Rose Weasley hanya bisa menulikan telinganya.
Ketika dia dan sahabat sekaligus sepupu Gryffindornya kembali ke asrama seusai makan malam di Aula Besar, Rose memilih berjalan di depan. Berusaha keras untuk tidak mendengarkan pembicaraan sahabat dan sepupunya itu, yang tampaknya juga tidak menyadari suasana hatinya yang buruk.
Quidditch. Dominique. Prank. Cassie. Dominique lagi.
Kira-kira seperti itulah yang sedari tadi Rose dengar. Dia sudah berusaha untuk tidak mendengarkan dan tidak peduli. Tapi tetap saja, kedua orang itu berada tepat di belakangnya. Sulit untuk tidak mendengarkan sekalipun dia sangat ingin. Andai saja dia punya benda muggle bernama headset untuk menyumbat telinganya saat ini.
"Serius, aku masih bingung harus memberikan apa. Minggu depan Dom ulang tahun, aku harus memberikan sesuatu yang spesial untuk gadis yang spesial sepertinya," kata pria di belakang RoseㅡScorpius. Rose hanya bisa mencibir. Bukannya dia membenci sepupunya itu, tapi satu-satu yang membuat gadis itu spesial hanya karena dia keturunan veela. Selebihnya bagi Rose dia biasa sajaㅡmereka tidak begitu akrab.
Pria satu lagi yang merupakan sepupu Rose, James, membalas. "Kenapa tidak kau beri saja dia ciuman? Tapi jangan di depan kamar mandi prefek seperti Teddy." James tersenyum geli. Dia ingat hari di mana dia memergoki sepupunya, Victoire, berciuman dengan Teddy Lupin. Benar-benar akward saat itu.
Scorpius mengerutkan keningnya dan terlihat berpikir. Dia dan Dominique baru meresmikan hubungan mereka seminggu yang lalu, mereka baru menjalani beberapa kencan, dan Scorpius belum mendapatkan kesempatan untuk mencium kekasihnya itu. "Ide bagus. Dan mungkin aku harus melakukannya di depan banyak orang supaya orang-orang tahu dia milikku," kata Scoprius sambil menyeringai. Dia akan membuat pria-pria tolol yang masih berusaha mendekati Dominique-nya sadar diri. Siapa mereka memangnya sampai berpikir bisa bersaing dengan Scorpius Malfoy?
James agak terkejut mendengar Scorpius mengambil idenya. Padahal dia hanya asal bicara tadi. Tapi kemudian dia menyetujui perkataan Scorpius tersebut. Cara itu memang bisa digunakan untuk menandai gadis pujaannya supaya tak ada lagi saingan yang datang.
"Kau benar. Kalau aku mungkin akan melakukannya setelah makan malam di Aula Besar pada Cㅡ" James tak berani melanjutkan kata-katanya ketika menemukan tatapan menyeramkan Scorpius yang sepertinya sudah bisa menebak kelanjutan ucapannya. Dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan berusaha mengalihkan pembicaraan. "Ngomong-ngomong, kurasa kau tetap harus memberikan hadiah praktikal untuk Dom."
Sebelum Scorpius sempat membalas, perhatian mereka langsung teralihkan ketika Rose tiba-tiba berhenti melangkah. James dan Scorpius ikut berhenti melangkah dan mendapati dua murid Slytherin yang sangat familiar berdiri dihadapan merekaㅡdan tampak sama terkejutnya dengan mereka.
"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Scorpius sambil memandang curiga pada keduanya. Andai saja dia seorang prefek, sudah dia potong poin dua murid Slytherin ini karena berkeliaran tak jelas di koridor menuju asrama Gryffindor.
"Apa yang kalian lakukan di sini?" Yang ditanya malah bertanya balik. Scorpius menatap datar si Slytherin itu, yang merupakan adiknya sendiri.
"Ini koridor menuju asrama Gryffindor, Malfoy. Keberadaan kalian yang seharusnya dipertanyakan di sini," Rose menjawab dengan nada datar. Benar-benar bukan saat yang tepat bertemu Cassie dengan suasana hati yang buruk seperti ini.
James tiba-tiba berdecak. "Kau benar-benar tidak kapok ya, adik kecil? Mencoba melanggar peraturan seperti ini, padahal Mom dan Dad sudah terus-terusan mengingatkanmu," kata James pada si Slytherin yang satu lagi yang merupakan adiknya sendiri, Albus.
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] Our Family
Fiksi PenggemarA Dramione fanfiction. Hanya cerita tentang anak-anak Draco dan Hermione (née Granger) Malfoy beserta teman-temannya. [Third story of Our Story and Our Love] Published at Mei 16th, 2017.