Jika kamu bertanya apakah aku bosan mencintaimu? Jawabannya tentu tidak, karena hatiku hanya terikat namamu saja.
~~~~Lain di tempat kini Rendi tengah duduk di kursi kekuasaannya, tak lupa tumpukan berkas yang harus ia kerjakan. Memang lelah tapi untuk menafkahi istrinya ia rela.
Rendi mengotak atik laptopnya tak lupa matanya melirik ke arah berkasnya. Ia ingin pekerjaan hari ini cepat selesai, entah dorongan dari mana ia ingin sekali bertemu dengan istrinya, padahal hanya berapa jam lalu ia berpisah pada dasarnya saja Rendi yang terlanjur sayang.
Krekkkk.....
Tiba tiba pintu ruangannya terbuka, menyita pandangan untuk melihat siapa yang masuk ke ruangannya. Ternyata dia adalah sekretaris perempuannya yang bekerja melewati batas. Bagaimana tidak? Dia selalu menggodanya namun itulah Rendi ia akan menampilkan wajah datarnya dan dinginnya.
Rendi bisa saja memecat sekretarisnya itu, namun dia harus profesional bukan karena dia kecentilan Rendi harus memecatnya. Sekretarisnya itu memang genit, namun ia tetap melakukan tugasnya dengan teliti dan tepat waktu mangka dari itu Rendi masih mempertahankan sekretarisnya.
Perempuan dengan baju merah tak lupa rok mininya di atas lutut memasuki ruangan Rendi, ia berjalan berleok leok untuk mendapatkan perhatian dari bos besarnya. Bukan Rendi jika ia memperhatikannya, cukup pada istrinya saja ia genit.
"Ini pak berkasnya" Dinda nama sekretaris itu dengan nada yang di buat buat, Rendi hanya melirik sekilas ia pun kembali menatap layar laptopnya yang masih menyala.
"Letakkan" ucapnya datar membuat Dinda menghela nafas, beginilah nasibnya jika ia mendekati seorang cowok dingin ia harus tau resikonya.
Dinda tetap menampilkan senyumnya, "baik pak, emmm ada yang saya bantu lagi?" Tanyanya dengan nada menggoda tak lupa senyum yang belum luntur.
Rendi yang mendengar itu pun mengangkat kepalanya menatap dingin sekertaris di depannya. Bukankah ia lupa jika disini ada o.b nya? Jadi dia bisa meminta ke o.b kenapa harus ke dia?.
"Gak" ucapnya dingin dengan tatapannya.
Dinda yang mendapat respon itu pun mengerucutkan bibirnya. Namun, Rendi yang melihat itu pun merasa jijik bukan lucu.
"Lucuan juga istri gue, arhhhhh jadi tambah rindu kan" gumannya dalam hati.
"Tapi saya bisa buatkan bapak kopi atau teh kok pak" kukuh Dinda untuk mendapatkan perhatian bosnya.
"Ada o.b" bukan jawaban singkat yang ingin Dinda dengar, melainkan jawaban yang membuatnya senang. Memangnya dia siapa ingin diperlukan senang oleh seorang Rendi Pratama Valentino?.
"Tapi pak sa-" ucapan dinda terpotong karena telah disela oleh Rendi terlebih dahulu.
"Keluar" ucap Rendi yang tak kuasa melihat perempuan di depannya.
Dinda membalikkan tubuhnya dan berjalan dengan kaki yang ia hentakkan ke lantai bertanda ia sedang kesal. Kapan ia bisa mendapatkan perlukan manis dari bos dinginnya itu?.
Rendi yang melihat dinda keluar pun langsung kembali memfokuskan diri untuk mengerjakan tugas kantornya yang belum selesai.
~~~~
Zahra kini tengah menyiram tumbuhan yang ada di depan rumahnya. Mommynya sudah pulang tiga puluh menit yang lalu, dari pada ia bosan Zahra lebih baik mengerjakan pekerjaan rumah bukan?.
Zahra menatap tumbuhan di depannya, sungguh banyak dengan jenis berbeda tak lupa tataan rapi yang membuat tumbuhan itu indah di pandang.
Ia ingat setelah tiga hari ia menikah, Zahra meminta kepada Rendi untuk membelikannya bunga matahari dan bungenvil.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Melting Snow (TMS) [TAHAP REVISI]
RandomMasih tahap revisi ya teman", jadi kalau ada salah tulis komentar ya biar cepet di perbaiki sama aku. Thnksss, happy reading!! ~~~ Dia dingin, sangat tidak tersentuh. Apa iya pria itu dilahirkan dikutub sehingga memiliki sikap dingin seperti beruang...