Bagian 22: One Old Happy Picture of Us

1.1K 96 12
                                    

Athala sudah siap menyalakan mesin mobilnya dan menuju rumah Ezra, tapi setelah menembus kemacetan karena ada perbaikan jalan, rasanya ia ingin istirahat 5 menit aja nyenderin kepala di mobil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Athala sudah siap menyalakan mesin mobilnya dan menuju rumah Ezra, tapi setelah menembus kemacetan karena ada perbaikan jalan, rasanya ia ingin istirahat 5 menit aja nyenderin kepala di mobil. Jari jarinya asik memainkan handphone ketika ia mendengar ketokan di pintu mobilnya.

Ia menengok dan memandang heran. Cantika berdiri di luar pintu mobil sambil berurai air mata. Athala membuka kunci mobilnya dan membukakan pintu mobilnya. "Can, kenapa?" tanyanya khawatir.

Cantika duduk di jok samping Athala dan menutup wajahnya dengan tangannya. Terdengar suara isakan. Athala meletakkan tangannya di punggung Cantika dengan agak ragu dan berusaha mengusapnya. Sedikit usapan yang awalnya agak awkward tapi lama kelamaan bisa membuat Cantika menjadi sedikit lebih tenang.

"Udah, Can. Kenapa?"

"Daven di dalam lagi minum-minum sama Fanka," ujarnya dibalik isak tangisnya. "Gue udah bilang berkali-kali. Jangan Fanka kenapa dari semua orang yang bisa dia minta temenin harus Fanka sih? Sengaja?"

"Can," ujar Athala dengan nada yang sangat menenangkan. Saat itu Athala terbawa suasana dan tangannya sedikit naik ke kepala Cantika dan mengelus rambutnya."Mungkin mereka gak sengaja ketemu, kan mereka sama sama anak band. Jangan suudzon dulu."

"Lo harus liat... bukan masalah itu, Tha. Dari dulu yang bisa nyambung sama dunia Daven kan emang Fanka? Yang bisa bikin dia bicara banyak dan cerita banyak ya Fanka kan? Semua orang juga tau kok dia deketin gue karena emang gak dapet Nessa...." Jantung Athala sedikit berdegup ketika akhirnya Cantika membicarakan topik itu. "Fanka... Nessa.. .gue emang gak pernah jadi first choice nya Daven. Gue selalu merasa jadi pacar sisaan dan Daven gak pernah ada niat untuk nunjukin bahwa semua itu cuman ada di otak gue."

"Can, please stop." Athala mengenggam tangan Cantika yang saat itu mendongakkan wajahnya dan memandang Athala.

"Lo bukan nomer dua. Gak ada cowok yang akan jadiin lo nomer dua. Lo... cantik, pinter, bisa bikin hidup orang lebih berwarna. Talented juga. Tolong inget lo sama sekali bukan pilihan kedua, gue yakin itu." Athala menggenggam tangan Cantika makin erat ketika tiba-tiba Cantika balik menggenggam tangannya. Athala langsung menyadari apa yang ia sudah lakukan dan kembali duduk tegap menghadap ke arah kaca, tidak melihat mata Cantika. "Udah ya, Can. Gue anter pulang ya."

Cantika menarik tangannya ketika ia menyadari kejadian barusan. Cantika terlalu kalut untuk bisa berpikir. "Tha, makasih ya. Lo selalu bikin gue tenang, lo yang selalu nenangin gue. Gue gak ngerti lagi kalau gue harus balik sendiri gimana."

Athala menengok ke kiri dan berbicara sambil menatap Cantika. "Gue tau lo sayang sama Daven. Daven juga sayang sama lo. Tenang aja, Can. Gue janji, everything is gonna be alright. Okay?"

Cantika mengangguk dan mengambil tissue di dashboard mobil Athala untuk menghapus air matanya. "Gue sayang banget sama Daven, Tha."

Athala menepuk Cantika pelan dan melanjutkan menyetir. "Udah daripada nangis, mending kita ngomongin yang lain. Mau tau gosip terbaru abang gue gak?"

(Bukan) Kisah KlasikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang