Tujuh Belas

290 9 1
                                    

Drrrttt Drrrrtt Drrrttt

Melenguh pelan Quenn bangkit dari tidur nyenyaknya. Siapa gerangan manusia kurang kerjaan yang menelepon sepagi ini? Bahkan alarm saja belum berbunyi. Menunjukkan waktu yang belum tepat untuk bangun. Meraba ponselnya diatas nakas dengan mata masih setengah menutup. Tanpa melihat nama penelepon Quenn menjawab ponselnya.

"Halooo" sapa Quenn parau.
"Baru bangun yaa Quenn?" suara lelaki diseberang telepon
"Hmm. Why?" jawab Quenn singkat
"Cuma mau ngabarin aja. Mau tau nggak ngabarin apa?" terdengar kekehan setelah akhir kalimatnya.
Quenn mengeryitkan dahi. Lalu membuka mata melihat nama siapa yang tertera diponselnya.

Dirgantara

"Heh! Ngerjain ya!" teriak Quenn sebal.
"Jawab dulu dong! Kapan lagi aku bangunin kamu pagi-pagi gini? Kan untung dikamunya Quenn sayaaang."
"Terserah! Aku tidur lagi!" Quenn memutar bola mata jengah dengan kelakuan Dirga.
"Hey tunggu dong! Buru-buru banget"
"Yaudah apa?!" Quenn menyalak
"Buset galak bener. Aku gabisa jemput ntar ke sekolah. Kamu bisa berangkat sama supir kan?"
"Astaga Dirga!!! Gitu doang kamu ganggu waktu tidur aku?! Yang bener aja dong!"
"Ya bener dong Quenn. Apa salahnya sih?!"
"KEPAGIAN ASTAGA!"

Memutuskan panggilan lalu melempar ponselnya. Demi apapun ini masih jam 3 pagi dan Dirga menelpon hanya untuk mengucapkan kalimat tidak bermutu itu. Kenapa harus sepagi ini sih? Apa dia tidak tidur? Oh astaga menyebalkan sekali! Menggeram rendah Quenn melemparkan dirinya kembali ke kasur. Menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut lalu berteriak "Argh Dirga sialaann!"

Mencoba untuk memejamkan matanya namun sampai bermenit-menit terlewati Quenn belum juga tertidur. Sudah berguling-guling ke kanan dan kekiri pun Quenn belum menemui mimpi indahnya. Akhirnya Quenn duduk bersandar pada headboard. "Ini jadi siapa yang tanggung jawab?! Sial!" Quenn menggerutu mengumpati Dirga yang sangat kurang kerjaan.

Jika sudah terbangun begini Quenn mana bisa tidur dengan cepat? Yang ada matanya malah terbuka selebar-lebarnya. Lalu apa yang haru Quenn lakukan sekarang? Pergi mandi lalu berseragam? Sepagi ini? Oh ayolahh tidak masuk akal sekali.

Turun dari ranjangnya Quenn memilih membuka jendela kamar memandangi lingkungan sekitar. Masih terlalu gelap, Quenn memilih duduk di meja belajarnya yang berada disamping jendela. Menopang dagu memandangi langit gelap yang berbintang. Tersenyum senang. "Indah banget! Kemana aja Quenn baru sadar langit sebagus ini?" Quenn terhanyut memandangi langit indah itu sampai tertidur diatas meja belajarnya.

Triiiinnngg!!

Terkejut Quenn bangun lalu duduk dengan tegap. Jantungnya berdetak kencang dan badannya sedikit bergetar. Sadar dari keterkejutannya Quenn berjalan pelan menuju nakas untuk mematikan alarm. Sungguh Quenn merasa pusing. Kepalanya seperti dipukul-pukul dengan benda keras. Matanya masih setengah terbuka lalu melirik jam untuk memastikan dirinya tidak terlambat bangun. Holy shit! Quenn mengumpat sambil berlari ke kamar mandi dengan hebohnya. Bagaimana tidak heboh bila jam sudah menunjukan pukul 6.30 pagi! Demi apa hari ini Senin yang sudah dipastikan upacara akan dimulai sebentar lagi.

Setengah jam kemudian Quenn sudah berada didalam mobilnya. Berpikir sebentar meyakinkan diri untuk mengemudi. Biasanya Quenn akan menggunakan motor kesayangannya. Akan tetapi jika Quenn membawa motor dirinya akan hilang kendali lalu mengebut seenak jidat.
"Okay Quenn relax. You can do it!" menyemangati diri sendiri lalu Quenn menginjak pedal gas, bergegas menuju sekolah. Dengan kecepatan sedang Quenn mengendarai mobilnya. Ditengah perjalanan melihat jam dipergelangan tangannya. Sial! Jam sudah menunjukkan pukul 7.15. Quenn sudah terlambat 15 menit.

Tak ambil pusing Quenn menambah kecepatan mobilnya. Beberapa menit kemudian Quenn sudah dekat dengan sekolah. Gedungnya pun sudah terlihat. Sedikit lega Quenn berkemudi dengan selamat sampai sekolahnya.

TIINNNNN

CKIITTT

Sekitar kurang dari 50 meter saat akan memasuki gerbang sekolah, tiba-tiba motor hitam melintas dengan cepat membuat Quenn menginjak rem secara mendadak. Mengakibatkan kepalanya terbentur setir mobil. "Aww!" Quenn mengaduh memegangi jidatnya yang terbentur setir mobil. Sudah bisa dipastikan bahwa jidatnya akan memar. "Argh sial banget sih hari ini".

Tok tok tok

Menoleh ke samping jendelanya yang ternyata diketuk oleh satpam sekolah yang sedang bertugas menjaga gerbang. Lalu Quenn membuka pintu mobilnya dengan sedikit oleng karena kepalanya terasa sangat pusing.
"Neng gapapa neng? Ada yang luka? Hati-hati atuh neng kalo bawa mobil" ucap pak satpam khawatir.
"Aduh pak saya udah hati-hati. Motornya tadi nyelonong didepan mobil saya." Quenn meringis.
"Yasudah bapak antar ke uks ya. Nanti mobilnya biar diurus pak satpam yang lain." sambil memapah Quenn untuk pergi ke uks

Setelah sampai diuks Quenn dibaringkan diatas bangkar lalu diperiksa oleh dokter sekolah. Quenn merasa kepalanya berputar memilih untuk memejamkan matanya. Mencoba untuk tidak peduli dengan upacara, mobilnya, dan motor yang hampir ditabraknya tadi. Beberapa menit kemudian Quenn sudah tidak sadarkan diri.

QUENNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang