Bagian 17: A Little Tap On The Shoulder

1K 101 4
                                    


Di tongkrongan Greaser, Suatu Sore

Seperti biasa tongkrongan itu penuh hal hal khas anak SMA. Merokok, ngobrol, main game, tuyul. Apa itu tuyul? Itu adalah salah satu tradisi khas Greaser yang akan diceritakan di lain waktu. Hanya saja hari ini ada yang berbeda.

Minggu ini adalah minggu ulangan tengah semester di kelas XII dan tentu saja nilai ini sangat mempengaruhi nilai semester 5, yang sangat diperhitungkan pada jalur undangan. Semua orang terlihat tegang dan banyak dari mereka yang terlanjur pasrah.

"Fak. Gue lepas matmin. Gak kuat gue!" Ezra menyerah. Saat itu Daven, Athala dan yang lain sedang tambahan di BTA sementara Ezra sudah terlanjur menyerah dan memilih stay di tongkrongan.

Angga clingak clinguk melihat kanan kiri dan memanggil Ezra. "Zra, sini," ujarnya hampir berbisik. Ezra dengan malas bergeser ke arah Angga yang malah santai-santai.

"Zra, gue ada penawaran nih, tapi mutualisme ya," ujar Angga dengan muka setannya. "Lo janji tapi jangan bilang siapa-siapa."

"Apa tuh?" kata Ezra kepo.

Angga mengambil selembar kertas dari tas nya dan memberikannya ke Ezra. Ezra memperhatikan tulisan kertas itu. Penilaian Tengah Semester Matematika Minat. "ANJING LO YE! DAPET DARI MANA!" ujar Ezra sumringah melihat bocoran soal yang dipegang Angga.

"Mau gak?"

"Mau lah. Ada jawabannya gak?" tanya Ezra memperhatikan soal yang cukup sulit tersebut. Angga menggeleng. "Athala kan pasti nginep di tempat lo kalo mau ujian ya kan? Nah lo minta dia jawabin, entar lo kirim ke gue."

"Sabi sabi..." Ezra mengangguk.

"Eh tapi jangan lupa."

"Apaan?"

"Cewek-cewek geng lo gak usah di kasih tau. Cantika panikan, pasti nyonteknya tolol. Rafella bacot, pasti ngomong ke mana-mana. Nessa ya... Nessa" jelas Angga menekankan Nessa. Bahaya kalo Nessa tau. Bisa bisa dapat ceramah panjang lebar tentang idealisme pemuda.

"Santai. Batangan only. No batang, no bocoran!" Ezra dan Angga tos. "Malem ini gue kirim jawabannya!"

Malam harinya

"Cuy, gue ada konspirasi."

Daven dan Athala sudah siap bergadang untuk belajar mendiamkan Ezra dan segala ketidakpentingan hidupnya. "Apaan lagi?" jawab Daven tak acuh

Ezra mengambil bocoran soal yang ia pegang dan Daven terbelalak. "Wah ancur lo. Dapet dari mana?"

"Angga. Udah gak usah bergadang. Mending PUBG. Tapi, Tha, lo kan pinter. Lo jawabin dulu aja. Oke?" ujar Ezra setengah Memaksa. Athala agak ragu. "Ilegal dong."

"Gak lah. Ganja tuh ilegal. Contekan mah kagak. Asal gak ketauan," bela Ezra lagi.

"Entar kita gak pinter Zra kalau masih nyontek nyontek mulu."

"Barangsiapa berbuat baik pada sesama maka akan...." Ezra mulai mengeluarkan petuah petuahnya. Daven mengangguk. "Iya, Zra. Iya tau. Yaudah Tha. Boleh deh jawabin aja. Gue lagi pusing banget," kata Daven yang sebenarnya juga sudah pasrah sama Matematika Minat.

Athala mengambil kertas tersebut dan sejujurnya emang susah. "Ya.. udah. Terus kita kasih ke cewek-cewek?"

"JANGAN!" Ezra langsung melarang. "Kata Angga gak boleh dikasih ke cewek-cewek. Udah kita kita aja. Mereka pasti bisa lah. Paling yang gak bisa Rafella. Dia juga gak mau kuliah di Indonesia kan. Nilai buat formalitas doang. Udahh santai aja."

(Bukan) Kisah KlasikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang