6. Nostalgia

1.5K 206 29
                                    

Dalam ruangan yang penuh dengan jajaran rak tinggi berisi buku itu, satu set sofa tersusun rapi di tengahnya. Dan seorang wanita dewasa tengah duduk di salah satu sofanya, dengan sebuah album foto di pangkuannya. Mata cokelatnya tampak fokus memperhatikan seisi album tersebut.

Senyum manis kerap hadir di bibir wanita itu setiap kali lembaran baru terbuka. Tak satupun foto yang ada dalam album itu mampu membuatnya menahan diri untuk tersenyum. Dan hal itu disebabkan oleh semua kenangan yang berasal dari foto-foto itu adalah kenangan manis yang tak akan mungkin dia lupakan.

"Di sini kau rupanya, Granger." Detik itu juga, senyum manis wanita itu lenyap. Dia mendongak untuk menatap sinis pria dewasa yang baru saja masuk ke dalam ruangan. "Kupikir kau sudah tidak memiliki kepentingan lagi di sini, mengingat kau telah membaca semua buku yang ada di sini dan bahkan mengulang beberapa diantaranya."

"Aku sudah kehilangan marga itu sejak bertahun-tahun yang lalu, tapi kau masih saja memanggilku begitu," gerutu wanita itu, Hermione. "Bagaimana aku bisa menjadi Mrs. Malfoy kalau kau terus memanggilku Granger, Draco?"

Draco justru terkekeh. Dia dengan santai berjalan mendekati sofa, lalu duduk di sebelah istrinya. "Tidakkah kau tahu kalau Granger adalah semacam panggilan sayangku untukmu?"

Hermione berdecak. Ya, dia tahu hal itu. Sewaktu mereka berpacaran, panggilan 'Malfoy' dan 'Granger' adalah panggilan sayang tidak resmi mereka. Agak aneh memang, menggunakan marga masing-masing sebagai panggilan sayang. Ginny dan Daphnee bahkan dibuat mengernyitkan dahi setiap mendengar mereka memanggil satu sama lain seperti itu. Tapi, keduanya tidak peduli. Untuk beberapa alasan, mereka sama-sama merasa nyaman dengan hal itu.

Tapi mereka sudah menikah saat ini. Secara teknis, Hermione tidak lagi menyandang nama 'Granger' sehingga Draco seharusnya tidak memanggilnya begitu. Dan dia juga tidak bisa memanggil Draco dengan 'Malfoy' lagi karena dia juga seorang Malfoy sekarang.

Tapi Draco tetaplah Draco. Dia tidak peduli dengan bagaimana teknisnya perubahan marga itu bekerja. Dia hanya akan melakukan apapun yang dia suka, seperti memanggilnya Granger ketika hanya ada mereka berdua. Pengecualian dalam situasi serius.

Pandangan Draco kemudian jatuh pada album foto yang berada dalam pangkuan istrinya. "You miss them already?" tanyanya bingung. "Tapi kita baru saja mengantar mereka ke Stasiun King's Cross pagi ini."

Hermione menghela napas. Kekesalannya terkait panggilan Draco menghilang seketika karena perhatiannya kembali teralihkan. Wanita itu kemudian mengubah posisi duduknya, menyandarkan kepalanya pada bahu sang suami.

"Aku hanya... sedikit mengenang masa kecil mereka," katanya jujur. Matanya terpaku pada lembaran album yang menampilkan foto ketika ketiga buah hatinya masih berusia di bawah lima tahun. "They grow up so fast, don't you think?"

Tangan Draco bergerak untuk memeluk bahu istrinya, mengusapnya lembut. "Ya, aku tahu."

"Ingat saat pertama kita menyandang status sebagai orangtua?" tanya Hermione, dengan pandangan yang menerawang. "Aku masih tak percaya aku akan pernah melihatmu menangis sambil memeluk Harry," lanjutnya dan tertawa kecil.

Draco memutar bola matanya, tidak benar-benar menyukai pembicaraan mengenai kejadian itu. "Aku sangat gugup waktu itu dan tak tahu bagaimana caranya untuk berhenti panik dan berpikiran buruk tentang apa yang akan terjadi padamu dan Scorpius. Sebagai seseorang yang terlebih dahulu berada di posisiku saat itu, Potter membantu mengarahkanku. Kemudian aku melihatmu dan Scorpius baik-baik saja, aku merasa sangat lega dan tanpa sadar mataku berair. Memeluk Potter hanyalah refleks karena dia banyak membantuku saat itu."

Di antara James, Scorpius, Demian, memang James yang terlebih dahulu lahir. Itu sebabnya menjelang kelahiran Scorpius, Draco lebih banyak mendengarkan Harry ketimbang Blaise. Saat itu, dia merasa lebih bijak untuk mempercayai Harry daripada sahabatnya sendiri.

[3] Our FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang