Bagian 40: Melesatlah Seperti Peluru

635 62 4
                                    

Hari H SBMPTN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari H SBMPTN

Di kamarnya, Ezra masih tertidur. Ia sudah memasang alarm jam 5 pagi agar ia bisa bangun dan memberikan kata semangat untuk temannya. Sayangnya, semua hanya teori karena sampai waktu menunjukkan jam 7 pagi, ia masih terlelap sambil bermimpi indah di kasurnya.

Sementara itu Rafella duduk di meja makannya sambil menikmati sereal yang dibuatkan oleh papanya. Ia sudah mengetik panjang lebar kata semangat untuk teman temannya. Daven, Cantika, dan Athala sudah membalasnya, tetapi belum ada kabar dari Nessa.

Daven menaiki motornya dan mengarah ke sekolah tempatnya akan melakukan ujian yang kebetulan tidak terlalu jauh dari rumahnya. Ia berusaha menenangkan dirinya yang agak gugup. Setelah membalas chat dari Rafella dan Cantika ia menyempatkan diri untuk merokok di gerbang luar tempat pelaksanaan SBMPTN. Ia menarik napas panjang, masa depannya, impiannya untuk menjadi dokter akan ditentukan hari ini. Semua hal sudah ia lakukan, ia hanya tinggal harus mengerjakan dengan sebaik baiknya. Sedikit pikiran tentang Athala menganggunya. Daven rasanya ingin mengirim pesan kepada Athala, tetapi ia tau itu akan mempeburuk suasana.

Cantika diantarkan oleh kedua orangtuanya. Menuju tempatnya ujian. Ia mencium tangan kedua orang tuanya dan melihat sedikit handphonenya. Ia bingung apakah ia harus mengatakan sesuatu pada Athala di hari ini. Ia pun memutuskan untuk mengirim chat singkat. "Good luck!"

Athala menerima chat Cantika dan hanya membalas singkat. "Good luck juga, Can!" Ia duduk di depan mobil BMW Kenzie yang berinisiatif mengantarkannya ke tempat SBMPTN.

"Sorry ya Bang, lo bukannya langsung ngantor malah nganterin gue dulu," tutur Athala.

"Santai, lah!"

Athala berpikir dalam hati, kalau jadi anakya yang punya perusahaan pasti enak ya, bisa datang kapanpun ke kantor. Beberapa orang memang memiliki privilege dan kemudahan dalam hidup, tapi makin ke sini Athala makin sadar, hidup Kenzie tidaklah sempurna. Ia harus kehilangan cinta sejatinya dan berusaha untuk tetap menjalani hidup. Begitulah dengan dirinya. Ia tidak punya kesempatan khusus seperti yang Kenzie miliki. Ia harus memperjuangkan semuanya dari awal, tanpa dukungan ayahnya. Semua yang ada di masa depannya bergantung dari usahanya dan hari ini, ia akan melakukan hal yang terbaik, untuk nya sendiri dan untuk pembuktian kepada ayahnya. Tidak ada kabar apapun dari ayahnya, mungkin memang kekecewaan ayahnya terlalu besar. Biar saja, ketika Athala sudah sukses, ia akan membuktikan bahwa ayahnya salah.

Akhirnya mobil Kenzie berhenti di depan sekolah tempat Athala melaksanakan ujian. Kenzie memberikan tos nya. "Cincai lah. Gue yang bego aja bisa lolos dulu apalagi lo. Lo kan anak kebanggaan keluarga besar!" canda Kenzie.

"Thanks, bang!" Athala menutup pintu mobil Kenzie dan melangkah menuju ruangan tempat ujian akan dilaksanakan.

Sementara itu...

Di suatu sekolah, terdapat satu kursi kosong. Sang pengawas membaca nama pemiliki kursi itu. Vanessa Latisha. Sepertinya ia tidak menghadiri ujian.

(Bukan) Kisah KlasikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang