak?" tanya Vani memperlihatkan manik matanya yang sekarang berwarna ungu tua. Dan dijawab anggukan oleh Moly. "Bagaimana cara mengunakannya?" tanya Revin bingung. "Sini biar aku aja yang pasangin" kata Vani sembari membantu Revin memasang lensa. "Nah, bagus" kata Vani. "Aku lebih suka warna aslinya" kata Revin. "Cuma sebentar Revinku" kata Vani sembari mencubit pipi Revin. "Aduh, sakit Vaniku" kata Revin. "Sudah, kalian bersiaplah untuk nanti malam" kata Adam sembari pergi keluar kamar Vani dan Revin. "Aku keluar ya. Berjuang" kata Moly memberi semangat dan pergi dari kamar Vani dan Revin.

Sementara itu tanpa mereka semua sadari daritadi Fayla sudah menangis di dalam kamarnya. "Hiks.. Hiks.. Dasar laki-laki bodoh.. Pergi, pergi yang jauh" kata Fayla lirih. "Jadi maunya aku pergi nih?" tanya seseorang yang duduk di samping ranjang Fayla. "Iya" kata Fayla dingin sembari mendudukkan tubuhnya.

Chup~

Zyko mendaratkan kecupan singkat di pipi Fayla. Yang sukses membuat wajah Fayla besemu merah dan membeku di tempat. "Tunggu aku" bisik Zyko di telinga Fayla lalu pergi dengan senyumnya.

Angel and Dark. Friend or Enemy ? (book 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang