❄️CHAPTER ENAM BELAS❄️

338 31 0
                                    


Malam telah berganti dengan pagi. Kegelapan telah digantikan dengan terang, dan bulan telah tergantikan dengan matahari, tepat hari ini pukul 06.00 pagi. Tetapi langit masih gelap, awan hitam menutupi cahaya matahari.

Zahra menggulingkan badannya ke kiri saat rasanya cahaya matahari yang masuk dari celah celah gorden itu menyilaukan matanya.

"Oyyy kebo bangun" suara toa dengan tangan yang menggoyangkan tubuh Zahra membuat zahra menggeliat ke kanan mengganti posisi tidurnya.

"Oyy bangun di panggil mommy tuh, kalau gak bangun mau di potong uang jajannya mau gak Lo,bangun gak sih dekk dasar kebo" Zahra yang mendengar ucapan itu, ia pun melototkan matanya dan bangun dari posisi tidurnya.

Zahra bangun dari posisi tidurnya sambil merenggangkan otot tangannya ke kanan ke kiri. Ia menatap abangnya yang berdiri di ambang pintu.

"Sana mandi mau hujan tuh, gak liat apa lo di luar lagi mendung. Cepetan kalau mau bareng" dengan malas Zahra melangkahkan kakinya ke kamar mandi.

Setalah selesai melakukan aktivitas ritualnya,ia pun keluar dengan pakaian sekolah yang telah melekat rapi di tubuhnya. Zahra menyisir rambutnya dan membiarkan rambutnya terurai tak lupa polesan tipis di wajahnya. Setelah merasa lengkap ia pun pun mengambil tasnya dan memakainya.

Zahra menuruni tangganya dengan tatapan menelusuri rumahnya yang terdapat keluarganya sedang menunggunya untuk sarapan pagi bersama.

"Morning" Zahra menyapa kedua orang tuanya tak lupa dengan abangnya.

"Morning sayang"

"Morning kebo" Zahra yang mendengar kata kata tak enak ia pun menatap abangnya dengan sinis.

"Udah udah makan keburu hujan nantik" Devon meleletkan lidahnya ke arah Zahra, sedangkan Zahra hanya mendengus kesal. Setelah sarapan pagi Zahra dan Devon berpamitan untuk berangkat sekolah bersama.

Selama perjalanan menuju sekolah tidak ada percakapan diantara mereka. Zahra yang masih kesal dan mengalihkan pandangannya menatap pintu mobil. sedangkan, Devon ia berfikir akal apa yang akan membuat adeknya tidak mendiaminya. Setalah lama berfikir ia pun akan melakukannnya.

"Dek sorry ya Abang gak maksud samain Lo sama kebo, Lo aja yang tidurnga gak bisa di bangun yaudah bilang gitu Abang heheh sorry ya peach deh" Zahra hanya melirik abangnya tanpa menatap abangnya.

"Yaudah abang traktir es crim deh, abang ajak Lo ke kedai es crim baru tuh di jalan**** yayaya maafin Abang" Zahra yang mendengar kata es crim ia pun menatap abangnya. Sedangkan Devon terkekeh geli melihat sikap adeknya yang seperti anak kecil saja.

"Beneran Abang mau ajak Zahra ke kedai es crim?" Zahra menanyakan perihal tersebut karena ia takut abangnya tidak menepati janji.

"Iya Abang janji tapi gak marah lagi ya" Zahra pun mengganggukkan kepalanya antusias. Tak bosan dari acara baikan Zahra dengan devon, Zahra terus saja mengoceh di jalan dari KA menanyakan es crim berada di daerah mana, ada rasa apa aja, enak apa ngak dan pertanyaan lainnya. Membuat Devon senang karena ia tidak saling diam dengan Adek kesayangannya itu.

Tak berselang lama mereka telah sampai di halaman sekolah karena jalanan memang tidak begitu padat akibat cuaca yang tidak mendukung. zahra belum melangkah keluar dari mobil Devon, tetapi  rintikan air turun dari langit yang membuat zahra memberhentikan langkahnya.

Devon telah pergi dua menit yang lalu karena Devon tengah ada ulangan mendadak alhasil membuat zahra kebingungan sendiri di dalam mobil. Ingin lari saja namun ia sedang malas untuk basah alhasil ia menunggu hujan sampai langit selesai menumpahkan air itu.

Zahra membuka pintu mobilnya sambil melihat rintikan hujan tersebut telah selesai menumpahkan airnya apa belum. Zahra mengeluarkan sebelah kakinya membiarkan sepatunya basah,tiba tiba ia tidak merasa benda cair yang turun di kakinya. Zahra pun mendonggakkkan kepalanya dan teryata seseorang tengah berdiri di hadapannya dengan sebuah payung bewarna hitam di tangan kanannya.

The Melting Snow (TMS) [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang