Bagian 20: Yang Terbaik

1K 94 7
                                    

Daven menyalakan rokoknya sambil bersandar dan menatap Athala dengan tatapan lega

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daven menyalakan rokoknya sambil bersandar dan menatap Athala dengan tatapan lega. "Akhirnya. Itu yang gue tunggu dari dulu-dulu. NGENTOT BANGET. ANJING BARU SEKARANG LO SADAR! SEMUA ORANG UDAH SADAR!" kata Daven yang sejujurnya lega karena akhirnya kalimat tersebut keluar dari mulut Athala.

"Emang iya?"

"Passion lo gak pernah di kedokteran kan? Emang lo suka? Lo sukanya kan bisnis. Simpel aja sih, kenapa gak masuk ekonomi sekalian?" jelas Daven menegaskan apa yang selama ini sudah ia amati

Athala terdiam dan menyadari semuanya,.

"Coba lo pikir, Lo tuh lebih semangat masuk lintas minat ekonomi daripada belajar saintek. Orang bego juga bisa liat. Ezra aja ngomong ke gue, kenapa lo gak ambil soshum aja. Lo tuh pinter, Tha. Lo masih bisa ngejar."

"Bokap gue gak bakal bolehin. Skak mat, Ven," jawab Athala yakin.

"Gak, Tha. Lo belom coba ngomong. Biar ada satu persen aja kesempatan lo sukses, lo harus coba. Kalo lo gak coba ngomong lo bakal nyesel," kata Daven memanasi. Athala diam dan hanya menyerap semua omongan Daven. "Lo bisa kuliah bisnis, belajar marketing yang bener, biar lo jalanin bisnis lo pake ilmunya."

"Tapi kita kan dari dulu pengen masuk FK bareng, Ven," gumam Athala. Daven meneplak Athala. "Gue juga pengen lo bareng gue, tapi gue gak pengen lo jalanin hidup lo setengah-setengah. Gue pengen lo seneng lah. Anjir, Tha. Lo tuh orang baik. Gue tau lo gimana SMP, gimana di SMA ini lo mau berubah. Lo keren banget, dengan cara lo sendiri. Gue mendingan masuk FK sendirian tapi sahabat gue bisa kejar cita cita dia."

"Ini bukan cuman soal kuliah, Ven.. ini persoalan yang lebih besar dari itu."

"I know!" Daven memberikan rokoknya ke Athala. "Udah sebatang dulu aja dulu. Tarik napas, santai. Lo pikirin lagi. Kalo lo yakin ya bilang ke bokap lo, belajar soshum dari sekarang. Gampang kan."

Athala mengangguk dan mencoba memikirkan jalan terbaik. Mungkin ini saatnya.

4 hari kemudian

Sudah empat hari ini Athala merenung dan berpikir. Ia seakan mengingat kisah balik hidupnya. Apa yang selalu ia ingat dari hidupnya? Athala yang selalu mengikuti keinginan ayahnya.

Masuk SMP A, SMA B, semua rencana masa depan Athala sudah dirancang oleh ayahnya. Memang mungkin itu yang terbaik, tapi sampai kapan Athala tidak memiliki kuasa atas pilihan hidupnya snediri. Sampai kapan ia hanya menjadi pion di dalam rencana besar ayahnya.

Hari ini adalah puncaknya.

Malam itu seperti makan malam biasa di rumah Athala. Ia, papa, dan mama nya duduk bersama.

"Gimana Try Out nya sayang?" tanya mamanya.

"Naik kok, Ma," jawab Athala.

Papa menyadari ada yang mengganjal dari omongan Athala. "Kamu kenapa?"

(Bukan) Kisah KlasikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang