Bagian 13: Awal Sebuah Cerita

1K 113 0
                                    


"Ovaltine Machiato kan?" Ezra mencari pesanannya diantara beberapa minuman Koi yang dipesan Rafella melalui jasa ojek online. Dari enam pesanan yang datang baru dua botol yang diambil.

"Pada kemana sih orang-orang?" kata Rafella yang langsung menyeruput Koi nya sambil bertanya-tanya. "Nessa lagi rapat pentas seni sama Daven. Athala lagi belajar di perpus sama Cantika. Samperin ajee kuy!" Ezra bersiap beranjak dari mejanya, tetapi Rafella menahan tangannya.

"It's time!" Rafella menatap Ezra seperti meminta sesuatu.

"Sorry, Raf. Gue gak bisa main sama pacar orang," kata Ezra asal dan membuat Rafella menimpuk wajah Ezra dengan tempat pensil. "Eh, gak ada yang mau sama cowok penggoda kayak lo. Ih sorry, harga diri gue di mana kalau gue naksir playboy macem Ezra Ganindra."

Ezra tertawa, "siapa tau abis di prank naksir gitu. Emang it's time for apaan Raf?"

"Cerita soal masa lalu lo berlima sebelum gue turun angkatan."

"Anjayy seru nih.Awalnya tuh abis lo nyuruh Cantika lari keliling lapangan." Ezra memulai cerita awal dari persahabatan mereka. 

.

.

Flashback dua tahun yang lalu

.

.

Setelah kejadian pemanggilan oleh kakak kelas, Cantika Ia terduduk di trotoar pinggir parkiran sekolah sambil menutup wajahnya menyembunyikan tangis ketika ada suara seorang cowok yang menyapanya.

"Lo gak apa apa?"

Seorang cowok berkacamata menepuk pundak Cantika. Cantika mendongak dan melihat sesosok yang sekila dilihatnya di MOS berdiri di hadapannya sambil membawa sebotol aqua. "Minum dulu gihh." Cowok itu memberikan botol minuman itu dan Cantika agak sedikit ragu dan menunduk lagi.

Cowok itu tidak bergeming dan masih berdiri di hadapannya. Ia menyadari bahwa orang orang masih memperhatikan Cantika setelah kejadian lari kelililing lapangan tadi. Cowok itu berjongkok dan berbisik lagi. "Kalo di sini lo diliatin orang. Mau pindah gak?"

Cantika kembali menghadap ke cowok yang sekarang sudah berjongkok di depannya. Cowok itu mengulurkan tangannya. "Gue Athala."

Dari nada bicaranya perasaan Cantika mengatakan kalau ia anak baik-baik dan memang tulus berniat menghiburnya. "Cantika," jawab Cantika pendek sambil mengambil botol air dari tangan Athala.

"Lo pulang naik apa?" tanya Athala lagi.

Cantika menggeleng "Gak tau..."

"Mau nebeng gak? Gue anter aja gak apa apa." Entah darimana Athala memiliki keberanian untuk berkata seperti itu. Dari perawakannya pasti Cantika tipe cewek-cewek hits dan Athala cuman orang culun yang ter-bully di SMP nya.

Cantika agak sedikit ragu, ia belum kenal Athala. Tapi toh Athala teman satu sekolahnya dan sepertinya ia anak baik, bukan cowok-cowok gak jelas. Lagipula saat ini anak anak lain sudah mulai meperhatikannya. "Yuk," balas Cantika dengan nada bicara yang masih bergetar. Athala berniat membantu Cantika berdiri, tetapi Cantika tidak memegang tangan Athala dan berdiri sendiri. Mereka berjalan ke arah mobil Athala meskipun Cantika masih agak menjaga jarak.

Athala duduk di kursi depan bersama supirnya sedangkan Cantika duduk di jok belakang. "Makasih ya," ujar Cantika pelan. Dari spion dalam, Athala diam diam memperhatikan Cantika yang matanya masih agak merah karena menangis. 

"Iya gak apa apa. Orang juga bakal lupa kok lama-lama. Jangan terlalu dipikirin ya, masih banyak kok hal hal seru di SMA."

Cantika mengangguk dan untuk pertama kalinya di hari yang berat itu, ia bisa tersenyum dan untuk pertama kalinya pula di 15 tahun hidupnya Athala merassakan suatu rasa yang berbeda terhadap gadis yang parasnya seindah namanya.

(Bukan) Kisah KlasikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang