3. Cousin

1.6K 211 28
                                    

Kerutan samar terbentuk di kening Draco tepat setelah pria itu memasuki ruang tengah rumahnya. Hal itu tidak lain disebabkan oleh pemandangan di hadapannya saat iniㅡScorpius yang berdiri tak jauh di belakang sofa dengan semangkuk popcorn di pelukannya. Sementara duduk di salah satu sofanya, ada Cassie yang sedang berkutat dengan perkamen dan pena bulunyaㅡmengerjakan tugas.

"Kau sedang apa, Scorp?"

Scorpius menoleh. "Oh, aku hanya sedang menonton Cassie mengerjakan tugas." Sebuah senyum sumringah kemudian terlukis di bibirnya. "Itu adalah sebuah reality show yang aku belum pernah melihat satupun episodenya," lanjutnya.

Draco hanya bisa mengelengkan kepala. Dia tahu Scorpius mengatakan itu hanya untuk menggoda Cassie. Tak ada yang salah dengan itu, karena seperti itulah hal-hal bejalan di keluarga ini. Saling menggoda, membuat satu sama lain kesal, bertengkar. Tapi pada akhirnya, mereka tetaplah keluarga. Dan itulah yang terpenting.

"Daddy, see?! Too many distractions!" adu Cassie sambil menunjuk Scorpius yang kini malah menyamankan diri di sofa lainnya. Dia jelas tak akan membiarkan ejekan Scorpius itu berlalu tanpa balasan. "Ini benar-benar salah Scorpius aku jadi tidak bisa menyelesaikan tugas-tugasku!"

"Oh, benarkah?" Scorpius pura-pura terkejut. "Aku ada hubungannya dengan 'Empatbelas tugas yang tidak kau kumpulkan'?"

"Empatbelas?" sambar Draco dan menatap Cassie meminta penjelasan. "Kau bilang hanya delapan."

Oh, hebat. Sekarang Cassie rasa dia benar-benar harus memikirkan pembalasan yang manis untuk kakak idiotnya itu karena telah membuat kebohongannya terbongkar.

"Itu seminggu yang lalu, Dad. Aku tidak ingat tentang keenam tugas lainnya saat itu," gumam Cassie dengan suara pelan.

Itu hanya alibi tentu saja. Dia tidak sebodoh itu untuk mengatakan yang sebenarnya sejak awal karena itu hanya akan membuatnya mendapat hukuman yang lebih berat.

Draco menghela napas. Dia tahu dia tak akan benar-benar bisa marah pada Cassie, tidak bahkan ketika dia tahu kalau putrinya itu berbohong padanya. Entah bagaimana Cassie berhasil membuat surat-surat pemberitahuan dari guru-guru Hogwarts tentang dirinya yang tidak mengumpulkan tugas tidak sampai ke tangan Draco ataupun Hermione. Walaupun pada akhirnya, isi surat itu tetap sampai ke telinga Draco dan Hermione. Dan meskipun sudah terlambat karena tahun ajaran telah usai, Draco dan Hermione merasa tetap harus membuat Cassie menyelesaikan tugas-tugasnya tersebut. Hitung-hitung sebagai hukuman untuk si pemalas kecil itu.

Setelah memasang wajah seriusnya, Draco berkata, "This is why you aren't doing anything over summer except finish all your missing assignments, little miss."

"Benar-benar ironis," ujar Scorpius berpura-pura simpati. "Orang yang paling tidak menyukai sekolah, malah yang harus paling banyak berkutat dengan pekerjaan sekolah selama liburan." Senyum meledek lelaki itu muncul ketika mendapati ekspresi Cassie yang tampak ingin memakannya hidup-hidup saat itu juga. Tidak setiap hari dia bisa mendapatkan pemandangan itu. "Life is funny like that."

Dan sedetik kemudian, sebuah bantal sofa melayang ke arah Scorpius. Terberkatilah latihan Quidditch bertahun-tahun yang ia jalani hingga membuatnya memiliki refleks yang cukup bagus untuk menghindar dari lemparan sayang Cassie.

Perhatian ketiga Malfoy dalam ruangan itu teralihkan oleh kehadiran dua anggota keluarga mereka yang lainnyaㅡHermione dan Orion. Draco langsung menyambut keduanya, berjalan menghampiri mereka untuk mencium Hermione dan mengusap kepala Orion, menanyakan tentang bagaimana jalan-jalan mereka tadi. Sementara Scorpius dan Cassie malah menatap adik mereka dengan sebelah alis terangkat.

[3] Our FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang