Bagian 41: Hari H

493 49 3
                                    

Athala membuka halaman pertama soal SBMPTN nya dan rasanya ia ingin melempar pensilnya. Tipe soal yang keluar berbeda dengan apa yang dipelajari oleh semua orang di semua bimbel. Memang ada sedikit modifikasi untuk soal tahun ini. Athala membolak balik kertas ujiannya dan mencoba menenangkan diri.

Di saat yang sama Daven rasanya ingin berteriak WHAT THE HELL!. Ia terpaku pada halaman pertama lembar soal tersebut. Kenapa beda? Tanyanya dalam hati. Rasanya mereka mendapatkan jebakan. Daven mencoba mengerjakan satu soal yang cenderung sulit. Yap, ia melakukan susatu kesalahan yang sering dilakukan oleh siswa-siswa yang mengikuti ujian.

Daven benar benar terpaku pada soal soal di awal yang tidak bisa ia kerjakan. Ia mengikuti rasa penasarannya dan mengerjakan tipe tipe soal tersebut. Sesuatu yang tidak seharusnya ia lakukan... Daven tidak menyadari bahwa di belakang masih ada soal soal dengan tingkat kesulitan lebih mudah yang harusnya bisa ia kerjakan terlebih dahulu. Ia stuck di soal-soal sulit dan termakan jebakan.

Di tempat lain, Cantika membuka lembar soal dan melihat soal soal sulit di awal. Tipe soal yang berlum pernah keluar sebelumnya. Ia agak sedikit panik. Ia melihat sekeliling dan orang orang di sekitarnya terlihat kebingungan. "Gak boleh lihat lihat orang, entar down!" tekan Cantika ke dirinya sendiri.

Kesalahan inilah yang dibuat oleh Athala. Athala melihat sekeliling. Muka seluruh peserta di ruangannya suram. Beberapa terlihat seperti menyerah. Beberpa clingak clinguk. Berarti soal ini beneran susah. Athala sedikit panik dan mencoba menenangkan dirinya, tetapi semakin ia melihat sekeliling, semakin kepanikannya bertambah.

Cantik mencoba berkonsentrasi. Kerjakan soal yang lebih mudah dulu! Ia mengingat pesan pembimbing kelasnya di bimbel. Cantika mengacuhkan soal soal awal dan mulai mengerjakan beberapa soal bacaan Bahasa Indonesia yang ia kuasai. Ia tidak membiarkan mentalnya tergoyah oleh soal soal sulit di awal.

Sayang bagi Athala dan Daven, mental mereka terpangaruh oleh tamparan di soal soal awal dan mereka tidak mengerjakan soal soal dengan mind set yang tepat. Kepanikan dan kekalutan mengisi kepala mereka. Belum lagi tiba tiba Athala teringat masalah keluarganya di tengah mengerjakan soal. Rasanya jam jam itu menjadi siksaan untuk mereka berdua.

Akhirnya sesi pertama berakhir. Baru saja Daven keluar, tiba tiba ia mendengar orang orang disebelahnya membahas soal. "Eh tapi lo ada soal ini gak sih?"

Rasanya emosi Daven terpancing. Kalau ini di sekolahnya, ia bakal langsung hajar itu orang orang kayak gitu. Orang orang ngejatohin mental. Ada tempat khusus di neraka untuk orang orang yang ngejatohin mental dengan cara gini.

Daven memilih menjauh, memojokkan diri di dekat sebuah pohon di belakang tempat ujiannya dan menyalakan rokoknya. Ia menarik napas. Sesi pertama gagal total. Ia masih punya sesi kedua untuk memperbaiki kesempatannya memasuki Fakultas Kedokteran.

Di saat yang sama Cantika keluar dari ruangan langsung mengenakan headset dan mendengarkan lagi dari spotify-nya tidak ingin mendengar orang orang laknat yang membahas soal setelah ujian dan malah akan menjatuhkan mentalnya.

Kondisi terburuk ada di Athala. Ia hanya bisa menjawab sedikit soal dan bahkan beberapa ia kerjakan asal. Ia berharap di sesi kedua ia bisa lebih beruntung.

Tak lama kemudian bel pun berbunyi dan sesi kedua pun di mulai

.

.

.

Sabtu Malam

Mereka berenam sepakat untuk berkumpul di sebuah coffeeshop. Pertemuan pertama mereka setelah ujian.

Nessa sampai pertama dan memilih sebuah meja bersofa di pojokan yang pas untuk 6 orang. Tak lama kemudian Athala pun datang, hampir bersamaan dengan Cantika-Daven yang datang bersama. Masih ada sedikit kecanggungan di antara mereka.

Terakhir, Ezra dan Rafella datang bersama. Akhirnya mereka ber enam pun duduk lengkap di sana. Athala dan Cantika bertukar pandang canggung dan berusaha menghindari satu sama lain.

"Jadi gue udah memutuskan untuk ambil gapyear. Gue udah bikin beberapa rencana, mau keliling Indonesia. Gue udah pikirin ini mateng mateng. Jadi gue gak ikut SBMPTN kemarin."

Rahang Ezra dan Rafella rasanya langsung turun melihat keberanian temannya. "Gue gak nyangka lo seberani ini."

"Yap, kalau kita ngerasa punya jalan sendiri kenapa harus ikutin jalan mainstream yang diikutin orang orang. Semua orang punya timingnya masing masing." Nessa menutup ceritanya.

"Lo bedua gimana?" tanya Cantika pada Ezra dan Rafella. Saat itu memang Ezra merangkul Rafella. "Coba kamu cerita dong."

"Intinya kita masih figure out gimana caranya kita bisa jalan dengan LDR. Jadi ya gini aja dulu," jelas Rafella. "Lagian lo tau kan sesuah apa percaya sama si mata keranjang ini!" ujarnya menjewer Ezra dengan bercanda.

"Yang ujian gimana nih?" tanya Ezra.

"Parah banget tipe soalnya ada yang beda sama yang kita pelajarin. Wahh shock deh!" cerita Cantika.

"Belum lagi orang orang laknat yang bahas soal pas kelar ujian, Bikin mental jatoh. Wah kalau anak sekolah kita, udah gue abisin," lanjut Daven emosi.

"Lo gimana Tha?" tanya Nessa.

Athala menggeleng. "Gue gak mau bahas. Gue bener bener ilang konsentrasi. Gue cuman bisa berdoa aja sekarang..."

Ezra menepuk pundak Athala.

"Oh ya. Gue kangen ama lo semua, tapi gue gak bisa lama-lama. Hari ini gue mau pindahan. Bokap ama nyokap gue sedikit lagi resmi pisah, Udah mau sidang-sidang gitu" cerita Athala.

"Tha, are you alright?" tanya Cantika

Athala berdiri. "Yap, mau diapain, udah usaha yang terbaik!"

Daven rasanya ingin mengatakan sesuatu tapi masih ada kecanggungan di antara mereka.

"Sorry ya guys, gue gak bisa lama lama." Athala pun berpamitan dan langsung menuju ke mobilnya. Hari ini mereka akan pindahan dari rumah Rezkytama ke sebuah apartemen untuk ditempati mereka berdua.

Di saat yang bersamaan, Rumah Rezkytama

"Dit, ada yang mau ketemu," Aqila mengetuk kamar adiknya. "Aku tinggal ya. Baik baik" Aqila mempersilahkan Taufan, papa Athala untuk masuk.

"Kamu tau kan, aku selalu sayang sama kamu, meskipun aku gak pernah bisa nunjukin itu dengan cara yang benar," tutur Taufan. "Udah bertahun tahun kita hidup bareng, jadi pasangan suami istri. Aku akuin aku bukanlah sosok suami dan ayah yang ideal buat kamu dan Athala. Aku cuman ingin yang terbaik untuk kalian."

"ITU MASALAHNYA!"

"Kamu gak pernah nanya, kamu gak pernah pengen tau apa yang aku dan Athala mau. Kamu cuman bisa pakai asumsi dan memaksakan apa yang terbaik MENURUT kamu!" tekan Andita. "Kamu pernah mikir gak kalau Athala gak mau jadi dokter apa harus kita paksa? HIdup itu gak harus sesuai rencana kamu. Kamu gak bisa paksain rencana itu ke orang!"

"Aku udah kasih semua buat kesusksesan Athala!"

"Iya. Semua, kecuali dukungan ayah untuk apapun mimpi dari anaknya. Kamu kira dia itu aset? Komoditi? Dia manusia. DIA ANAK KITA! Sampai kamu sadar itu, jangan pernah kamu balik lagi ke sini. Keputusanku bulat!" ujar Andira.

Perdebatan mereka pun terputus ketika Athala masuk sambil membawa kopernya.

"Pa?" Athala heran papanya ada.

Taufan masih merasa tertampar dengan omongan Andita.

Ia menatap sang anak sambil melangkah pergi. Athala berdiri membeku di sana.

"Tha, cium tangan sama papa," ucap Andita menahan air matanya. Athala yang semua bersikap keras, melunak mendengar permintaan sang ibu. Akhirnya ia mencium tangan sang ayah. "Papa balik ya!"

Athala melihat snag ayah pergi keluar menuju mobilnya. Ia memeluk mamanya dan melihat Andita menangis, tak ada kata kata yang keluar dari mulutnya. Ia hanya memeluk sosok yang selalu ia sayangi tersebut. "We'll gonna get through this, I promise, mom."

Bersambung


Pertanyaan: Jadi bagiamana prediksi hasil ujian Cantika, Daven, dan Athala? Siapa yang lulus siapa yang tidak?

(Bukan) Kisah KlasikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang