Tigapuluh Satu

230 9 0
                                    

Kini Aldo sedang duduk didepan ruangan Quenn. Quenn sudah kembali tidur dan Dirga sudah mendapat pertolongan karena jahitannya terlepas sedikit.

Mendengar penjelasan dokter tadi Quenn sedang dalam masa tidak mengenali dirinya dan orang lain disekitarnya kecuali lawan bicara Quenn menyebutkan namanya.

Quenn akan otomatis memutar kenangan bersama orang yang disebut namanya. Quenn masih belum bisa mengendalikan traumanya. Entah kapan Quenn akan menemukan pintu untuk keluar dari mimpi buruk itu. Mungkin masih terlalu dini untuk mengeluh mengenai kondisi Quenn, ini baru dua minggu. Tapi dua minggu melihat Quenn terpuruk seperti itu seperti menjadi siksaan tersendiri bagi Aldo. Bagaimanapun Quenn terluka seperti itu karenanya.

Quenn yang biasanya ceria berubah menjadi muram. Binaran mata bulatnya berganti dengan tatapan kosong. Mimpi buruk yang terus mengganggu malam Quenn. Tak jarang Quenn bergumam menyalahkan diri sendiri. Keluh kesahnya yang tak tersampaikan membuatnya ketakutan. Semua orang tidak berani bertanya tentang apa yang Quenn alami pada saat itu. Mungkin jika mereka tau apa yang menjadi ketakutan Quenn akan lebih mudah memberikan ketenangan dan jaminan aman kepadanya.

"Penyadap! Dialat itu pasti terekam semua percakapan Quenn dengan mereka" kenapa Aldo baru mengingat hal penting itu sekarang.

Tak menunggu waktu Aldo akhirnya beranjak pulang untuk mendengarkan apa saja yang terekam dalam penyadap itu. Semoga tidak terjadi kerusakan atau apapun. Hanya itu satu-satunya cara untuk menyembuhkan Quenn.

Dua hari setelah tragedi berdarah diruang rawat Quenn akhirnya Dirga diizinkan pulang. Kondisinya sudah cukup baik. Lukanya juga sudah hampir kering. Kini Aldo sedang duduk diruang tamu rumah Dirga untuk menjenguk sekalian membicarakan tentang rekaman suara yang terekam dialat penyadap jam tangan Quenn.

Dari apa yang Aldo dengar pada alat penyadap itu, Quenn sepertinya sudah berkali-kali diganggu Krystal dengan kedua dayangnya itu. Pasti sebelumnya Quenn hanya diam tanpa mengatakan kepada dirinya ataupun Dirga. Dari sanalah rasa trauma Quenn muncul. Kata-kata yang dilontarkan Krystal dan dayangnya masuk ke dalam pikiran Quenn begitu melihat Dirga terluka. Quenn menyalahkan dirinya saat melihat Dirga terluka.

Dirga harus tau siapa wanita licik yang selama ini ditemaninya. Memang Aldo beberapa kali melihat Dirga sedang jalan berdua dengan si Tante Rambut Palsu-panggilan sayang dari Quenn. Pantas saja Quenn menyebutnya begitu sifatnya sangat mirip dengan karakter si Tante Rambut Palsu itu.

Sialnya Jendra menunjukkan video saat Aldo menjalankan misi 09 itu. Dari sana Jendra memprovokasi Quenn agar membenci atau bahkan ketakutan kepada Aldo. Quenn berhenti melihat video yang memang sudah tidak ada lagi kelanjutannya. Quenn mungkin berpikir Aldo benar-benar menyentuh gadis itu.

Berita baiknya dari apa yang Aldo dengar Jendra belum menyentuh Quenn. Direkaman itu jelas terdengar Jendra baru mulai menyentuh Quenn tidak lama setelah itu Aldo datang. Jadi kesimpulan yang Aldo dapat adalah Jendra hanya membual untuk memancing emosinya.

"Lo udah lama Kak?" tanya Dirga menghampiri Aldo yang sedang duduk merenung diruang tamu rumahnya.

"Baru berapa menit sih." jawab Aldo santai

"Jadi ada apa nih?" tanya Dirga to the point. Kini mereka duduk berdampingan dengan Dirga menyadar untuk mengurangi rasa perih pada luka jahitannya.

"Lo oke kan?" sahut Aldo melihat Dirga yang sedang mencari posisi yang tepat untuk menyandar.

"Gue oke banget kok." dibalas anggukan mantap dari Aldo

"Jadi gue mau dengerin lo sesuatu. Dari sana kita bisa nyembuhin rasa trauma Quenn. Ya mungkin gak seratus persen sih. Tapi ada harapan lah." jelas Aldo lalu menyerahkan ponselnya yang sudah terdapat rekaman dari alat penyadap.

Dirga mengerutkan keningnya. Darimana Kakak kelasnya ini memiliki rekaman saat hari kejadian? Ahh sudahlah. Dirga mulai menekan tombol play dan menyelipkan earphone ditelinganya.

Detik pertama yang Dirga dengar adalah Quenn memanggil nama Aldo setelah membuka sebuah ruangan. Setelah itu terdengar suara cekcok antara Quenn dengan seorang gadis lain. Dirga merasa mengenal suara gadis yang sedang menghakimi Quenn ini. Tapi siapa? Dari suaranya seperti err Krystal?

Apa-apaan?

Bukanya Krystal itu gadis yang lemah lembut didepan Dirga. Memang sih sedikit manja tapi untuk berkata sekasar itu apa mungkin? Batin Dirga berperang. Menit berikutnya terdengar suara seorang atau lebih laki-laki seperti bergerak tergesa lalu mengendarai mobil. Saat mesin mobil itu mati Dirga perkirakan orang-orang itu sudah sampai ditempat mereka menyekap Quenn.

Setelahnya Dirga mendengar suara parau Quenn. Tak lama suara laki-lali yang sepertinya menunjukkan sebuah video yang membuat Quenn ketakutan. Lalu terdengar bunyi gerakan cepat orang terseret dan teriakan Quenn memohon ampun. Shit! Emosi Dirga naik begitu mendengar Quenn ditampar begitu keras. Dirga selama ini amat protective menjaga Quenn dan tidak pernah sekalipun berlaku kasar. Tapi orang itu dengan seenak jidat menyiksa Quennnya.

"Shit Kak! Lo dapet ini darimana? Jelas aja Quenn trauma kayak gitu. Quenn gak bisa dikasar." Desis Dirga menahan amarah.

"Gue pasang alat penyadap dijam tangan Quenn. Dan dari sana lo bisa ambil kesimpulan kan siapa dalangnya?" tanya Aldo menatap tajam Dirga.

"Maksud lo?" Dirga bingung kenapa sepertinya Aldo menyudutkan dirinya.

"Krystal" sahut Aldo cepat

"Gak mungkin Kak. Krystal itu anaknya lemah lembut. Lagian dia juga gak punya temen. Direkaman ini jelas ada lebih dari 2 orang." jelas Dirga

"Lo pasti inget kan suara Krystal? Dan gue tebak itu bukan kali pertama Krystal gangguin Quenn. Pasti sebelumnya mereka udah gangguin Quenn." jawab Aldo tak kalah logis.

"Ya terus video apa yang ditunjukin Jendra ke Quenn?" tanya Dirga mengalihkan pembicaraan

"Itu gue lagi eksekusi cewek" singkat Aldo

"Gila lo Kak? Pantesan Quenn ketakutan liat lo. Pasti dia takut bakal lo jadiin target selanjutnya. Keterlaluan lo Kak" ucap Dirga setengah syok. Bukan salah Quenn juga kalo sekarang dia ketakutan. Aldo aja yang udah keterlaluan. Ngapain lagi bawa-bawa Quenn buat jaminan ke Jendra?

"Gue gak sampe tahap itu. Gue cuma buat dia luka seolah udah gue sentuh. Gue gak bener-bener nyentuh dia Ga. Itu juga gue lakuin supaya Jendra gak gangguin Quenn. Gak ada cara lain selain gue turutin Jendra. Bokapnya mafia. Bisa aja dia nyelakain Quenn dengan bantuan Bokapnya. Sekarang lo bantuin gue ngomong ke Quenn. Kalo gue kesana sendiri Quenn pasti takut." Aldo sudah tidak punya cara lain selain membawa Dirga sebagai tameng untuk berbicara dengan Quenn.

"Dua hari lagi Quenn pulang dari rumah sakit. Kita ketemu dirumahnya aja Kak." tandas Dirga lalu beranjak. Dirga masih belum percaya dengan apa yang dirinya dengar hari ini. Semua ini terlalu aneh untuk anak seusianya. Bermain-main dengan mafia? Hah! Tawuran saja dirinya belum pernah. Gimana bisa Kakak Kelasnya itu sudah berkecimpung dengan mafia-mafia itu? Batin Dirga

"Oke thanks"

QUENNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang