Tigapuluh

227 7 0
                                    

Setelah diperiksa dan diberi suntikan obat penenang Quenn berhasil tidur. Semenjak kehadiran Aldo tadi malam Quenn jadi sering panik dan berteriak ketakutan. Seolah-olah sedang dikejar-kejar. Hal itu membuat kondisi Quenn semakin buruk. Tubuhnya yang mungil menjadi semakin kurus. Quenn benar-benar tidak bisa dijenguk remaja laki-laki.

Ketika teman-temannya datang Quenn hanya akan diam dan tersenyum tipis mendengar celoteh teman-temannya. Semua teman laki-laki Quenn tidak ada yang boleh masuk ke dalam ruangan Quenn. Tak terkecuali Dirga. Bahkan Dirga belum pernah menjenguk Quenn sejak dirinya sadar.

Mendengar apa yang terjadi pada Quenn membuat Dirga sangat menyesal. Dirga berkali-kali mencoba untuk bertemu Quenn akan tetapi kedua orang tuanya melarang. Disamping Quenn tidak boleh dikunjungi oleh remaja lelaki, kondisi Dirga juga belum pulih sepenuhnya. Yang Dilakukan Dirga hanya diam dan berusaha sembuh secepatnya agar bisa bertemu dengan Quenn.

Tok tok tok

Ketukan pintu kamar rawatnya membuyarkan lamunan Dirga. Dilihatnya sosok Aldo masuk dengan wajah lesu tanpa semangat. Kemudian Aldo duduk di kursi sebelah bangkar Dirga. Dirga tau Kakak kelasnya ini juga sama menyesalnya dengan dirinya. Tapi mau bagaimana lagi toh semua sudah terjadi. Yang harusnya dilakukan sekarang ya memperbaiki semuanya.

"Lesu amat Kak?" sapa Dirga lalu terkekeh.

"Ya gimana? Ini tuh udah kayak belum nembak udah ditolak mentah-mentah tau gak? Aish! Pusing gue." jawab Aldo frustasi.

"Emang si penculiknya udah dipenjara? Dia belum sempet nyentuh Quenn kan?" tanya Dirga penasaran. Pasalnya sejak dirinya sadar Dirga belum mendapat kabar apapun tentang kasus penculikan Quenn kemarin. Gak mungkin kan bisa lolos gitu aja? Pikir Dirga.

"Kalo liat dari rok Quenn yang masih utuh sih kayaknya belum diapa-apain. Tapi btw Jendra mati" sahut Aldo santai.

"Hah! Lo serius Kak?" mata Dirga membelalak. Seakan ditampar kenyataan Dirga benar-benar syok.

"Ya serius lah! Namanya juga duel. Yang satu menang yang satu harus mati dong" Aldo terkekeh melihat respon Dirga. Aldo sudah terbiasa bertarung menang atau mati itu sudah menjadi resiko.

"Crazy man! Gimana kalo Quenn tau? Apa dia gak malah takut sama lo Kak? Astaga!" panik Dirga. Bagaimana tidak panik? Quenn saja masih dalam mode ketakutan seperti itu bagaimana kalau Quenn tau Aldo membunuh orang untuk menyelamatkannya? Argh!

"Ya jangan sampe dia tau lah. Gimana sih?" sewot Aldo.

"Serah elo deh Kak. Yang penting sekarang itu gimana caranya gue bisa ketemu Quenn?! Udah hampir seminggu gue gak ketemu dia" Keluh Dirga frustasi. Rasa rindunya sudah bertumpuk-tumpuk dan tidak bisa dibendung lagi.

"Ya sama lah! Dah lah ayo ke ruangan Quenn. Bisa jalan gak lo?" ajak Aldo sambil mengambil kursi roda yang ada disudut ruangan.

"Beneran boleh nih? Ntar diusir?!" tanya Dirga penasaran

"Tadi gue lewat lagi sepi makanya ayo. Jangan bacot mulu lo" sebal Aldo.

"Iyaiya. Galak amat lu" gerutu Dirga sambil beranjak dari ranjang untuk duduk dikursi roda yang sudah disiapkan Aldo.

Tak lama kemudian mereka sampai didepan ruangan Quenn. Aldo yang berhenti mendorong kursi roda Dirga lantas membuat Dirga mendongak menatap Kakak kelasnya itu. Mengerti kebingungan Dirga tanpa basa basi Aldo membuka ruangan Quenn dan mendorong Dirga masuk.

"Lo masuk sendiri. Gue tunggu diluar" ucap Aldo lalu pergi dari ruangan itu.

Sepeninggal Aldo tangan Dirga bergerak untuk mendorong kursi rodanya mendekat ke bangkar Quenn. Dilihatnya Quenn sedang tertidur. Gadis mungil itu terlihat semakin kurus. Mata berkantung dan menghitam. Meskipun masih terlihat cantik tapi terlihat bahwa Quenn sedang dalam kondisi kacau.

QUENNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang