❄️CHAPTER SEPULUH❄️

404 35 0
                                    


Zahra mengaitkan tasnya di punggungnya. Ia berjalan ke arah gerbang setelah sedikit berbincang dengan kedua sahabatnya.

Zahra menyenderkan punggungnya di tembok dekat pagar yang memang kepalanya reda pusing sedikit. Ia mengedarkan pandangannya ke jalan raya mencari taksi karena sepuluh menit yang lalu abangnya bilang jika ia ada latihan basket dadakan kan kesal klu gini. Ia bingung tidak ada taksi yang berlalu lewat memang disini jarang sekali taksi lewat sekita sekolah ini ingin memesan gojek atau taksi online handphone mati.

Dua puluh menitan dia menunggu taksi tapi tak kunjung ketemu juga sampai akhirnya dia menemukan seseorang menaiki Honda sprot merahnya dengan helm yang berteker manis di kepalanya. Ia ingin meminta tumpangan kepadanya tapi malu tapi di sisi lain jika ia tak ingin memintanya mau menunggu abangnya kah dia?no sampai malam itu abangnya bisa-bisa Zahra lumutan disana.

Keputusan zahra pun bulat ia menghampiri Rendi dan meminta tolong untuk mengantarkan pulang. Dengan langkah cepat ia menghampiri meskipun kepalanya sakit.

"Ehmm kak boleh bonceng gak?soalnya gak ada taksi lewat" Zahra bersuara membuat si pemilik Honda tersebut menatapnya

"Gak"Rendi berkata yang membuat zahra harus melakukan sesuatu

"Plisss dongg kak hari ini aja Abang gue gak bisa buat nganterin gue pulang, gue udah nunggu taksi tapi dua puluh menitan gue nunggu tapi gak ada apalagi kepala gue pusing nih kak ya kak ya plus kali ini aja"Zahra menggoyang-goyangkan lengan Rendi membuat si pemilik lengan risih mau tak mau Rendi menyetujui cewek cerewet yang berada di dekatnya hari ini.

Rendi mengangguk sambil menatap jok duduk di belakang dirinya duduk mengisyaratkan Zahra duduk. Tapi apa daya Zahra yang kadang gak peka tak mengerti kode dari Rendi

"Maksudnya" Zahra yang di buat tak mengerti pun bersuara dengan alis yang terangkat ke atas  membuat Rendi menghela nafas menghadapi cewek tersebut orangnya yang kelewat cerewet itu tak mengerti apa gerik Rendi anehh batinnya

"Naik" suara dingin itu yang di dengar oleh Zahra mendengar kata tersebut membuat zahra naik ke Honda tersebut

Rendi yang melihat Zahra telah duduk di tempat tersebut pun menstalkel Hondanya menuju perumahan Zahra tinggal untuk mengantarkan cewek cerewet itu.

"Jalan?" Rendi bertanya pada Zahra yang memang ini baru pertama kalinya dia mengantarkan cewek kecuali nyokapnya. Zahra yang paham kata yang dilontarkan Rendi.

"Jalan******" Zahra memberitahu jalan menuju rumahnya yang membuat Rendi menganggukkan kepalanya menandakan tahu tempat tersebut.

Sekitar tiga puluh menit menempuh jarak tersebut Rendipun sampai di depan perumahan Zahra yang memang besar Pun memberhentikan Hondanya dan menyuruh Zahra untuk turun.

"Makasih kak"yang di balas anggukan oleh Rendi. Tanpa sepatah kata apapun ia meleset Hondanya di perladangan rumah Zahra. Zahra pun masuk kedalam rumahnya.

"Assalamualaikum"Zahra berucap tanpa teriak sambil memegang kepalanga karena pusing dikepalanya sedikit terasa

"Waalaikum salam"Riza momy Zahra menuju ke ruang keluarga karna mendengar suara anaknya

"Tumben gak teri...ehh kamu kenapa sayang?" Riza khawatir karena anaknya memegang kepalanya

"Biasa mom dikit pusing aja" Riza yang khawatir pun menghampiri anaknya.

"Kok bisa sih yaudah sana masuk ke kamar terus ganti baju pas istirahat jangan main handphone" Zahra hanya menganggukkan kepalanya. Ia pun menuju kamarnya berganti pakaian mencuci muka gosok gigi dan cuci kaki setelah selesai ia pun menuju kasurnya dan mencoba istirahat. Tak selang lama Zahra pun terlelap di mimpi indahnya.

****

Seorang laki-laki pun telah sampai setelah mengantarkan Zahra ke rumahnya. Ia pun masuk ke dalam rumahnya tanpa sepatah apapun Rendi melihat kedua orang tuanya berada di ruang tamu dengan tv yang ditontonnya pun menghampiri dan menyakini mereka.

"Udah pulang sayang" Clara berucap sambil mengusap kepala anaknya

"Iya mom, yaudah rendi kebelakang dulu mom dad" kedua orang tua Rendi pun hanya menganggukkan kepalanya

Rendi menuju kamarnya dan berganti pakaian sekolahnya dengan pakaian rumahannya. Setelah itu ia pun menuju ke arah balkon untuk menikmati semilir angin di wajahnya.

Rendi menatap ke atas hari memang masih sore dan terlihat disana semburan orange yang menandakan hari sudah sore. Ia menatap senja tersebut dan terlintas di otaknya wanita yang sering hadir di kehidupannya meskipun ia hanya bersikap acuh padanya. Wanita yang membuat hatinya bersikap aneh akhir-akhir ini. Rendi pun menggelengkan kepalanya mana bisa ia mengingat cewek cerewet itu mustahil pikirnya.

Setelah lama berada di balkon kamarnya Rendi pun memutuskan untuk masuk karna angin mulai semakin dingin. Ia merebahkan tubuhnya di kasurnya. Tak butuh lama ia pun terlelap dengan mimpi indahnya


****

Perempuan dengan celana jeans-nya dan baju pendek khusus olahraga pun telah siap dengan tataan rapinya. Hari ini hari Minggu Zahra memutuskan untuk pergi berlari saja di sekitar kompleks dan menuju taman yang memang tak jauh dari rumahnya.

Zahra pun keluar kamarnya dengan membawa earphone dan handphonenya tak lupa beberapa selembar uang. Ia menuju ruang tamu yang memang kebetulan terdapat kedua orang tuanya

"Mom dad Zahra keluar dulu ya mau joging pagi mumpung minggu nih" kedua orang tuanya pun mengalihkan pandangannya pada anaknya

"Tumben banget biasanya ngebo" Zahra hanya cengengesan

"Sekali kali mom biar gak tambah gemuk aja gak cantik nantik mah aku" sedangkan mom dan dady Zahra hanya menggelengkan kepalanya

"Abangnya gak di ajak?" Yang di balas gelengan oleh Zahra

"Uda di ajak tadi malam tapi bilang gak mau abang pengennya berduaan sama guling aja katanya males gitu buat jogging yaudah aku sendiri aja" jelas Zahra sedangkan kedua orang tuanya menganggukkan kepalanya

"Yaudah sana berangkat keburu siang nantik panas lagi" Pram Dady Zahra yang dari tadi tidak berucap dan hanya mendengarkan obrolan anak dan istrinya

"Yudah zahra berangkat assalamualaikum dahhh"Zahra pun melenggang pergi di hadapan orang tuanya. Tak lupa orang tuanya pun menjawab salam dari anaknya sambil berucap 'hati-hati.


***

Zahra pun mengitari sekitar kompleks sambil mendengarkan lagu di earphone yang terdapat di telinganya. Sudah empat kali Zahra memutari taman dan ia pun memutuskan untuk istirahat.

"Air botolnya satu buk" Zahra menghampiri toko kecil yang terdapat di sana. Ibu penjaga toko itupun menyodorkan sebuah botol minuman sedangkan Zahra menerimanya tak lupa kasih membayarnya.

Zahra duduk di perumputan dengan kaki yang di selondorkan ke depan. Ia meneguk setengah airnya dan menaruhnya ia memainkan handphonenya. Berasa ada orang yang duduk di dekatnya Zahra pun melihat siapa dan ternyata itu adalah...

"Lo.."spontan Zahra yang membuat cowok tersebut melihat ke arah Zahra sambil menaikan satu alisnya ke atas


Next? Or next?

Sampai sini dulu ya semoga suka di cerita selanjutnya.
Digantung dulu ceritanya biar seru aja yang penting bukan cintanyakan yang di gantung eaa😂

Jangan lupa vote and komennya tekan bintang 🌟 di bawah jangan lupa ya.ketemu lagi di cerita selanjutnya ba bayyy🙌



❣️see youu❣️

The Melting Snow (TMS) [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang