Peter Smith

1.2K 49 0
                                    

"Apa yang telah kau lakukan?! Bagaimana bisa kau melakukan semua ini, Peter?!!!" Suara seorang laki-laki yang berumur hampir menginjak 18 tahun itu menggema ke seluruh ruangan.

Rian.

Ya, remaja itu sedang berada di mansion milik Peter. Ia menanyakan keadaan Sasa yang ternyata telah diselamatkan oleh Bisma dkk.

"Apa kau peduli denganku?" Tanya Peter datar dan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya.

Rian terkejut. Apa Peter sudah menyadari perbuatannya? Bahwa ia hanya memanfaatkan Peter untuk mendapatkan Sasa.

"Kau diam saja, itu berarti jawabanmu ya." Ucap Peter yang membuat Rian melebarkan matanya.

"Kau kira mengapa aku baik kepadamu? Membantumu? Cih, yang benar saja!" Ucap Rian dengan tersenyum miring.

"Ternyata benar, tujuanmu datang kepadaku hanya untuk memanfaatkanku." Ucap Peter yang kecewa dengan Rian. Baginya, Rian sudah seperti anaknya sendiri. Tapi, apa yang dilakukan Rian sangat menyakiti hati Peter.

"Miris. Aku menganggapmu seperti anakku sendiri, tapi kau menganggap seolah aku hanyalah orang asing di hidupmu." Ucap Peter yang membuat Rian terkejut.

"What do you mean?" Tanya Rian sambil mengerutkan dahinya.

"Aku belum bercerita kepadamu, ya. Orang tuamu memberikanmu kepadaku." Ucap Peter yang membuat Rian diam tak berkutik.

"Kau dulu adalah Rian yang manis. Kau sangat baik, kau tidak pernah kasar kepada 'ayahmu'," ucap Peter.
"Kau tidak mungkin melupakan masa lalu-mu." Ucap Peter yang membuat Rian menahan air matanya.

"Dimana orang tuaku?" Tanya Rian dengan suara yang bergetar.

"Untuk apa kau mencari mereka jika mereka tidak akan ingat kepadamu." Ucap Peter yang sangat menusuk.

Rian baru ingat bahwa ia tidak pernah bertemu dengan seorang ibu. Dan ia tak pernah tahu kalau orang tuanya telah membuang Rian.

Peter benar, untuk apa ia mencari orang tuanya jika 'mereka' tidak akan mengingatnya lagi. Selama ini, yang mengurusnya adalah Peter. Walau dari jarak jauh, namun Peter terus memantaunya. Peter sudah seperti ayahnya sendiri, namun dengan entengnya ia membenci ayahnya. Sungguh bodoh!

"I'm sorry." Ucap Rian dengan menunduk.

Peter mengangkat alisnya. Tersenyum kecil, ternyata Rian tidak pernah berubah. Selalu meminta maaf dengan menundukkan kepalanya.

"Untuk apa kau meminta maaf jika kau tidak pernah bersalah." Ucap Peter yang membuat Rian terkejut. Terkejut dengan apa yang dikatakan Peter atau ayahnya.

"Jadi kau tidak marah padaku?" Tanya Rian.

"Bagaimana bisa seorang ayah marah kepada anaknya sendiri?" Ucap Peter dengan tersenyum menatap Rian.

Tanpa aba-aba, Rian memeluk Peter–atau ayahnya–dengan senang.

"Thanks, Dad." Ucap Rian yang membuat Peter merasakan bagaimana rasanya menjadi ayah.

***

"Bisma." Panggil Sasa. Mereka berdua sedang berada dalam perjalanan menuju sekolah menggunakan mobil milik Bisma.

"Hm?" Respon Bisma, tetapi masih fokus terhadap jalanan.

Tanya nggak ya? Batin Sasa menimang-nimang.

"Ngg...anu, itu..."

"Anu apa, Ta?" Tanya Bisma yang menunggu pertanyaan Sasa.

"Itu, tentang Peter." Ucap Sasa yang membuat Bisma mengerutkan dahinya.

TROUBLEMAKER & GOOD GIRL [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang