Sepuluh

529 17 2
                                    

Upacara akhirnya dimulai. Quenn sedari tadi tidak konsentrasi dengan segala macam rentetan prosesi upacara. Bagaimana bisa konsentrasi penuh jika pikirannya dipenuhi sosok manusia menyebalkan siapa lagi kalau bukan si manusia alien Dirgantara itu. Sejak dimana topi mendarat diatas kepala Quenn, batang hidung si manusia alien itu tidak terlihat dimanapun.

Bukan, bukan karena Quenn khawatir tapi kan tidak etis rasanya Quenn santai-santai saja sedangkan sipemilik topi tidak tahu dimana rimbanya. Ya setidaknya Quenn masih tahu diri untuk peduli padanya. Secara karna dialah Quenn terhindar dari hukuman.
"Sstt.. Racheellll.. Dirga dimana sih?" bisik Quenn ditengkuk Rachel.
"Udahlah Quenn masih aja dipikirin. Biarin kek diakan yang mau nolongin elo." Rachel jengah sedari tadi Quenn hanya berpikir tentang Dirga saja. Apa Quenn tidak sadar dirinya bisa saja dihukum karna mengobrol ditengah upacara.
Quenn mendengus lesu. Dirinya kan hanya khawatir si manusia alien itu dihukum sedangkan Quenn santai-santai mendengarkan pidata pembina upacara.

Akhirnya setelah acara -mari mencari dimana Dirga- diberhentikan oleh Quenn. Tak lama upacarapun selesai. Seluruh siswa dibubarkan dan diberi waktu istirahat selama 15 menit untuk melepas dahaga setelah dijemur dibawah terik matahari.
"Kantin yuk Quenn?" ajak Lavina diangguki Rachel sebagai tanda persetujuan. "Kalian duluan deh aku ntar nyusul aja" ucap Quenn sambil celingukan.
"Yaudah kalo gitu kita duluan. Paipai~"

"Astaga Dirga kemana sih?" gerutu Quenn yang tak kunjung menemukan sosok Dirga. Sudah 10 menit berlalu dan Quenn tidak beranjak sesentipun dari lapangan yang demi apapun teriknya sangat menyengat kulit.
"Quenn Cassandra~?" bisik seseorang ditengkuknya

Tunggu

Quenn diam mencerna siapakah gerangan tersangka yang membuat tengkuk Quenn merinding. Saat berbalik badan Quenn melihat si manusia alien Dirgantara sedang cengar cengir dan memasang wajah tanpa dosanya.
"Lo itu darimana sih? dicariin juga!" ujar Quenn bersungut-sungut. "Gemesin banget sih kalo lagi khawatir" ucap Dirga dengan cengirannya. Quenn berkedip-kedip mata bulatnya semakin membulat dengan polosnya. "Apaan sih?!" Sadar dari keterkejutannya Quenn memerah dan pergi meninggalkan Dirga begitu saja. "Loh Quenn mau kemana? Tungguin dong tadi nyariin gimana sih?"

"Quennnn tunggu dong" Dirga meraih tangan Quenn dengan napas terengah. Quenn berbalik menarik tangannya dan menatap Dirga datar. "Kok malah ke kelas emang gak ke kantin dulu? Tadi kan udah panas-panasan?" ucap Dirga heran. Quenn hanya memutar bola mata jengah hendak memasuki kelas tapi dihadang tubuh bongsor Dirga. "Mau kemana sih buru-buru banget? Diem mulu dari tadi hm?" ujar Dirga sambil menaik turunkan alisnya.
Oh ayolaahh Quenn sudah sangat tidak mood untuk mendebat manusia alien ini. Quenn sudah kehilangan waktunya dengan sia-sia mencari keberadaan Dirga ditengah teriknya matahari lalu dengan santainya dia datang membawa segala tingkah menyebalkannya. "Bisa minggir gak?" ucap Quenn kelewat dingin. "Ayo ke kantin dulu kamu kan belum mi-

Kriiiingggg

num." Menghela napas. Belum selesai perkataan Dirga sudah terpotong bel masuk. "Aku masuk kelas dulu deh kalo gitu. Dahh~"

Quenn berdehem lalu masuk kelas dan menduduki bangkunya bersama Rachel yang kebetulan sekali Rachel sudah duduk manis dibangkunya. "Loh aku kira udah dikembaliin topinya? Tadi juga nggak nyusul ke kantin Quenn?" tanya Rachel heran. Holy shit! Quenn menepuk dahinya lupa menggembalikan topi si manusia alien itu. "Gimana mau inget.. Dia itu nyebelin banget tau nggak." gerutu Quenn sedang si lawan bicara hanya mengernyitkan dahi heran.

QUENNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang