❄️CHAPTER DUA❄️

868 58 5
                                    


Murid-murid kelas mipa4 saling berkutit dengan buku matematikanya kecuali Zahra dia telah menyelesaikan tugasnya sebelum hari.

Alvi menghampiri Zahra karena dirinya melihat gadis itu yang hanya bersantai. "Ehh.. Ra Lo kok santai-santai aja sih yang lain kan pada ngerjain lah... elo malah santai waee" tanyanya.

"Iya nih Zahra kok lo gak ngerjain sih kayak anak-anak lainnya" sambung Ais melihat sahabatnya yang tampak santai kek di pantai.

"Gue mah udah,buat apa pusing-pusing ngerjain lagi" ucap Zahra sambil menyombongkan diri membuat kedua sahabatnya memutar bola matanya malas.

"Aelah udah aja sombongnya selangit" sindir Ais.

"Ehh..Ra boleh gak gue lihat, seenggaknya Lo kan pintar matematika heheh.." ucap Alvi sambil cengengesan, buat apa dong punya temen pinter kalau gak dimanfaatin pikirnya, dasar teman apa itu.

"Nih" Zahra melemparkan buku matematika ke arah kedua sahabatnya yang langsung diterimanya dengan mata berbinar. Kayak dapet giveaway saja.

"Makasih Zahra Lo emang cantik deh ngalahin Selena Gomes aja" puji Ais dan Alvi bersamaan, bangsat kan kalau punya temen kalau ada perlunya muji kalau ngak mah ah sudahlah, terserah mereka saja.

"Giliran ada perlunya aja mujinya minta ampun, cobak gak perlu nyuruh-nyuruh gue buat ini itu tai lo"cibir Zahra sambil memutar bola matanya malas jengah melihat sahabatnya yang sifatnya agak gesrek gitu tapi sayang dia🙂.

"Aelah lo kok baperan banget sih ra, kita berdua kan cuman becanda aja masak tegang-tegangan doang, ya gak Vi" ucap Ais.

"Yoii,kita kan cuman buat Lo terhibur doang heheh..." sambung Alvi sambil cengengesan.

"Iya dah iya" ucap Zahra malas.

"Yaudah ra gue sama Alvi ngerjain dulu ehh nyalin tugas Lo dulu lebih tepatnya biar gue nanti malem gak kepikiran sama tugas ini, nanti malam buat refreshing aja ahhh" ucap Ais sambil mengusap lehernya seperti telah menikmati kenikmatan dunia yang haqiqi.

"Iya dah sana kerjain keburu ganti bel ntar lagi hush...hush" ucap Zahra sambil mengibaskan tangannya layaknya mengusir kucing yang sudah menyeret ikan.

"Gak usah pakek ngusir juga kali, gue bisa pergi tanpa suruhan dari Lo" ucap Ais dan alvi sambil melenggang pergi dari bangku Zahra.

"Yaudah sana kek pergi dari tadi aja" sindir Zahra yang mungkin bisa di dengar oleh sahabatnya karena jarak mereka tidak begitu jauh.

Setelah satu jam menunggu sahabatnya selesai mengerjakan tugas matematika. Zahra memainkan ponselnya untuk meninggalkan rasa bosannya. Saat dia melihat ke arah jendela dia pun melihat orang yang tengah berdiri di depan kelasnya dengan arahan melihat ke bawah.

Zahra yang melihatnya tak asing dia pun terus melihatnya sampai orang tersebut menyadari bahwa Zahra melihatnya dengan cepat zahra memutuskan kontak penglihatannya dan pura-pura melihat ke arah lain dan orang itu pun bersikap acuh bagai angin lewat.

KRING....

Bunyi bel di seluruh penjuru sekolah. Akhirnya Zahra dan sahabatnya memutuskan untuk pergi ke kantin setelah tiga jam mereka lama berkutat dengan buku matematikanya.

Tak henti-hentinya mereka bercanda tawa melepaskan kepenatannya setelah lama menatap rumus-rumus yang membuat pusing keliling bagi Ais dan alvi.

Mereka bertiga tak henti-hentinya menjadi tranding topik di sekolah Trauna Sakti ini banyak celoteh-celoteh para penggemar Zahra dkk ada pun yang mengiri karena Zahra dkk lebih sempurna dari mereka, mereka bertiga mah lebih baik nganan dari pada ngiri. Padahal tidak ada hal yang sempurna, menurut Zahra hal sempurna itu hanya dimiliki oleh Allah.

The Melting Snow (TMS) [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang