Bagi sebagian orang, cinta dan perasaan adalah segala-galanya; bahkan mereka mengindahkan pemikiran rasional. Mereka menyebutnya sebagai syarat, dan aku tidak setuju dengan istilah itu. Kata mereka cinta itu tak bersyarat, tapi nyatanya mereka memberi syarat untuk mencintai.
"Menasehati itu mudah tapi bagaimana jika kau sendiri yang merasakan?" "Sayangnya, aku bukanlah pengemis cinta jadi aku tidak akan merasakan apa yang kau rasakan, dan aku tidak setolol itu untuk dibodohi oleh satu orang pria untuk yang kedua kalinya. Wanita punya harga diri"
Potongan dialog film yang mengingatkan Irene pada juniornya di Universitas. Wanita itu mematikan televisi dan berniat beranjak ke kamarnya ketika mendapati Sehun membawa seorang gadis berambut coklat muda masuk ke apartement.
"Woah...woah...woah..woah, sekarang kau berani membawa seorang gadis ke apartementku??? Aku kira kau tidak menyukai wanita" ucap Irene dengan nada mengejek.
" Aku membawanya demi kebaikanmu juga, agar kau tidak salah arah dan tersesat" balas Sehun dan mempersilahkan gadis berambut coklat muda itu untuk duduk.
" Heol, yang benar saja" balas Irene tak peduli.
Sehun menghampiri kakaknya dan menariknya, memaksanya untuk duduk.
Gadis berambut coklat itu tersenyum, Irene merasa jika senyuman gadis itu tidak tulus atau mungkin karena wajah gadis itu terkesan sangat dingin.
Gadis itu menyuruh Irene untuk mengocok kartu, namun Irene diam saja. Dia hanya heran bagaimana bisa Sehun pulang ke rumah dan membawa peramal. Gadis itu menatap Irene untuk yang kesekiannya, membuat Irene tak punya pilihan lain selain mengocok kartu itu.
Irene mengocok kartu itu dan memberikannya pada gadis yang kini tengah duduk di sofa. Gadis itu menata kartu dan menyuruh Irene untuk mengambil satu kartu.
Irene mengambil satu kartu dan memberikannya kepada gadis itu. Senyuman tersungging di wajah cantik nan dingin.
"Six of cups"
Irene dan Sehun saling menatap, dahi mereka mengerut; bingung dengan apa yang dikatakan gadis itu.
" Six of cups, Anda selalu teringat akan masa lalu atau hal yang sangat menyentuh hati dan melekat selamanya di dalam hati. kenangan manis dengan orang dari masa lalu yang mengisi satu ruang hati akan selalu teringat selamanya" ucap gadis itu.
Tawa Irene pecah, bahkan air matanya sampai keluar; kedua anak manusia di ruangan itu hanya keheranan melihat tingkah aneh Irene.
" Lihat gambar pria dan wanita ini, dan gambar pria tua dibaliknya, pria tua ini terlihat tidak suka. Keduanya memutuskan untuk melupakan masa lalu mereka dan memulai dari awal tak mengindahkan apa yang dipikirkan orang lain tentang mereka" lanjut gadis itu.
Wajah Irene berubah datar lalu ia berdiri ke arah dapur dan mengambil minum, seketika pikirannya melayang.
Jalan berpikir seorang Mino memang sulit untuk ditebak, ia memutuskan untuk melepas Irene demi kebahagian perempuan itu. Namun, tak perasaannya tidak bisa dibohongi; sepertinya kali ini ia tulus mencintai perempuan itu. rasa rindu itu memang ada, jelas hingga orang-orang di sekitarnya menyadari itu. Pertemuan tak sengaja yang terjadi minggu lalu, mengoyahkan pemikirannya.
Alunan musik bertempo sedang mengalun di sebuah cafe berinterior serba kayu menambah kesan classy cafe itu. Di sudut cafe, dua orang pria tengah duduk saling menghadap; jelas suasana santai menguar di antara mereka, keduanya saling melempar canda dan yang lainnya membalas dengan tawa.
" Hyung, Ibu sudah merestuimu dan kakak" ucap Sehun tiba-tiba
" Jangan bercanda tentang hal itu" balas Mino seraya tersenyum
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS ?
FanfictionWhat is Love? Love is Food, just like what George Bernard Shaw said "There is no sincerer love than the love of food" -Bae Irene- Love is a bug of everything. -Song Minho- NOTE : Private in some chapters