Brakk
Pintu terbanting begitu keras. Aldo melihat Jendra sedang berusaha menggagahi Quenn. Seketika emosinya memuncak. Tanpa aba-aba Aldo menarik tubuh Jendra lalu melayangkan tinjunya hingga Jendra terjatuh ke lantai. Aldo bisa melihat kondisi Quenn yang sudah sangat mengenaskan. Wajah memar Quenn, matanya membengkak dengan bekas air mata dipipinya, kemejanya sudah tanggal, terdapat luka dan lecet di kaki dan tangannya.
"Quenn.. Hey Quenn" Aldo mencoba menyadarkan Quenn. Perlahan mata itu mengerjap. Saat terbuka mata yang selalu berbinar indah itu kini meredup. Mata itu memancarkan sorot kekecewaan dan ketakutan.
Bugh
Jendra memukul punggung Aldo dengan balok kayu. Membuat Aldo sedikit limbung. Jendra menggunakan kesempatan itu untuk menghajar Aldo. Jendra menggunakan balok kayu itu untuk memukuli perut dan kaki Aldo hingga sang empu terduduk kesakitan dilantai.
"Akhirnya dateng juga panglima kita." Ucap Jendra dengan seringainya.
Tanpa aba-aba Jendra meninju wajah Aldo dengan keras. Balok kayu yang sebelumnya dipegang terlempar jauh. Tapi Aldo tak tinggal diam. Aldo menyerang balik. Menyerang Jendra membabi buta. Tidak memberi sedikitpun ruang untuk jendra membalas. Tak memperdulikan tubuhnya yg sudah lelah melawan para bodyguard Jendra. Wajahnya pun sudah lebam sana-sini. Beruntung Dirga bisa menghandle bodyguard sisanya sehingga bisa cepat menyelamatkan Quenn.
"Lo ngapain bawa-bawa Quenn brengsek?!" geram Aldo sambil mencengkeram kerah baju Jendra.
"Sesuai perjanjian kita. Lo berkhianat, Quenn gue mangsa." jawab Jendra santai tanpa rasa bersalah sedikitpun.
"Lagian Quenn terlalu indah buat dilewatin gitu aja. Gue udah coba semalem. So? You wanna join? Ck sayang banget lo udah lama sama dia tapi belum menikmati tubuh indah Quenn" sambung Jendra menyeringai.
"Bajingan!!" emosi Aldo meninju wajah Jendra sangat kuat.
Tak berapa lama Dirga datang dengan langkah tertatih. Menekan luka yang ada pada perutnya agar darahnya berhenti mengalir. Matanya mencari-cari keberadaan Quenn. Terlihat Quenn sedang terbaring acak-acakan diatas kasur. Dirga segera berlari menuju ranjang itu. Berusaha menyadarkan Quenn yang seperti akan pingsan.
"Quenn.. Bangun Quenn" Dirga menepuk-nepuk lembut pipi Quenn.
"Ga.." Quenn tersadar memanggil nama Dirga dengan suara lirih dan serak.
"Maafin aku Quenn. Maaf" Dirga memeluk tubuh Quenn yang terisak. Menarik kain yang tergeletak untuk menutup tubuh Quenn. Dirga tidak perduli jikapun itu kain sprai yang penting tubuh Quenn tertutup sempurna.
"A-aku t-takutt Ga.." Adu Quenn ketakutan.
"Aku disini Quenn. Maaf udah lalai Quenn. Maafin aku. Kamu udah aman Quenn. Aku disini." Dirga semakin mengeratkan pelukannya saat merasakan tubuh Quenn bergetar.
"Brengsek! Lo pantes mati!" Aldo sudah tidak peduli walau lawannya sudah hampir sekarat. Emosi sudah menguasai dirinya.
"Kak udah! Lo mau bisa bunuh dia nanti! Kita harus bawa Quenn kerumah sakit!" teriak Dirga mengingatkan Aldo bahwa Quenn sedang tidak baik-baik saja.
"Tapi bajingan ini udah buat Quenn kayak gitu! Dia harus mati ditangan gue!" teriak Aldo emosi
"Kak! Napas Quenn melemah!" Dirga panik saat Quenn tidak sadarkan diri. Napasnya mulai melemah. Tanpa persetujuan Aldo akhirnya Dirga mengangkat tubuh Quenn untuk dibawa ke luar gedung. Dirga meringis merasakan perutnya yang semakin nyeri ketika menggendong Quenn.
"C'mon Ga.. Lo harus kuat. Bantuan dateng bentar lagi. Quenn butuh elo" kira-kira begitulah ucapan Dirga untuk menyemangati dirinya sendiri.
Mendengar teriakan Dirga, Aldo tersadar. Quenn lebih penting saat ini. Aldo meninggalkan Jendra yang sudah terkulai lemas dengan wajah yang sudah tidak berbentuk.
Saat sudah dipelataran gedung Dirga limbung. Kakinya sudah tidak bisa menahan berat badan Quenn dan dirinya sendiri. Dirga meletakkan tubuh Quenn perlahan ditanah. Menjadikan pahanya bantalan untuk kepala Quenn. Tak lama kemudian tubuhnya tergeletak dengan tangannya yang tetap menggenggam tangan Quenn.
Aldo berlari mengejar Dirga. Matanya mencari-cari kemana Dirga membawa Quenn pergi. Saat sudah dipelataran gedung Aldo dikejutkan oleh dua orang manusia yang tergeletak tak berdaya didepannya. Aldo melihat paha Dirga yang dijadikan bantalan kepala Quenn dan kedua tangan mereka yang tertaut meskipun dalam keadaan tidak sadar.
Menghela napas lelah, Aldo jadi merasa bersalah. Mereka terlihat saling menyayangi dan peduli satu sama lain. Aldo membuat mereka jadi terluka seperti ini. Apa seharusnya Aldo pergi dari kehidupan Quenn agar Quenn aman? Sepertinya Dirga lebih bisa menjaga Quenn, bahkan Dirga lebih memprioritaskan keselamatan Quenn daripada kondisi tubuhnya pikir Aldo kalut.
Beberapa menit kemudian terdengar sirine mobil polisi dan ambulance
***
Saat sampai dirumah sakit kedua orang yang tergeletak tak berdaya didorong diatas bagkar menuju unit gawat darurat untuk mendapatkan pertolongan. Aldo tak henti-hentinya merasa menyesal telah melibatkan Quenn dan juga Dirga. Beruntung ambulance cepat datang.
Kedua orang tua Quenn yang berada luar kota panik bukan main mendengar kasus penculikan yang melibatkan putri semata wayang mereka. Begitu mendengar kabar penculikan ini mereka bergegas mengambil jalur penerbangan tercepat karena khawatir dengan kondisi anaknya.
Sedangkan Aldo duduk terdiam didepan ruangan bertuliskan UGD. Harap-harap cemas dengan kondisi dua adik kelasnya itu. Padahal seharusnya Aldo membantu pihak kepolisian karena dirinyalah satu-satynya saksi kunci dari semua kejadian ini. Namun rasa khawatir dan cemas itu mendominasi. Aldo hanya ingin mendapat berita baik dulu sebelum menyelesaikan masalah ini.
Pintu ruangan itu terbuka memunculkan sosok berjas putih sedang menghampirinya. Dengan sigap Aldo bangkit tergesa menuju dokter wanita yang menampakkan gurat keresahan.
"Gimana dok kondisi mereka berdua?" tanya Aldo cemas.
"Pasien wanita mengalami dehidrasi dan syok berat. Tidak ada gejala serius yang perlu dikhawatirkan. Hanya saja tubuhnya terlalu lemah jadi akan butuh waktu lama untuk tersadar. Pasien akan segera dipindahkan ke ruang perawatan. " jelas Dokter wanita bername tag Anita
"Lalu pasien lainnya?" sahut Aldo. Ada perasaan lega mendengar Quenn baik-baik saja.
"Pasien satunya kehilangan banyak darah. Kami harus melakukan operasi segera untuk menyelamatkannya. Harap hubungi keluarganya untuk menandatangani persetujuan untuk melakukan tindakan." sambung Dokter Anita
"Baik Dok. Orang tua pasien sedang dalam perjalanan." jawab Aldo. Aldo sudah menghubungi kedua orang tua Dirga mengenai keadaan Dirga sebelum sampai rumah sakit. Semoga mereka cepat sampai karena Dirga membutuhkan tindakan dengan segera."Masnya ini juga butuh diobati. Ayo saya obati dulu lukanya." timbal Dokter Anita setelah mengamati wajah dan pakaian lusuh Aldo.
"Tidak perlu Dok. Saya baik-baik saja" ucap Aldo lalu membungkuk sopan untuk pamit undur diri. Sudah terlalu biasa Aldo merasakan tubuhnya terluka akibat berkelahi. Rasa sakit dan payahnya tertutupi dengan rasa khawatir terhadap kedua adik kelasnya. Bagaimanapun juga mereka begini karena terbawa-bawa oleh masalah Aldo.
Kali ini Aldo menyeret langkahnya menuju ruang rawat Quenn. Membuka pintu perlahan terlihat Quenn sedang terbaring lemah. Dengan langkah terseok Aldo mendekat menuju bangkar dan duduk dikursi samping bangkar. Melihat wajah pucat Quenn yang lebam sana-sini membuat dada Aldo sesak. Pasti mereka memukuli Quenn tanpa belas kasih. Aldo menggenggam tangan Quenn. Meremasnya pelan menyalurkan rasa menyesal.
"I'm sorry Quenn. Maafin gue gagal lindungin elo." lirihnya
"Kalo aja waktu itu gue nyariin elo dulu sebelum pulang pasti kejadiannya gak bakal kayak gini. Maafin gue" Aldo menunduk dalam tangannya mengelus punggung tangan Quenn.
Aldo beranjak, dirinya harus memberikan kesaksian dikantor polisi. Jendra harus mendekam dipenjara. Bahkan kalau bisa langsung pergi keneraka. Mengingat kondisi Jendra saat ditinggalkannya tadi Aldo ragu kalau Jendra masih bernapas. Semoga saja dirinya tidak dipenjara karena membunuh penculik licik itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUENN
Novela JuvenilQuenn Cassandra cewek cantik periang yang selalu jadi pusat perhatian orang-orang. Bagaimana tidak ? Dia sangat pandai dan berkompeten dalam bidang apapun terlebih dalam dunia musik. Terlahir sebagai anak tunggal tidak membuatnya kesepian karena dia...