Tigapuluh Tujuh

171 8 0
                                        

Akhirnya Quenn bangkit dari duduknya. Mengemasi semua barang-barangnya untuk dimasukkan ke tasnya kecual ponsel. Quenn berjalan menuju jajaran kedai sambil mendial nomor Aldo. Disepanjang jajaran kedai makanan Quenn tidak menemukan Aldo. Langkahnya berhenti diujung pasar malam. Disana sudah tidak ada kedai makanan maupun permainan. Hanya ada toilet yang dengan 3 pintu berjajar. Ujungnya pun mendekati gelap. Penerangan hanya dari depan dan dalam toilet.

Quenn ragu untuk kesana. Rasa gelisahnya sudah mulai menyerang. Tapi Quenn tetap berjalan menuju toilet itu. Siapa tau Aldo sedang ada disalah satu bilik toilet. Saat sudah beberapa meter didekat toilet Quenn mendengar suara dua atau tiga orang sedang beradu mulut. Quenn menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk mencari sumber suara. Didapatnya ada sekitar empat orang sedang seperti menghakimi? satu orang.

Quenn tidak bisa melihat dengan jelas. Karena disudut sana remang-remang bahkan hampir gelap. Quenn takut. Sangat takut mendengar teriakan amarah orang-orang itu. Quenn mulai mendial nomor Jeffran dengan gemetar. Jikapun tidak menemukan Aldo pasti Jeffran bisa menemukannya disini.

"Halo?" suara berat menyapa diseberang sana.

"H-halo.. Kak" jawab Quenn takut-takut

"Halo Quenn kenapa? Ada apa? Kakak kesana ya?" suara Jeffran terdengar panik.

"Aa-kuu takut Kak. Kak Aldo hi-lang.. Ttolong jemput" ucap Quenn dengan nada bergetar takut. Kakinya sudah lemas tidak bisa diajak kompromi.

"Oke Kakak jalan kesana. Quenn tenang oke? Ambil obatnya dulu. Diminum 2 butir ya." ujar Jeffran lembut dan menenangkan.

Quenn hanya menjawab gumaman karena takut membuat keempat orang itu menoleh. Dengan panik mulai merogoh tasnya untuk mencari botol obatnya. Saat sudah ketemu Quenn buru-buru membuka botol itu tapi malah membuat botol itu jatuh dan isinya berserakan.

Keempat orang itu menoleh begitu mendengar kerusuhan yang Quenn buat. Salah satu dari mereka membelalakkan mata melihat Quenn yang mulai panik memunguti obat-obatnya. Tak menunggu waktu lama lelaki itu berlari menuju Quenn yang sedang berjongkok memungut obatnya. Membuat salah satu ketiga lelaki itu berteriak lalu mengejar.

"Do! Jangan lari lo! Kejarr!" teriak salah satu dari ketiga lelaki itu.

Sedangkan lelaki yang berlari itu kemudian menarik tangan Quenn dan menyeretnya untuk ikut berlari.

"Quenn ayo cepet lari!" ajak Aldo menarik tangan Quenn

"Ta-tapi obatku.. Tunggu Kak!" Quenn berteriak sambil menoleh ke belakang ke arah obat-obatnya yang sudah terinjak-injak. Habislah sudah!

"Gak ada waktu! kita harus lari!" jawab Aldo mempercepat larinya

"Woy! Jangan lari lo!" orang-orang itu berteriak ditengah ramainya orang-orang pasar malam

Aldo melangkah keluar pasar malam dari sudut sebelah utara. Sedangkan letak perkiran disebelah selatan. Mereka berlari tanpa tau arah. Aldo berbelok arah digang sempit. Berharap ada tempat untuk bersembunyi. Semoga saja mereka tidak tau Aldo dan Quenn berbelok ke gang ini.

"Kak! Hah! tunggu aku capek Hah!" Quenn berhenti ditengah jalan. Berjongkok untuk beristirahat.

"Quenn kita harus sembunyi. Ayo sebentar lagi. Liat itu di depan ada rumah kosong kita sembunyi disana ayo!" ucap Aldo panik

"Kakak duluan aja sana! Mereka kan gak lihat aku! Aku udah gak kuat lari lagi" jawab Quenn pasrah.

"Oh Shit mereka disini. Quenn bangun! Lo sembunyi dulu disana oke? Kakak bakal halangin mereka. Ayo cepet!" bentak Aldo sedikit keras. Membuat Quenn kaget lalu bangkit berjalan untuk bersembunyi dibalik tembok rumah kosong itu.

Sampai dibelakang rumah kosong itu Quenn menjatuhkan dirinya untuk duduk tanpa berpikir tempat itu bersih atau tidak. Kakinya sangat lelah seakan berubah menjadi jelly. Quenn memejamkan mata, bersandar ditembok lalu mengatur napasnya yang sedang memburu. Apa lagi ini? pikirnya

Srett! Brak! Bugh!

Mata Quenn yang semula terpejam terbelalak kaget mendengar suara pukulan itu. Suaranya sangat keras sekali. Apa yang mereka perbuat ke Kakak kelasnya itu. Quenn menjadi panik. Quenn melihat sekeliling mencari benda yang bisa dijadikan senjata. Meskipun Aldo pandai bela diri kalau dikeroyok seperti itu pasti bisa kalah kan?

Quenn melihat ada balok kayu diujung tembok rumah ini. Tanpa pikir panjang Quenn mengambil balok itu dan berjalan keluar dari tempat persembunyiannya. Disana terlihat Aldo sedang berkelahi melawan 2 orang sedangkan salah satu dari mereka hanya berdiri bersedekap membelakangi Quenn.

Quenn berjalan mengendap lalu memukul tengkuk orang itu. Posisinya sangat menguntungkan Quenn. Quenn berpikir jika memukul orang itu dari belakang orang itu akan pingsan seperti yang dilihatnya diserial drama. Tapi ternyata perkiraannya salah. Orang itu mengaduh lalu membalik tubuhnya menghadap Quenn dengan tatapan bengis. Oh tidak!

Orang itu berjalan mendekati Quenn dengan wajah marah tentu saja. Quenn yang melihat itu berjalan mundur dengan mengacungkan balok kayu itu ke depan untuk dijadikan tameng jika orang itu benar-benar menghajarnya.

"Kurang ajar! Beraninya lo mukul gue pake balok itu!" amarah orang itu lalu berjalan cepat merampas balok kayu itu.

"Pergi! Atau gue telpon polisi!" ancam Quenn yang sudah tersudut digang yang ternyata buntu itu. Dengan cepat Quenn merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya.

"Coba aja kalo lo bisa!" orang itu memukul tangan Quenn hingga ponselnya terjatuh disudut gelap.

"Akh" Quenn mengaduh sambil memegang tangannya.

"Gimana? Sakit kan? Makanya jadi cewek jangan sok ikut campur! Rasain nih!"

Plakk

Quenn jatuh terduduk saat tangan orang itu melayang ke pipinya. Rasanya sakit sekali. Quenn menyentuh pipinya yang terasa panas dan perih. Tiba-tiba sekelebat ingatannya mengarah ke kejadian satu bulan lalu saat tragedi penculikannya. Quenn bergetar ketakutan. Pandangannya menjadi kosong dan berteriak histeris.

"Nggak! Jangan! Tolong! " teriak Quenn yang membuat orang itu heran.

Tak lama seseorang memukul orang yang berdiri dihadapan Quenn dari belakang. Menghajar orang itu sampai babak belur. Membisikkan kata-kata mematikan yang membuat orang itu ketakutan. Belum selesai pukulannya orang itu berlari. Berteriak kepada teman-temannya yang sedang menghajar Aldo untuk pergi dari tempat itu.

"Quenn hey ini Kak Jeff!" ucap seseorang yang baru datang itu kepada Quenn yang sedang berteriak histeris.

"Calm down okay? Inhale exhale Quenn" Jeffran perlahan membawa Quenn ke pelukannya. Mengelus punggung bergetar anak itu.

Setelah Quenn sedikit tenang Jeffran memungut ponsel Quenn yang terlihat disudut tembok. Jeffran kemudian memapah Quenn untuk berdiri lalu berjalan menuju Aldo yang sedang meringkuk kesakitan ditengah jalan.

"Mas! Masnya gakpapa?" tanya Jeffran sambil membantu Aldo untuk duduk.

"Gakpapa Mas. Quenn are you okay?" Aldo berpaling untuk melihat wajah sembab Quenn. Rasa bersalah muncul saat melihat wajah kuyu Quenn. Terdapat memar disudut bibirnya. Pakaian Quenn pun lusuh dan kotor disana sini.

"Sebaiknya kita ke rumah sakit dulu Mas. Memastikan tidak ada masalah serius." ajak Jeffran setelah melihat wajah Aldo yang babak belur.

"Gak perlu ke rumah sakit. Bisa tolong bawa Quenn pulang aja Mas?" tanya Aldo dengan berusaha berdiri.

"Ayo Masnya juga saya antar pulang. Nanti Non Quenn marah kalau saja tinggalkan Masnya begitu saja. Ayo Mas mobil saya didepan gang." Jeffran tanpa aba-aba menggendong Quenn ala bridal untuk dibawa ke mobil. Diikuti Aldo yang berjalan pelan sesekali meringis sambil memegangi perutnya.

QUENNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang