Bagian 7: Kebanggaan Keluarga

1.3K 129 11
                                    


"Tha, ada parfum ga?" tanya Daven yang menyadari jaket dan seragamnya bau rokok. Athala memberikan Daven parfum dan Daven langsung menyemprotkan parfum classic milik Athala. Mereka berdua pun melangkah menuju ruang BK.

Pintu ruang BK tidak tertutup sehingga Athala dan Daven dapat melihat kedua orang tua mereka sedang duduk di ruang BK.

"Nah ini anak-anaknya dateng," ujar Ibu Ghina, guru BK mereka.

"Tuh yang itu berantem terus," timpal Bu Rana, guru BK yang satu lagi.

Irgi, Papa Daven menggelengkan kepalanya sementara Andin mama Daven hanya tertawa kecil.

"Ya sudah. Papa Mama nya Daven bisa ikut saya. Papa dan Mama Athala bisa ikut sama Mam Ghina," Bu Rana mengajak Daven dan papa mama nya ke ruangan tertutup. Bu Rana menutup gorden dan mulai mengambil catatan akademik Daven.

"Daven ini banyak pelanggarannya, Bu, Pak. Berantem, merokok, bolos sekolah. Dia bisa loh bolos sekolah lewat lubang kecil yang langsung ke warung belakang. Udah kayak spiderman Daven ini,"

"Aduh, kamu ini," Mama Daven mencubit lengan anaknya.

"Kamu mau kuliah di mana?"

"Mau masuk Kedokteran, Bu," jawab Daven pelan.

"Wahh, mau jadi kayak papa nya ya?"

"Daven dari kecil sudah ikut saya ke rumah sakit. Sudah nungguin saya operasi orang, nungguin saya periksa pasien. Mainannya udah di rumah sakit, makanya dia mau jadi dokter ini, Bu. Gimana ya kira kira, mohon bimbingannya." Ayah Daven mengeluarkan pendapatnya. "Saya yakin Daven ini pintar, Bu."

"Maaf sekali, Pak. Saya harus bicara bedasarkan data. Nilai Daven selama kelas X dan XI masih di bawah rata-rata dan ranking paralelnya ada di posisi 300 dari 360 siswa, untuk jalur undangan sepertinya sulit, Pak. Mau gak mau kalau masih pengen masuk kedokteran, Daven harus coba jalur tertulis," jelas guru BK nya. Daven hanya mengangguk pelan.

"Tips nya gimana ya, Bu?"

"Ya, Daven harus mengurangi kegiatan nongkrongnya. Gak boleh bolos sekolah lagi dan harus fokus belajar. Tapi mungkin Daven bisa pikirkan pilihan lain. Mungkin jurusan lain yang passing grade nya lebih rendah."

"Gak, Bu. Saya maunya masuk kedokteran," jawab Daven yakin. Papanya menepuk pundak anaknya itu.

"Mohon bimbingannya, Bu. Dia pengen sekali jadi dokter," ujar Mama Daven setengah meminta.

Ibu Guru BK pun membantu Daven menyiapkan program belajar untuk mengejar ketertinggalan nilainya. Hampir selama satu jam mereka membahas program belajar untuk Daven. Akhirnya mereka selesai. Daven menengok ke ruang sebelah dan perdebatan Athala, orang tuanya dan guru BK masih berjalan alot.

"Bang, Papa Mama ke RS dulu, semangat kamu," ujar papanya sambil menepuk pundak Daven.

"Siap, Pa." Daven mencium tangan kedua orang tuanya dan langsung meluncur ke kamar mandi pojokan untuk merokok.

Di sana ada Bimo dan Angga dua orang teman Greaser-nya yang sedang mencuri-curi kesempatan untuk merokok. Daven menyalakan rokok gudang garam filter nya dan menghisapnya dalam dalam.

"Bokap Nyokap lo ke sekolah? Gara-gara apa?" tanya Bimo kepo.

"Ngomongin kuliah. Gitulah. Diajak bokapnya Athala kayaknya," jawab Daven santai.

"Lo masih mau jadi dokter?" tanya Angga dengan nada yang agak meremehkan

Daven mengangguk. "Masih lah gila," jawabnya.

(Bukan) Kisah KlasikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang