❄️CHAPTER LIMA BELAS❄️

356 28 1
                                    


Bel pulang sekolah telah berbunyi, seperti biasa semua murid berhamburan keluar. Begitupun dengan Zahra ia berjalan beriringan dengan temannya, mereka berpisah di parkiran sekolah dimana kedua sahabatnya mengambil mobilnya.

"Ehh Ra beneran gak mau nebeng lo? Diluar hujan loh nunggu Abang Lo kan masih lama kan" Zahra hanya tersenyum mendapatkan tawaran dari Ais

"Iya nih ra, kalau gak mau sama Ais sama gue aja biar nantik gue sama supir anterin Lo? Ini lagi hujan loh ra" Zahra pun hanya tersenyum mendapatkan pertanyaan yang sama dari kedua sahabatnya itu.

"Ngak kok gak usah santai lah gue bentar nunggu taksi aja soalnya supir di rumah di buat nganter mama" kedua sahabatnya pun hanya menganggukkan kepalanya, meski ia membujuk Zahra tetap gadis itu seperti pendiriaannya gak bisa di ubah.

"Ohh yaudah gue duluan ya beneran nih?" Zahra pun hanya menganggukkan kepalanya sembari tersenyum.

"Gue duluan juga ya tuh supir gue udah dateng, ayok deh ra kalau mau ikut" Zahra hanya menggelengkan kepalanya

"Gausah kok yaudah sana pergi" mereka berdua pun pergi dari hadapan zahra dengan melambaikan tangannya.

Tittt...

"Gue duluan ra ya hati hati" Ais berteriak di dalam mobil Zahra hanya membalasnya dengan ajungan jempol.

  Zahra menuju keluar gerbang dengan tas di atas kepalanya menutupi rintikan hujan yang turun mengenai kepalanya. Ia berjalan agak sedikit berlari menuju halte bis, ia duduk sambil mengusap ngusap rok dan bajunya yang terkena cipratan air hujan. Menit ber menit berlalu hujan tidak berhenti, Zahra menatap nanar ke arah jalan yang tengah di guyur hujan bagaimana bisa ia pulang? sedangkan di luar sana  langit tengah menumpahkan airnya.

Kakinya sedikit di hentak hentakkan sembari berfikir langkah apa yang akan dilakukan selanjutnya. Menunggu taksi namun tak kunjung lewat, menelfon keluarganya namun hpnya lowbat. Keberuntungannya belum berpihak padanya saat ini. Jika begitu ia akan menerima tawaran dari Ais atau alvi, tapi yah udah terlanjur gimana lagi.

Andai saja ada seseorang pria ganteng yang tiba tiba membantunya mengantarkan pulang. Mungkin ia akan dengan senang hati menerimanya.

Zahra yang tadinya menunduk, fokus pada roknya kini mendonggakkkan kepalanya keatas. Beberapa jengkal di atas kepalanya terdapat jaket bewarna merah maron persis tadi siang itu. Zahra memiringkan kepalanya bermaksud melihat orang yang menaruh jaket tersebut di kepalanya. Dan benar dugaannya dia adalah pria yang menolongnya tadi siang.

"Ehh kak Rendi ngapain ke sini kak? Ini lagi buat apa jaketnya?" Rendi pun menduduki bokongnya di samping Zahra.

"Biar Lo gak dingin" Zahra hanya menganggukkan kepalanya
sama kak kayak Lo dingin guman Zahra.

"Balik?"

"Ehh.."Zahra pun reflek karena pertanyaan yang mendadak

"Balik?" Rendi bertanya sekali lagi karena ia tidak mendapatkan respon

"Ehh ngak kak belum, taksi belum lewat lagi nih" Rendi pun menganggukkan kepalanya, kemudian ia pun berdiri

"Gue anterin" mata Zahra berbinar bahwa angannya tadi tercapai bahwa ia di jemput oleh seorang pria ganteng dan mengajaknya pulang tercapai.

"Hmm..emangnya boleh kak?nantik ngerepotin" Rendi pun membalikkan badannya menghadap Zahra yang sedang menatapnya.

"Gak. buruan" Zahra pun mengikuti apa yang di ucapkan Rendi dengan kata datar itu.

"Makasih kak ya jadi ngerepotin kan" Rendi pun hanya menganggukkan kepalanya

Di dalam mobil tidak ada yang berbincang. Hanya ada suara radio yang bersuara di sana. Zahra sibuk dengan ponselnya meskipun tidak ada yang ngechat ia hanya men scroll ignya melihat berita terkini dari temannya, sedangkan Rendi sibuk dengan menyetir mobilnya membelah jalan yang di guyur hujan itu.

The Melting Snow (TMS) [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang