Sebelas

497 13 1
                                    

Kring kring kriiiingg

Jam istrahat tiba. Tanpa basa-basi semua siswa berhamburan keluar kelas menuju kantin untuk mengisi kekosongan perut mereka. Disinilah Quenn dan kedua sahabatnya, Rachel dan Lavina sedang menikmati mie ayam pedas. Quenn yang notabene pecinta pedas dan untuk meluapkan mood buruk yang diciptakan Dirga tadi pagi tak menghiraukan kenyataan bahwa dirinya belum sarapan pagi. Setelah semangkuk mie ayam pedas tandas Quenn baru ingat dirinya belum memakan sesuap nasi sedari pagi. Upsiee...
"Dek kok makan yang pedes-pedes? Gak takut sakit perut?" Nico yang baru datang bergabung dengan adiknya bersama sahabat-sahabatnya. "Kakak berisik!" omel Rachel yang dibalas dengusan oleh Nico. "Quenn tumben ngantin dah? Biasanya dikelas mulu?" Sam mengalihkan atensi keempat remaja itu. "Ya emangnya nggak boleh gitu disini?" balas Quenn dengan pandangan menetap ke layar handphonenya. "Yaaa boleh sihh" Jawab Sam meringis.

"Quenn.. Chel.. Balik kelas yuk." Lavina bangkit dan mengajak kedua sahabatnya pergi. Sepeninggal ketiganya Sam mulai menggerutu lagi "Quenn itu cantik sih banget malah tapi dingin banget sikapnya. Gue mau deketin jadi ragu sendiri." ucapnya dengan wajah lesu. "Gini nih kalo meja belajar dikasih nyawa. Yakali Quenn mau sama modelan kaya elo" ujar Nico sarkas. "Yeuu gini-gini gue sebelas duabelas kali sama si Aldo Aldo yang ditaksir Quenn" ucap Sam pongah sedang Dirga hanya memutar bola mata jengah dengan keabsurdan Samuel.

***

Sepulang sekolah Quenn kali ini Quenn mengikuti kegiatan ekstrakulikuler Band. Seperti sebelumnya dia akan berlatih dengan si kakel mempesona Aldo. Sebenarnya Quenn sendiri heran kenapa hanya dirinya yang dimentori oleh kakelnya ini. Teman-temannya yang lain meskipun ada mentor masing-masing akan tetapi tetap berkelompok. Inner Quenn ingin bertanya alasan apa yang menjadikan Quenn sepertinya spesial mendapat mentor dari sang ketua langsung? Bisa sajakan dia ikut disalah satu kelompok lain. Tapi Quenn cukup tahu diri sih untuk bertanya dengan seseorang yang beru dikenalnya. "Heh Quenn malah nglamun, ngerti nggak ini kuncinya?" tanya Aldo dengan menunjukkan kunci dasar bermain gitar. Sebenarnya sih Quenn bisa saja mengabil kelas piano seperti keahliannya tapi kali ini dia tak ingin melewatkan kesempatan untuk bisa dekat dengan si kakel mempesona ini. "Eh iya kak aku ngerti" Quenn meringis, kebiasaannya melamun tak tau tempat memang tidak bisa diragukan lagi.

Setelah 1 jam pertemuan kini ditutup pada jam 5 sore seperti ekstrakulikuler lainnya. Saat keluar dari ruang musik Quenn membuka hpnya yang sedari tadi disilent betapa terkejutnya karna banyak pesan dari Bian mengajak bertemu karna besok dirinya sudah harus berangkat ke Prancis untuk melanjutkan studinya. Tak berapa lama ponsel Quenn berkedip-kedip menampilkan nama Bian Ardiansyah tak perlu waktu lama Quenn segera menekan tombol hijau.
"Haloo?" ucap Quenn pelan.
"Akhirnyaaa.. Kemana aja Quenn? Aku telpon dari tadi juga." Omel Bian dari seberang telepon. "Maaf Bi habis ekskul tadi hpnya aku silent." ujar Quenn meringis
"Ya udah aku cuma mau ngajak ketemu. Tadi aku kerumah kamu tapi rumah kosong, jadi aku didepan gerbang sekolah kamu nih. Keluar dong" Quenn tersenyum mendengar suara lembut Bian. Ini yang Quenn sukai dari Bian, sosok lelaki tersabar dan tak pernah marah apapun masalahnya selalu disikapi dengan dewasa.
"Okay i'll run to you Bi" Quenn terkekeh dan bersiap berlari menuju gerbang sekolah. "Jangan lari nanti jatuh Quenn. Aku nunggu kok gak bakal kemana-mana." Bian menggelengkan kepala dengan sikap kekanakan Quenn kali ini.

Mematikan ponsel lalu Quenn berjalan tergesa karena tidak ingin kekasih hatinya menunggu lebih lama lagi. Terlalu jauh ruang musik menuju gerbang Quenn berlari untuk mempersingkat waktu. Menurut Quenn dirinya akan lebih cepat sampai karena sekolah sudah hampir sepi. Quenn tersenyum cerah saat dirinya sudah melihat gerbang terbuka lebar dan diseberang jalan Bian berdiri dipontu mobilnya menghadap ke sekolah Quenn. Ahh tampannyaa pikir Quenn.

TIINNNN!

"Awh!" Ringis Quenn pelan merasa lututnya perih.

"QUENNN!"

Bian berlari memasuki gerbang sekolah Quenn. Dilihatnya Quenn sedang duduk bersimpuh didepan motor besar dan ada siswa laki-laki yang turun dari motor itu lalu berusaha membantu Quenn.

"Sorry Quenn gue gak sengaja. Sumpah beneran gak liat lo lewat tadi. Lo gakpapa kan? Gue bantu berdiri yuk" kata siswa laki-laki itu dengan wajah penuh penyesalan. "Lo gak salah tadi gue yang la-

Bugh

ri."ucapan Quenn terpotong saat sang kekasih dengan wajah menyeramkan melayangkan tinjunya pada laki-laki itu. Quenn membelalakkan mata terkejut karena demi apapun baru kali ini dirinya melihat wajah yang selalu tersenyum menenangkan menjadi semenyeramkan ini. Ugh Quenn jadi ngilu sendiri melihat betapa kuatnya tinjuan Bian. "Heh Bian udah jangan berantem!" teriaknya percuma, karna bagaimanapun dua orang tersebut sudah sama-sama tersulut emosi.

"Lo bukannya jagain Quenn malah nyakitin! Lo mau bikin dia masuk rumah sakit lagi?! Mau lo apasih hah?! Emang ya lo itu gak bisa dikasih lengah dikit udah ngelunjak! Bangsat!" Bian marah semarah-marahnya karena Quenn dijaga mati-matian olehnya malah dengan seenak jidat si Dirga malah buat Quenn terluka. Dirga yang diserang secara mendadak ambruk memegangi sudut bibirnya yang terasa robek. "Bian udah! Dia gak salah, tadi aku yang lari tiba-tiba." ucap Quenn menengahi sedang Bian masih menatap Dirga dengan tajam.

"Udah doong Bii.. Aku nggak apa-apa. Lihat aku bisa berdiri kan? Jangan buat aku takut kayak gini Bi." Quenn menatap Bian berkaca-kaca. Mendengar suara parau Quenn Bian menoleh seolah tersadar telah membuat Quenn takut. "Tapi dia nabrak kamu sayang. Aku takut kamu kenapa-kenapa" Bian memeluk Quenn untuk menenangkan diri. Quenn seolah penurun suhu panas yang ada dikepalanya. "Aku yang salah tadi lari gak liat jalan karena fokus mau nyamperin kamu yang udah nunggu lama." ucapnya dengan mengelus punggung Bian.

Dirga yang melihat adegan romansa didepannya hanya memutar bola matanya jengah. "Cih posessif.. " gumam Dirga. Membuat kedua pemeran romansa menoleh, Quenn yang melihat Dirga terduduk dengan memegang bibirnya jadi tidak tega. Memilih melepaskan pelukannya pada Bian dan membantu Dirga berdiri. "Lo oke kan? Sorry" Quenn menarik tangan Dirga membantunya berdiri sedang si Bian sudah kesal melihat tangan Quenn terpaut dengan Dirga. "Sorry gua emosi." kata Bian sedikit sebal

"Niat gak sih minta maaf. Muka lo kagak ada menyesal-menyesalnya heran gue." sarkas Dirga "Udah deh gak usah mulai. Gue obatin dulu luka lo" Quenn membuka tasnya mencari kotak obat pribadinya. "Udah sih Quenn biarin aja. Laki ini cemen banget" lagi Bian mulai emosi melihat Quenn perhatian kepada Dirga.

"Udah Quenn gue oke kok. Bawa pulang itu anjing lo menggonggong mulu. Panas kuping gue. Gue balik dulu Quenn. Hati-hati" Dirga beranjak menuju motornya bergegas pergi. "Sialan lo" umpat Bian. Quenn? Dirinya sudah terlalu terbiasa dengan tingkah mereka berdua yang seolah tak pernah habis judul pertengkarannya. Setelah Dirga pergi Quenn menyeret Bian menuju mobil yang sudah terparkir rapi sejak beberapa waktu yang lalu. Bian membukakan pintu mobilnya menyuruh Quenn masuk. Setelahnya dimasuk dan mendudukkan diri dikursi pengemudi. "Kamu kenapa jadi emosi kayak gitu Bi? Biasanya gak pernah marah-marah kayak gitu?" tanya Quenn pelan mengingat tatapan tajam Bian tadi. Menghela napas pelan "Aku cuma takut kamu kenapa-kenapa lagi Quenn. Aku bener-bener gak bisa kontrol emosi aku setelah lihat pelakunya. Apa-apaan kayak gitu? Gak punya sim aja sok pake motor gede." Bian menjadi sinis lagi setelah membahas lelaki itu. "Ya terus ngapain pake acara nitipin aku ke dia kalo kamu aja gak percaya gitu ke dia? Besok aku nganter kamu ke bandara sendiri aja deh. Orang tua kamu udah disana kan?" ucap Quenn panjang lebar. "Yaa jangan dong kalo sendirian terus diculik aku masa harus langsung lompat dari pesawat? Yang ada nyawaku terbang duluan Quenn. Mereka udah berangkat kemarin kok." Bian meraih kedua tangan Quenn untuk dikecup. "Besok tetep sama Dirga aja ya? Aku janji gak bakal berantem lagi sama dia. Sekarang aku anter pulang ya? Luka kamu belum diobatin juga." Bian mulai menjalankan mobilnya sedangkan Quenn mencebik kesal dengan bibirnya. Bian tersenyum lalu mengusak kepala Quenn dengan sayang.

***

QUENNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang