Enam

905 22 0
                                    

“Assalamualaikum”. Quenn memasuki rumahnya.

“Waalaikumsalam Sayang.” Sambut Mama tercintanya itu.

Quenn berlari dan memeluk erat sang ibu. Saat ini yang dibutuhkan Quenn hanya orang-orang tercintanya, untuk memulihkan rasa sakitnya Quenn butuh pelukan hangat yang menenangkannya. Dilara heran mengapa anaknya serapuh ini. Ini bukan pertama kalinya Quenn bersikap seperti ini. Setiap ada masalah selalu Quenn akan berlari memeluk Ibunya. Quenn akan merasa tenang setelahnya.

“Sudah. Quenn ganti baju dulu. Habis itu makan siang, Mama udah masak kesukaan kamu.” Dilara mengecup kening anak perempuannya.
Quenn semakin mengeratkan pelukannya. Dilara semakin khawatir dengan kondisi anak semata wayangnya itu. Akhirnya Dilara mengajak anaknya untuk pergi ke kamar. Dilara sangat tau apa yang menyebabkan anak perempuannya serapuh ini. Dulu Quenn adalah anak yang periang dan selalu ceria. Semenjak patah hati, Quenn berubah menjadi pribadi yang sangat tertutup. Ditambah lagi kecelakaan yang dialami Quenn satu tahun lalu sedikit mengguncang psikisnya.

“Quenn kapan mau cerita ke Mama? Mama siap jadi pendengar setia Quenn. Kamu harus bisa melawan semua ini sayang, sudah satu tahun kamu menutup diri. Sudah saatnya kamu kembalikan Quennnya Mama yang ceria. Mama khawatir sama kamu sayang” Dilara memancing Quenn agar bisa terbuka dengannya.

“Quenn cape Ma. Dia dateng lagi saat Quenn mati-matian melupakan dia. Quenn harus gimana Ma? Quenn belum bisa memaafkan Dia.” Quenn menangis sesegukan.

“Kalo Quenn memang belum bisa memaafkan Dia gapapa sayang. Tapi Quenn gak boleh memendam semua ini sendiri. Quenn harus cerita sama Mama sama Papa atau sahabat-sahabat Quenn. Jadi kamu bisa sedikit lebih lega sayang.” Menggelus puncak kepala anaknya.

Quenn mengangguk mencerna ucapan Mamanya. Quenn tersenyum lalu mencium pipi Mamanya “Thank you mom”

Dilara lega melihat anaknya tersenyum. Ini pertama kalinya Quenn mencium pipi Mamanya setelah beberapa waktu. Dilara berharap anaknya akan disembuhkan oleh waktu.

“Ya sudah kamu istirahat ya sayang. Makannya nanti aja. Mama tinggal ya sayang.” Quenn mengangguk dan tersenyum untuk Mamanya. Membuat hati Dilara sangat lega.
Setelah mengganti pakaian Quenn mengecek ponselnya yang sedari tadi dia biarkan didalam tasnya. Ada pesan masuk.

From : Bian Ardiansyah

Quenn aku tunggu kamu dicafe deket komplek jam 5 sore ini. I wanna say something.
Please!

Quenn berpikir sejenak. Mungkin ada baiknya Quenn memberikan kesempatan Bian untuk berbicara. Setelah perdebatan hebat mereka Quenn sama sekali tidak bertemu maupun membalas pesan-pesan dari Bian.

To : Bian Ardiansyah

Oke. Aku dateng.

Quenn bersiap-siap. Quenn berdandan seadanya dengan celana jeans hitam dipadu dengan sweater navy dan membiarkan rambut panjangnya tergerai. Quenn sedikit mengoleskan lipbalm agak wajahnya tidak terlalu pucat. Lalu Quenn mengambil kunci motor dan berpamitan dengan Mamanya.

***

Quenn datang terlalu cepat, ternyata Bian belum terlihat di Cafe itu. Jam masih menunjukkan pukul lima kurang sepuluh menit. Pantas saja Bian belum datang. Seorang Bian akan datang tepat pada waktunya. Tidak kurang dan tidak lebih.
Benar saja sepuluh menit kemudian Bian datang dengan kemeja hitam polos yang dilipat dibagian lengan, paduan jeans berwarna biru menambah pesona Bian. Bian memang sangat menawan, berkulit putih dan memiliki hidung mancung.

“Hai Quenn. Udah lama?” Bian melambaikan tangannya dan tersenyum menghampiri Quenn.

Quenn terpaku melihat ketampanan Bian sore ini. Ya Bian selalu terlihat menawan setiap saat. Bagaimanapun Quenn tetap wanita. Tidak mungkin jika tidak terpesona dengan Bian. Meskipun ini bukan pertama kali bertemu dengan Bian tapi Quenn selalu grogi seperti ini.

QUENNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang