7,2. Trust Issue

1K 163 58
                                    

Di lorong menuju ruang bawah tanah Hogwarts itu, Cassie berjalan seorang diri menuju asramanya. Pertandingan quidditch antar asrama baru saja selesai dan teman-temannya memilih tetap tinggal di lapangan untuk menonton kericuhan yang sedang berlangsung. Bukan masalah yang besar sebenarnya, hanya drama usai pertandingan yang biasa terjadi antara Slytherin dan Gryffindor. Sesuatu yang selalu terjadi setiap kali kedua asrama itu bertanding. Terkadang Cassie berpikir kalau lebih banyak orang yang datang untuk menonton drama tersebut ketimbang pertandingannya sendiri. Well, dia salah satu dari orang itu biasanya. Tapi untuk saat ini, dia tidak dalam mood yang baik untuk menonton drama itu.

Setelah menyebutkan kata sandinya, pintu asrama Slytherin akhirnya membuka. Awalnya dia berniat untuk bersantai di kursi hijau megah ruang rekreasi sambil menunggu teman-temannya kembali. Namun ketika mendapati beberapa murid perempuan Slytherin sedang bergosip di sana, Cassie sontak memutar bola mata dan memilih untuk pergi ke kamarnya.

"Jadi menurutmu apa yang dikatakan para Gryffindor itu benar? Tentang ada yang menyabotase sapu mereka? Bagaimana kalau itu hanya alasan mereka saja karena tidak ingin mengakui kekalahan?"

"Kau benar, mereka bisa saja berkata begitu karena tidak ingin mengakui kekalahan. Tapi... aku melihat sesuatu yang membuat alasan mereka itu jadi masuk akal."

Langkah Cassie yang sudah berada di tangga pertama menuju kamarnya langsung terhenti ketika tanpa sengaja mendengar percakapan teman seasramanya itu. Dia tidak ingin mengakui ini, tapi dia ikut penasaran dengan apa yang dilihat orang itu. Siapa tahu itu adalah sesuatu yang menarik untuknya juga.

"Memangnya apa yang kau lihat?"

"Dominique Weasley. Di dekat lemari sapu Gryffindor. Beberapa menit sebelum pertandingan dimulai."

Mata Cassie sontak membulat.

"Menurutmu dia yang melalukannya?"

"Tentu saja. Apalagi yang mungkin dia lakukan di sana beberapa menit sebelum pertandingan?"

"Tapi, bukankah sepupu-sepupunya di Gryffindor? Dan juga... bukankah dia sedang menjalin hubungan dengan Scorpius? Melakukan sesuatu seperti itu sama saja dengan merusak hubungannya dengan mereka, kan?"

"Well, bukankah itu yang membuat rencananya sempurna? Tidak ada yang akan berpikir bahwa dia akan melakukan itu pada mereka. Tidak kecuali mereka memergokinya sendiri."

Kening Cassie mengerut tajam. Jika semua yang didengarnya ini benar, itu sama saja dengan Dominique memanfaatkan hubungannya dengan Scorpius. Dia mungkin bukan orang yang suci. Dia juga sering memanfaatkan orang lain di beberapa kesempatan demi keuntungannya ataupun keuntungan asramanya. Tapi apa yang dilakukan Dominique ini lebih dari sekedar memanfaatkan. Perempuan itu juga mengkhianati kepercayaan kakaknya dan Cassie tak akan tinggal diam akan hal itu.

Maka dari itu, esoknya di aula besar, hal pertama yang dia lakukan adalah menggeret Scorpius dari meja Gryffindor dan mengabaikan sarapannya. Tanpa memperdulikan tatapan bingung orang-orang, dia terus menarik kakaknya itu ke dalam kelas kosong.

"Apa-apaan, Cass?!" seru Scorpius kesal. Suasana hatinya masih buruk karena pertandingan kemarin dan dia tidak yakin dia bisa menghadapi adiknya ini tanpa meledak. "Dengar, aku sudah memiliki hari yang buruk kemarin. Aku tak memerlukan hari buruk lainnya denganㅡ"

"Dominique yang melakukannya," potong Cassie cepat.

Kening Scorpius mengerut. "Melakukan apa?"

"Menyabotase sapumu dan para Gryffindor. Seseorang melihatnya berada di dekat lemari sapu Gryffindor sebelum pertandingan kemarin," jelas Cassie. Dia tahu ini akan berat untuk Scorpius, tapi kakaknya itu berhak tahu kebenarannya.

[3] Our FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang