Bagian 18: Pertanyaan dalam Hidup

1.7K 100 7
                                    

Di hari minggu yang seharusnya merupakan hari bersantai Nessa asik duduk di halaman belakang rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di hari minggu yang seharusnya merupakan hari bersantai Nessa asik duduk di halaman belakang rumahnya. Ia memperhatikan dari jauh, Salman, adiknya yang sudah beranjak 3 SMP sedang menelpon seseorang. Pasti pacar pertamanya, gumam Nessa dalam hati.

"Anak mama ngapain sih?" Mamanya membawakan dua piring pancake untuk kedua anaknya. Nessa menunjukkan jadwal belajar yang baru ia buat.

Mamanya memperhatikan jadwal tersebut dan mengelus rambut Nessa. "Itu kok jadwal belajar semua ya."

"Emang jadwal belajar ma. Nessa kan udah mau demisioner (turun jabatan). Udah ga ada urusan OSIS lagi. Ya tinggal ngejar belajar."

Mamanya mengangguk. "Tau kok belajar. Ini ada tulisannya. Sosiologi... Ekonomi... Tapi ada yang kurang tuh."

"Hah apaan mah?" tanya Nessa bingung.

"Pijet, ke salon, jalan-jalan, ngobrol sama diri sendiri... udah ditulis belum?"

Nessa memeluk ibundanya dan tertawa kecil. "Gitu mah ngapain di jadwal."

Mama Nessa berbisik pelan. "Otak kamu tuh ada batesnya, harus dijaga-jaga. Jalan terus, jangan lari. Istirahat penting. Kamu harus sayang sama diri kamu sendiri. Ya?"

Nessa mengangguk dan menulis kecil di pojokan jadwalnya. "Bersantai".

Saat itu terdengar suara bel di pintu depan. Salman hendak berjalan ketika Nessa memberikan kode, mengerti kalau adiknya lagi asik-asiknya pacaran. Nessa berjalan cepat ke arah pintu depan, tidak berusaha mengintip siapa yang mengetuk. Mungkin hanya tetangga mereka yang mau ngasih kue. Mayan dah minggu minggu ngemil.

Wajah Nessa berubah pucat ketika mengetahui siapa yang ada di balik pintu. Seseorang yang ia sangka tidak akan pernah hadir kembali di hidupnya.

.

.

.

Beberapa hari kemudian

"Sapu apa yang nempel kuat banget?" kata Ezra ditengah tengah jeda istirahat kelas bimbel.

"Gak penting," potong Rafella.

"Sapu yang tak bisa lepas... percayalah... hanya kau yang mampu mencuri hatiku," kata Ezra sambil bergumam dan menyanyikan lagu tersebut

"Bangsat gak jelas!" kata Daven kesal. Daven sudah menghabiskan dua paket soal SBMPTN kimia meskipun hanya mengisi sendiri beberapa soal dan sisanya melihat pembahasan di website BTA. Athala pun belaja bersama sahabatnya sambil menjelaskan beberapa soal matematika ke Daven.

Nessa memperhatikan perubahan Daven, terutama sejak berpulangnya Bu Angel. Daven seperti menemukan alasan untuk belajar dan mencapai cita-citanya menjadi dokter. Nessa merenung. Beberapa hari ini ia tidak konsen belajar. Ada yang aneh rasanya. Seringkali tiba tiba ia ingin menangis tanpa sebab.

(Bukan) Kisah KlasikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang