Bagian 37: Daven dan Athala

651 64 11
                                    

Daven melepaskan rasa rindu yang telah ia pendam selama ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daven melepaskan rasa rindu yang telah ia pendam selama ini. Rasa rindu yang benar-benar sudah menggebu di hatinya. Di balik sikap dingin dan cueknya, rasa itu tidak akan pernah hilang, seperti yang pernah ia nyanyikan ke Cantika kemarin.

"Aku ada buat dukung kamu, bukan buat menghambat kamu. Kita gak akan bisa jalan sendiri, Can. Aku mau jadi dokter, tapi aku juga mau kamu ada di sana," tutur Daven sambil mengelus wajah Cantika. Cantika meletakkan kepalanya di bahu Daven, tempat ternyaman untuknya, Tempat terindah yang sudah lama tidak ia singgahi.

"Maaf, Ven. Aku keras kepala banget ya," ujar Cantika.

"Gak apa-apa, Can. Dengan pisahnya kita kemarin aku belajar banyak kok. Sekarang kita sadar kan? Kita bisa maju barengan. Aku gak mau pergi lagi dari hidup kamu. Aku mau sama kamu. Sama sama capai mimpi kita. Kamu jadi arsitek, aku jadi dokter."

Daven mengelus rambut Cantika. "SBMPTN Seminggu lagi, Can. Seminggu lagi waktu penentuan, apapun hasilnya kita bareng ya. Aku aja masih gak yakin aku bisa masuk ke kedokteran."

Tangan Cantika menggenggam erat tangan Daven. "Jangan bilang gitu, aku tau kamu bisa kok. Yakin sama diri kamu, yakin sama usaha kamu." Genggaman  tangan Cantika seakan memberikan energi untuk Daven dan bekata, "Jangan lepaskan lagi"

Sekali lagi Daven mengecup bibir indah Cantika. Cantika membalas kecupan Daven dan mereka melepas rindu yang selama ini tertahan.

Tanpa mereka sadari, dari luar jendela satu buah hati hancur melihat kecupan itu. Athala merasa sangat bodoh. Harusnya selama ini ia sadar, Cantika tidak akan pernah membuka hati untuknya. Di hati Cantika hanya ada Daven.

Sekeras apapun Athala berusaha, seindah apapun tindakan Athala pada Cantika, hal itu tidak akan berubah. Hati Cantik telah memilih. Ya, Athala merasa ia hanyalah orang bodoh yang termakan oleh angan yang ia bangun sendiri. Angan yang menginterpretasikan perhatian Cantika menjadi sesuatu yang lebih. Angan yang percaya bahwa dengan memperlakukan Cantika seperti yang ia mau, suatu saat hati Cantika akan terbuka untuknya.

Akhirnya ia sadar, ini tak akan pernah terjadi. Ia akanlah tetap menjadi Athala Suryadwipa yang bodoh dan akan selalu begitu. Bahkan ia tidak mengeluarkan air mata setitikpun. Ia hanya berbalik menuju ke mobilnya. Mengendarai mobil itu pulang, di malam hari, sendiri, dengan hati yang hancur. Entah apakah ia bisa menerima rasa sakit lebih dari ini.

Athala menyetir mobilnya dengan cepat, tidak seperti Athala yang biasanya tenang. Ia hanya ingin sampai ke rumah dan tidak ingin bertemu dengan siapa siapa. Terlalu banyak yang terjadi dalam satu hari. Tidak hanya perceraian orang tuanya, tapi perempuan yang ia sayangi sekarang kembali bersama sahabatnya sendiri, yang dulu berkata sudah merelakannya untuk Athala.

Mobil Athala diparkirkan di depan garasi mobil kediaman Rezkytama. Ia tidak ingin menganggu keluarga sepupunya. Athala mengendap di malam hari. Wajahnya benar benar menunjukkan kekalutan. Rasanya semua kebahagiaanya hilang hanya dalam satu malam.

(Bukan) Kisah KlasikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang