"Sa, eh ralat, Nata." Panggil seseorang setelah Sasa keluar dari perpustakaan. "Apa? Gue udah bilang, jangan panggil gue Nata karena gue bukan Nata De Coco." Jawab Sasa dengan malas karena orang yang memanggilnya adalah Bisma.
"Mau kemana?" Tanya Bisma. "Shooping. Ya ke kelas lah, gitu aja nggak tau." Jawab Sasa sambil ngegas. "Jangan ngegas lah Ta, masa' sama pacar sendiri kek gitu." Ucap Bisma menggoda Sasa yang dihadiahi pelototan oleh Sasa.
"Apa? Pacar? Cih! Nggak sudi gue jadi pacar lo." Jawab Sasa lalu pergi meninggalkan Bisma. "Ta!" Panggil Bisma dengan mengejar Sasa, karena Sasa sudah lumayan jauh darinya.
"Nata!" Panggil Bisma lagi, namun tidak ada jawaban dari Sasa. "Natasya!" Panggil Bisma setelah menggapai tangan Sasa. "Apa lagi? Gue udah muak sama lo." Ucap Sasa yang sudah kesal.
"Pulang sekolah, lo sama siapa?" Tanya Bisma. "Kepo!" Jawab Sasa. "Serius, Ta." Ucap Bisma berusaha menahan emosinya. "Nebeng Ina." Jawab Sasa.
"Oh, entar sama gue aja, ya?" Ajak Bisma. "Ogah!" Jawab Sasa. "Please, Ta sekali ini aja." Rujuk Bisma. "Enggak! Udah lah, gue mau ke kelas aja!" Ucap Sasa lalu pergi ke kelasnya. "Tapi, Ta–, Aaarrggh." Kesal Bisma karena Sasa telah menolaknya.
Tapi, kenapa gue kesal? Aaaarrrgggh, jangan sampai gue masuk ke jebakan yang gue buat sendiri. Batin Bisma yang ia tidak tahu bahwa ia perlahan telah terjebak di lubang yang telah ia buat sendiri.
***
Kriiiiiing,
Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Semua penghuni sekolah SMA Garuda berhamburan untuk pulang ke rumahnya ataupun sekedar berkumpul dengan para sohib mereka. Kebetulan, di dekat sekolah terdapat Kafe yang cocok untuk tongkrongan anak muda jaman sekarang.
"Sa, sorry ya, gue nggak bisa nganterin lo pulang, karena Bonyok gue nyuruh buat langsung pulang ke rumah, sory ya?" Ucap Ina yang tidak enak dengan Sasa. "Iya, gapapa gue bisa naik ojek online, kok." Jawab Sasa.
"Makasih, Sa. Gue balik ya?" Ucap Ina yang langsung menuju ke parkiran. "Iya, buruan sono." Ucap Sasa menyuruh Ina untuk segera pergi ke parkiran.
"Mau pulang sama gue?" Tanya seseorang yang tiba-tiba ada di depan Sasa siapa lagi kalau bukan Bisma. "Buju buset! Kek setan ae lo, nggak!" Jawab Sasa yang kaget dengan kemunculan Bisma.
"Ayolah, Ta, gue tau kalo lo nggak pulang sama Ina." Ucap Bisma yang ternyata sedari tadi menguping pembicaraan Sasa dan Ina. "Kan gue bisa pesen ojek online." Jawab Sasa.
"Nggak! Gue nggak ngijinin lo buat naik ojek online." Larang Bisma. "Kenapa? Suka-suka gue lah! Lo nggak berhak buat ngatur hidup gue." Ucap Sasa. "Turuti aja apa kata gue, udah yuk." Ucap Bisma sembari memegang tangan Sasa.
"Tapi gue nggak mau!" Ucap Sasa. "Udah buruan." Ucap Bisma dan menarik Sasa menuju ke parkiran. "Dasar nyebelin!" Gumam Sasa.
***
"Nih." Ucap Bisma sambil memberikan helm kepada Sasa yang kemudian di terima oleh Sasa. "Naik." Ucap Bisma, namun Sasa tampak terlihat ragu-ragu. "Buruan, Ta." Ucap Bisma lembut, entah kenapa setiap ia bersama Sasa, ia tidak bisa membentaknya.
"Ck, yaudah!" Ucap Sasa yang segera naik ke motor besar milik Bisma. "Pegangan." Suruh Bisma. "Nggak, gini aja." Jawab Sasa yang menaruh tangannya di pahanya. "Oh, yaudah." Ucap Bisma.
"Ta, lo beneran nggak mau pegangan?" Ucap Bisma di balik helm yang dikenakannya. "Nggak!" Jawab Sasa yang suaranya kabur oleh angin. "Beneran? Yakin?" Tanya Bisma. "Iyaa!" Jawab Sasa. "Oke." Ucap Bisma.
Namun, hal yang buruk terjadi, Bisma ngebut di tengah jalan yang ramai, sampai-sampai rambu lalu lintas ia lewati. "Bisma! Woy bego! Jan ngebut! Ntar ditangkep polisi! Hati-hati, woy!" Ucap Sasa yang sudah berpegangan di perut Bisma.
"Biarin, kan gini lebih enak." Ucap Bisma yang menurut Sasa, tidak waras! "Bisma bego, oon!" Ucap Sasa di balik kaca helm. Namun, Bisma tidak menanggapinya dan memasang smirk di wajahnya.
Setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu panjang, akhirnya mereka sampai di sebuah gedung yang sangat tinggi, seperti gedung pencakar langit.
"Bis, kita dimana?" Tanya Sasa heran, pasalnya dia tidak tahu tempat apa ini. "Udah, ikut aja. Nih, oh ya, jangan panggil gue Bis, karna gue bukan transportasi." Ucap Bisma sambil memberikan jaket kepada Sasa.
"Trus, gue harus panggil apa?" Tanya Sasa. "Terserah, sayang juga boleh." Goda Bisma. "Najis trulala!" Balas Sasa sambil membuat ekspresi jijik. "Udah, yuk." Ucap Bisma terkekeh.
"Bis," ucap Sasa dan Bisma pun menoleh, "Bismillahirrahmanirrahim." Lanjut Sasa yang membuat Bisma kesal, sedangkan Sasa sudah tertawa terbahak-bahak.
"Enak juga ya ngerjain lo." Ucap Sasa sembari memegangi perutnya yang sakit karena tertawa. "Ogeb_-." Ucap Bisma dengan nada kesal.
***
"Masuk." Ucap Bisma untuk masuk ke ruangannya. Ya, Bisma mengajak Sasa ke apartemennya, bukan untuk berbuat hal yang tidak-tidak lho ya, tapi Bisma mengajak Sasa ke apartemennya karena amanat dari guru BK mereka, yaitu Pak Gino.
Bisma heran, kenapa Pak Gino harus melakukan hal ini? Kalau Bisma khilaf gimana?😰 Canda elaah😂 Bisma kan anak baik(?).
"Nggak mau!" Jawab Sasa. "Kenapa? Ayok." Ucap Bisma sambil menarik Sasa untuk masuk. "Iiih, Bisma! Lo nggak punya otak, ya? Entar kalo terjadi apa-apa gimana? Lo mau tanggung jawab?" Ucap Sasa menyerbu Bisma.
"Udah tenang aja, gue nggak bakal macem-macem. Lagian, ini disuruh Pak Gino, jadi nggak masalah, dong." Ucap Bisma menjelaskan. "What! Kok gue nggak tau?" Tanya Sasa. "Pak Gino nitip ke gue, tapi karena lo susah buat diajak bicara, yaudah gue bawa langsung aja ke sini." Jawab Bisma.
"Trus gue kesini ngapain?" Tanya Sasa. "Ngawasin gue." Jawab Bisma. "Kenapa harus sampe rumah, kan tugas gue cuman di sekolah." Tanya Sasa. "Mana gue tau." Jawab Bisma sambil mengangkat bahunya."Ck, nyebelin!" Ucap Sasa.
Cukup lama mereka berdiam diri, hampir 2 jam, dan itu semua terjadi karena adanya kecanggungan diantara mereka. Bisma heran, ada apa dengan dirinya? Sebelumnya, ia tidak pernah merasa begini, merasa kehabisan kata-kata ketika dekat dengan Sasa.
Begitu juga Sasa, ia hampir merasakan hal yang sama dengan Bisma, mendadak ia menjadi bisu, sampai suara bel berbunyi. Ternyata kurir yang mengantarkan pesanan.
Bisma tidak tahu, sebelumnya ia tidak pernah memesan sebuah barang, kecuali ia mendapat barang dari pengagum rahasianya, atau biasa disebut secret admirer. Entah apa yang dipikirkan pengagumnya itu, tapi ia benar-benar telah rugi, karena Bisma tidak akan menerimanya, melainkan ia buang ke tempat sampah atau memberikannya kepada orang lain.
"Apaan tuh?" Tanya Sasa ketika Bisma sudah menerima kotak dari kurir itu. "Kepo!" Jawab Bisma. "Iih, kan gue cuman nanya!" Jawab Sasa dengan kesal. "Aciieee ngambek, ululululu, sini biar abang elusin." Ucap Bisma dengan menggoda Sasa.
"Apaan sih, lu?! Jijik!" Ucap Sasa lalu berjalan ke dapur. "Cieee, pacar gue ngambek." Ucap Bisma dari ruang tamu. "GUE BUKAN PACAR ELO!!" Ucap Sasa ngegas.
"Terserah, biar bagaimanapun lo tetep pacar gue. Titik." Ucap Bisma keras kepala, memang dari kecil Bisma itu keras kepala, udah dibilang nggak boleh gitu, tapi tetep di lakuin.
"DASAR KERAS KEPALA!!" Ucap Sasa. "Gue nggak keras kepala, tapi gue kepala batu." Ucap Bisma cengengesan. "SAMA AJA GOBLOK!!" Ucap Sasa kesal, lalu masuk ke kamar yang ada di sebelah kamar Bisma.
Sabar, Sa, sabar. Emang kalo ngadepin orang miring harus banyak bersabar. Batin Sasa yang berusaha meredam emosinya.
Memang, kamar di apartemen Bisma ada dua, tapi Bisma tidak pernah menggunakannya, jadi ya daripada Sasa di kamar Bisma, lebih baik ia di kamar sebelah saja. Lagian, kamarnya cukup bersih, kok.
Bisma tidak menghiraukan Sasa lagi, lebih baik ia mandi dan membeli beberapa bahan makanan. Entar kalo Sasa ngamuk, kan berabe. Serasa udah jadi suami-istri, eh?
Gaje ah!
.
.
.
TBC
Vomment please:)
KAMU SEDANG MEMBACA
TROUBLEMAKER & GOOD GIRL [COMPLETED]
أدب المراهقينSepenggal kisah tentang seorang cowok yang bernama Bisma. Terkenal karena pembuat rusuh di sekolahan atau sering disebut Troublemaker. Tak hanya pembuat rusuh, namun ia juga sering pergi ke klub malam. Namun di suatu hari, pihak sekolah sudah tidak...