Pagi telah muncul Zahra kini telah sampai disekolah dengan pak mamang yang mengantarnya karena kini ia tidak membawa mobil sendiri.
Zahra berjalan santai dan ia membalas teman dan murid lainnya yang menyapanya dengan senyumnya.
Zahra berjalan di koridor sekolah sesekali dengan bersenandung kecil. Saat di belokan koridor itu ia dikejutkan dengan datangnya Amel yang tiba tiba.
"Astaghfirullah" kaget Zahra sambil mengusap dadanya terkejut.
"Lo kira gue setan apa Sampek gitu" desis Amel dengan tangan yang bersendekap di dadanya tak lupa dua sahabatnya di belakangnya.
"Lo kan yang bilang, yaudah kak gue duluan mau masuk" Zahra berucap kemudian melenggang pergi melewati pinggir Amel namun langsung di hadapannya oleh sang empunya.
"Ohh Lo makin lama makin ngelunjak ya"
"Gue gak punya salah ya kak sama kalian mending minggir deh gue mau lewat" Amel pun terpancing dengan ucapan zahra.
"Ohhh berani Lo sama gue hah? Lo gak tau sopan santun banget ya jadi orang. Inget Lo disini cuman Junior jadi gak usah sok. Atau orang tua Lo gak ngajarin sopan santun ya dasar"
"Lo boleh hina gue tapi gak usah hina orang tua gue, harusnya kalian ngasih tau yang bener sama juniornya bukan malah bertindak kayak preman gini"
"Ohhh Lo berani gini, its oke Karena Lo yang minta gue ladenin" Amel tersenyum miring ia pun hendak menampar zahra namun suara bariton menghentikan aksinya.
"Kalian ngapain?"
Mereka semua pun menatap pemilik suara itu begitu pun dengan Zahra. Disana terlihat pak Amir berdiri dengan tangan yang berkacak pinggang. Guru itu termasuk salah satu gue Ter killer di sekolah ini, ia akan menghukum murid yang melanggar aturannya.
"Ehhh bapak, ngak kok pak kita gak ngapa ngapain" ujar salah satu sahabat Amel yang di kenal dengan nama Diana.
"Jadi terus kenapa itu tangannya kok gitu? Kalian mau nampar anak itu ya" Amel pun gelagapan namun ia tutupi.
"Gak lah pak ngapain nampar dia gak ada kerjaan aja, saya disini mau rapiin rambut Adek ini ia kan dek?" Amel melototkan matanya pada Zahra, membuat Zahra memutar bola matanya malas melihat tingkah licik kakak kelas satunya itu.
Zahra hanya membalas dengan deheman.
"Yaudah sana masuk bel udah mau bunyi" mereka semua pun berhamburan pergi, namun sebelum itu Amel sempat berbisik pada Zahra.
"Lo sekarang selamat, tapi liat aja nantik Lo bakal sujud di depan gue" Zahra hanya melirik Amel sinis.
"Dasar licik" guman Zahra kemudian ia pun melangkahkan kakinya menuju kelasnya.
Setelah sampai di kelasnya ia pun menduduki badannya di samping meja sahabatnya.
Mereka berbincang bincang ria dari berbicara tentang oppa oppa Korea maupun tentang artis muda disini.
Dari asikk mereka mengobrol hingga suara derap langkah dan suara wanita tua memasuki kelasnya.
Bu Endang selaku guru matematika memasuki kelas zahra dan menyapa muridnya kemudian ia pun melanjutkan pelajaran kemarin yang belum tuntas.
Setelah lama mereka belajar sampai waktu istirahat pun berbunyi, mereka pun berhamburan keluar menuju tempat yang mereka inginkan.
"Kantin kuyy" ajak Zahra pada sahabatnya.
"Kuyyy"
Mereka bertiga pun berjalan beriringan menuju kantin sekolah.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
The Melting Snow (TMS) [TAHAP REVISI]
RandomMasih tahap revisi ya teman", jadi kalau ada salah tulis komentar ya biar cepet di perbaiki sama aku. Thnksss, happy reading!! ~~~ Dia dingin, sangat tidak tersentuh. Apa iya pria itu dilahirkan dikutub sehingga memiliki sikap dingin seperti beruang...