8. Getting Even

1.1K 163 52
                                        

Saat itu adalah sabtu pagi cerah di Aula Besar Hogwarts. Para murid berkumpul di meja asrama masing-masing untuk sarapan. Cassie sedang bersenda gurau dengan teman-temannya ketika seseorang tiba-tiba menutup matanya dari belakang, menggelapkan pengelihatannya. Namun, dia yakin dia tahu siapa pelaku yang sedang mencoba mengerjainya itu bahkan tanpa perlu melihat.

"James, bukankah sudah pernah kukatakan padamu kalau hal cheesy semacam ini tak akan berhasil padaku?" katanya malas. Kekasihnya itu memang suka sekali meniru hal-hal cheesy yang biasa dilakukan oleh seseorang kepada pasangannya. Dan bukannya Cassie tidak menghargai usaha James untuk menjadi romantis. Hanya saja, dia pada dasarnya memang sangat tidak menyukai romantisme semacam itu.

"Aku tahu," jawab James dan menjauhkan tangannya dari wajah Cassie. "But perhaps this beautiful flowers will works to you?" Tanpa melunturkan senyumnya, lelaki itu menyodorkan beberapa tangkai bunga iris dari tangannya yang lain. "Although, it's still nothing compare to this beautiful view," lanjutnya sambil menatap tepat ke arah Cassie.

"Real smooth, Potter," komentar Cassie yang ikut tidak bisa menahan senyumnya. Tangannya meraih bunga tersebut, mencium aromanya sejenak. "But thank you."

James tersenyum puas dan langsung mencoba mengambil tempat di sebelah Cassie. Sementara Albus yang awalnya duduk di sebelah Cassie mau tidak mau harus menggeser pantatnya untuk memberi ruang pada lelaki itu.

"Kau tak seharusnya duduk di sini. Ada alasan kenapa ini diberi nama meja Slytherin," keluh Albus yang merasa sangat terganggu dengan kehadiran kakaknya itu.

Bukannya menyingkir, James malah merangkul bahu Albus. Tangannya dengan nakal bergerak untuk mengacak-acak rambut cokelat gelap milik adiknya itu. "Don't be so stiff, Al. Bukankah dulu kau justru yang selalu ingin dekat-dekat denganku? Mengikutiku kemanapun aku pergi?"

"Get off me!" Albus meronta dengan kesal, mencoba melepaskan diri. Apa yang dikatakan kakaknya itu memang benar. Sewaktu kecil, layaknya seorang adik pada umumnya, dia suka sekali mengikuti lelaki itu. Entah itu sesuatu yang James lakukan atau kemana lelaki itu pergi.

Tapi sekali lagi, itu dulu. Sekarang dia terlalu malas dekat-dekat dengan James yang semakin lama semakin menyebalkan.

Setelah berhasil membebaskan diri dari James, Albus langsung bangkit berdiri. Tanpa berkata apapun, dia berjalan meninggalkan aula besar dengan wajah masam. Tidak ada yang berniat menyusulnya, tidak bahkan teman-temannya yang sedari tadi hanya menonton interaksi kedua Potter itu. James bahkan malah memandangi kepergiannya dengan senyum jahil. Poor Albus.

"Um, James?" panggil Cassie, yang baru tersadar akan sesuatu. "I still don't get the occasion of this flowers. It isn't a 'I'm sorry I did something behind your back' flowers, right?"

"Tentu saja bukan," jawab James cepat. "It's a 'would you go on a date with me?' flowers." Lelaki itu kembali menampilkan senyum hangatnya. "Dan berdasarkan reaksimu, kurasa aku tahu jawabannya."

Cassie justru meringis, nampak tidak enak untuk mengatakan apa yang hendak dia katakan. "Well, aku sebenarnya mau. Tapi aku tidak bisa."

"Tidak bisa kenapa?" tanya James, berusaha keras untuk tidak terlihat begitu kecewa.

"Aku ada detensi pagi ini, dan janji makan siang dengan orangtuaku siangnya. Dan detensi lainnya di sore hari yang aku tak yakin akan selesai dengan cepat."

Ekspresi kecewa James berubah menjadi prihatin. "Hari ini pasti berat untukmu. Apa ada sesuatu yang bisa kulakukan untuk membantu?"

Cassie tersenyum dan meraih tangan James yang berada di atas meja. "That flowers just did."

[3] Our FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang