Empat Belas

325 12 0
                                    

Krieett..

"Kak Aldoo..?" Quenn melongokkan kepala melihat situasi ruang musik yang terbilang sangat sunyi seperti tidak ada jejak manusia yang pernah hinggap disini. Maklum saja liburan kenaikan kelas baru saja usai. Jadi wajar saja ruang musik sedikit berdebu karena tidak pernah dipakai.

Tapi yang jadi pertanyaan dimana Kak Aldo? Tadi bukannya mengirim pesan untuk datang kesini? Apa Kak Aldo udah pergi karena Quenn lama? Atau Kak Aldo ada urusan jadi cepat-cepat pergi? Atau Quenn hanya dikerjai saja? Ahh sepertinya kemungkinan terakhir tidak cocok sama sekali untuk kakak kelas gantengnya itu. Kak Aldo kan bukan tipe orang yang suka main-main. Lantas kenapa ruangan ini sepi sekali? Quenn jadi takut sendiri. Mana ruangannya sedikit gelap.

"Kaakk..?" panggil Quenn sekali lagi. Namun tetap tak ada jawaban. Setelah mengumpulkan keberanian akhirnya Quenn masuk ke ruangan itu. Berjalan pelan menuju meja kerja Aldo.

Blamm

Quenn terkejut pintu yang terbuka tadi tiba-tiba tertutup. Membuat ruangan jadi semakin gelap. Quenn memejamkan matanya, tubuhnya kaku tidak bisa bergerak. Bagaimana kalau ada yang berniat jahat kepadanya? Kenapa dirinya tidak berteriak atau lari saja? Kenapa dirinya berkeringat dingin? Ahh Quenn baru ingat dirinya selain phobia ketinggian juga phobia kegelapan.

"Kakk..?" lirih Quenn hampir terisak. Kenapa tidak ada siapapun yang menjawab panggilannya? Lalu siapa yang menutup pintu itu? Ayolah Quenn sudah menangis bergelimang air mata.
"Hiks.. Hiks toloong.. Aku takut Hiks" Quenn menangis pelan. Mendudukkan dirinya dilantai lalu memeluk lututnya. "Mama... Papaa... Dirgaa..tolongin Quenn Hiks"

"Quenn.. Hey Quenn gue disini" panggil Aldo lembut. "Hey jangan takut.. Gue disini" Aldo perlahan memeluk Quenn. Aish! Bodoh banget! Bikin kejutan malah buat anak orang jantungan! Batin Aldo. Aldo merutuki kebodohannya, Dirinya tidak tahu menahu tentang phobia kegelapan ini. Harus bagaimana sekarang?

"Hiks.. Tolongin Quenn.. Quenn takut Kak Hiks" Quenn menangis tersedu-sedu dipelukan Aldo. "Udah ya.. Gapapa. Gue disini. Maaf ya" Ucap Aldo lembut. Kelamaan tidak terdengar tangisan Quenn. Merasa pergerakan Quenn melemah, Aldo memeriksa kondisi Quenn. Aldo kira Quenn tertidur tapi setelah melihat wajah pucat Quenn dirinya jadi ragu. Jangan-jangan pinsan? Aldo membelalakan mata.

"Quenn bangun hey.. Quenn?" Aldo menepuk-nepuk pelan pipi Quenn. Tapi tidak ada respon apapun. Aldo jadi panik sendiri. Tak menunggu lama akhirnya Aldo mengangkat tubuh Quenn untuk dibawa ke ruang kesehatan sekolah.

Brakkk

Pintu uks ditendang sebegitu kencangnya oleh Aldo membuat salah satu siswa penjaga uks terkejut sekaligus karena Aldo datang dengan Quenn pingsan digendongannya. "Do ini kenapa Quennnya?" tanya siswa itu panik. "Lo gak liat dia pingsan? Panggilin dokternya cepet!" teriak Aldo panik siswa itu kemudian berlari keluar ruangan. Aldo merebahkan tubuh Quenn diatas bangkar dengan perlahan. Sembari memanggil-manggil nama Quenn berharap Quenn segera sadar. "Pasti bentar lagi pawangnya dateng ngomel-ngomel. Argh! Bodoh banget sih gue!" gumam Aldo dengan sedikit emosi.

Setelah diperiksa dokter dan dinyatakan kondisi Quenn tidak mengkhawatirkan hanya sedikit syok saja. Aldo bisa bernapas lega. Lega karena tidak terjadi sesuatu yang buruk. Hanya saja sampai saat ini Dirga belum tau bagaimana Kondisi Quenn. Apa Aldo harus memberi tahu kondisi Quenn pada Dirga? Tapi apa tidak terjadi keributan nanti diruang uks yang sumpek ini? Tapi-

Brakk

Baru juga dipikirin udah muncul aja pawangnya batin Aldo.
Untuk kedua kalinya pintu yang tidak bersalah menjadi korban kebrutalan Dirga. Untung saja engselnya kuat dan tidak bergeser. Muncul Dirga dengan wajah memerah menahan emosi. Berlari dengan tidak sabarnya menuju bangkar Quenn.

"Quenn.. Kak ini Quenn kenapa sih? Kok bisa pingsan kaya gini?" tanya Dirga menggebu-gebu. Aldo hanya memutar bola matanya jengah. Ohh ayolah Quenn tidak sedang dalam kondisi luka parah.

"Quenn cuma kaget aja. Tadi aku mau kasih surprise tapi malah aku bikin anak orang jantungan." jelas Aldo santai

"Masa cuma kaget aja sampe pingsan? Gimana sih Kak? Gak bener nih pasti." Ujar Dirga heran bercampur emosi. Gimana bisa Kakak kelasnya ini berbicara santai setelah mengancam nyawa seorang manusia yang sedang dalam perlindungannya.

"Ya soalnya lampu diruang musik gue matiin. Dia panggilin gue, gue sengaja diem aja. Eh taunya nangis sesegukan. Gue mana tau kalo dia phobia gelap. Sorry gue lalai." jelas Aldo dengan wajah menyesal. Sedangkan Dirga menghela napas keras, memcoba menetralkan emosinya. Bagaimanapun Dirga harus menjaga norma kesopanan terhadap Kakak kelasnya dan tidak mungkin dirinya membuat keributan saat Quenn sedang beristirahat.

"Ga.." lirih Quenn. Kedua manusia yang sedang berseteru itu menoleh cepat saat mendengar suara Quenn.
"Aku disini Quenn. Kamu baik-baik aja kan?" Dirga memegang tangan Quenn lalu digenggam. Quenn hanya mengangguk lalu tersenyum lemah. Quenn sudah hafal Dirga akan sangat khawatir saat hal kecil sekalipun terjadi padanya. "Quenn maaf ya. Aku gak sengaja. Gue gak tau kalo lo phobia gelap, tadi niatnya mau buat kejutan eh malah aku yang terkejut. Maaf ya Quenn" jelas Aldo panjang lebar. Quenn hanya tersenyum lemah dan mengangguk. Karna demi apapun badannya masih lemas dan tidak bisa digerakkan. Aldo lega karena sudah menjelaskan keadaan sebenarnya. Takutnya kan Quenn salah paham dan mengira dirinya sengaja mencelakai Quenn. Ya walaupun sangat tidak mungkin seorang Quenn berpikir negatif tentang orang lain.

Antisipasi saja boleh kan?

Setelah Quenn merasa kuat untuk bangun, Dirga mengajak Quenn pulang. Aldo sudah pergi beberapa menit yang lalu karena katanya masih harus mengurus sesuatu diruang musik. "Kak Aldo mau ngapain ya Ga? Kok bikin kejutan segala? Kan aku gak lagi ultah?" tanya Quenn penasaran.

Sejujurnya Aldo sangat tidak pernah bersikap seperti itu. Memberi kejutan atau apapun itu. Bahkan dari pengamatan Quenn selama ini Aldo itu seseorang yang cuek dan tidak terlalu peduli dengan orang lain. "Yakali aku tau Quenn. Aku kan bukan asisten dia. Lagian ngapain masih kepo sih?! Masih mau pingsan lagi?" Tanya Dirga sebal. "Dih? Kok jadi sewot sih? Quenn cuma nanya Ga!" Quenn jadi ikutan sebal, Quenn kan hanya bertanya kenapa jadi Dirga yang sewot. Quenn berjalan mendahului Dirga menghentak-hentakkan kedua kakinya dengan bibirnya mengerucut lucu. Dirga melihat itu jadi tersenyum gemas. Emosinya meluap entah kemana. "Quenn.. Quenn.. Kenapa gemesin banget sih? Udah gede juga"

QUENNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang