Bagian 33: Terbaik Bangsa

867 73 6
                                    

Program intensif adalah suatu program yang dilaksanakan oleh bimbel-bimbel yang dilaksanakan setelah ujian nasional

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Program intensif adalah suatu program yang dilaksanakan oleh bimbel-bimbel yang dilaksanakan setelah ujian nasional. Siswa bimbel datang dari pagi untuk menyiapkan diri dalam menghadapi ujian persiapan masuk perguruan tinggi. Mereka dihadapkan pada soal soal yang sering keluar di ujian dan mengerjakan soal soal tersebut serta membahasnya. Semua orang sepertinya menghadapi tahap ini dengan serius.

Er... mungkin gak semua.

"Lo dimana dah? Udah mau jam kedua," ucap Daven di telepon. 

"Entar lagi" jawab Ezra sambil menyetir di balik telepon. Ia pun mematikan hp nya. Hari ini ia telat (lagi) dan sepertinya masuk di jam kedua.

Daven asik merokok di warung samping bimbel nya sambil mengerjakan beberapa soal try out yang barusan sudah dibagikan. Dari kejauhan ia melihat Athala sedang mengantri susu murni nasional. Jelas ia sedang membelikannya untuk Cantika. Athala selalu bercerita tentang, Kenzie, abangnya yang mengantri susu murni nasional untuk sahabat sekaligus cinta sejatinya. Mungkin ini salah satu usaha Athala untuk menunjukkan perhatiannya.

Daven menghisap rokoknya dalam dan berusaha tidak mempedulikan mereka. Ia masih berkutat dengan soal biologi yang ada di sana. Daven terlihat stuck di satu soal yang ia tak tahu jawabannya.

"Kalau misalnya glikolisis itu hasil bersihnya 2 ATP, bro. Soalnya yang ditanya hasil bersih, jadi udah dikurangin sama 2 ATP yang dipinjem," ujar seseorang suara cewek yang duduk di samping Daven. Fanka, mantan Daven duduk di sana.

"Jir, emang lo ya udah jadi anak band, masih pinter aja!" Daven megnetukkan pensilnya di jidad Fanka. Fanka baru mengecat rambutnya berwarna biru dan memangkasnya pendek, tampilan yang sangat edgy.

"Jadi nih jagoan masih ngeliatin mantannya dari jauh ya? Belum move on mas?" sindir Fanka sambil menyalakan rokoknya. Daven enggan menjawab dan hanya diam.

"Diem berarti iya," tembak Fanka lagi.

"Gak mikirin," jawab Daven singkat mencoba terlihat gak peduli.

"Mereka udah jadian?" tanya Fanka kepo.

"Belum sih. Ya kayak anak anak jaman sekarang aja. HTS-an."

"Bagus dong."

"Kok bagus?" tanya Daven bingung.

"Artinya lo masih ada kesempatan untuk bilang lo masih sayang. Daripada gantung gantung gini. Lo tuh nyamperin sekolah orang sendirian aja berani, masa nyatain perasaan gak berani?"

"Dia bahagia kali ama Athala. Athala juga sahabat gue. Gue tau dia pantes buat Cantika." Daven masih mengerjakan soal meskipun pikirannya kemana-mana.

"Percuma kali belajar kalau otak lo gak ke pelajaran. Udah lo pertimbangin aja apa kata gue. Biarpun lo cintanya sama Cantika, gak sama gue, gue tuh paling tau lo gimana," jawab Fanka.

Daven tersenyum simpul. "Mau racing gak sabtu?" tantangnya. Selain nge-band, Fanka dan Daven sama sama suka racing motor di waktu luangnya. 

(Bukan) Kisah KlasikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang